Berita Nasional

Mengenal Helikopter NBO-105 Polri Jatuh di Babel, Lisensi Didatangkan BJ Habibie dari Jerman

NBO-105 atau BO-105 merupakan helikopter ringan, serbaguna, bermesin ganda yang diproduksi oleh Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN), sekarang PT

Editor: Moch Krisna
IST/kolase Kompas
Mengenal Helikopter NBO 105 Polri yang jatuh di Provinsi Bangka Belitung 

TRIBUNSUMSEL. COM -- Dunia penerbangan berduka setelah helikopter NBO-105 dengan kode P-1103 milik Korps Polisi Air dan Udara (Polairud) Badan Pemeliharaan Keamanan (Baharkam) Polri diyakini jatuh di wilayah perairan Kabupaten Belitung Timur pada Minggu (27/11/2022) siang.

Terdapat empat kru helikopter P 1103 yang juga merupakan anggota Polri.

Melansir dari Kompas.com, keempat anggota tersebut adalah AKP Arif Saleh yang merupakan Capt Helikopter, Briptu Lasminto, Aipda Joko M dan Bripda Khoirul Anam.

Berdasarkan kronologi kecelakaan, helikopter yang diketahui sebelumnya merupakan Helikopter BKO Polda Kalimantan Tengah ini lepas landas dari Pangkalan Bun dan bertolak ke Tanjung Pandan, Kabupaten Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Sementara itu, Kepala Baharkam Polri Komjen Arief Sulistyanto mengungkapkan pencarian korban dari helikopter yang hilang kontak di perairan Bangka Belitung akan difokuskan di perairan Manggar.

Arief mengatakan bahwa sekitar pukul 07.58 WIB hari ini tim telah menemukan satu jenazah yang diduga kru pesawat NBO-105/1103 yakni Bripda Khoirul Anam.

Dengan adanya temuan itu, menurut Arief, dapat disimpulkan pesawat helikopter dengan nomor P-1103 jatuh karena cuaca di perairan Manggar.

 “Saat ini Tim SAR Pol Airud, Basarnas, TNI AU dan Polda Babel telah melakukan operasi pencarian. Kabaharkam, Kakorp Pol Airud, Kakorp Binmas, dan Dir Pol Air dalam perjalanan ke TKP,” kata Arief dalam keterangan tertulis, Senin (28/11/2022).

Mengenal helikopter NBO-105

NBO-105 atau BO-105 merupakan helikopter ringan, serbaguna, bermesin ganda yang diproduksi oleh Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN), sekarang PT Dirgantara Indonesia), di bawah lisensi dari Messerschmitt-Bölkow-Blohm (MBB), sekarang Airbus Helicopters, sejak 1976.

Helikopter itu dirancang oleh pakar penerbangan Jerman, Ludwig Bölkow, pada 1964 buat penggunaan sipil dan militer dan legendaris karena performa manuvernya.

Sejak diperkenalkan, BO-105 merupakan helikopter ringan pertama di dunia yang dibekali mesin ganda dan penggunaan sistem rotor tanpa engsel.

Helikopter itu mempunyai panjang 11,86 meter dan tinggi 3 meter. Dengan bobot kosong 1.276 kilogram, helikopter itu dapat mengangkut 4 orang termasuk 2 kru dan mampu terbang membawa beban 2.500 kilogram.

Ludwig membekali helikopter itu dengan mesin ganda Allison 250-C20B turbin gas dengan poros (turboshaft). Dengan kombinasi itu, NBO-105 bisa melaju hingga 242 km/jam dengan ketinggian sampai 17.000 kaki atau 5.200 meter.

Helikopter itu bisa mengudara 3,5 jam dengan bahan bakar penuh dan beban maksimal.

Helikopter Polri registrasi P-1103 hilang kontak dan diduga jatuh di perairan laut Bukulimau Belitung Timur, Minggu (27/11/2022).
Helikopter Polri registrasi P-1103 hilang kontak dan diduga jatuh di perairan laut Bukulimau Belitung Timur, Minggu (27/11/2022). (Ist/BasarnasBelitung)

Yang unik adalah helikopter itu sanggup melakukan manuver aerobatik berputar secara terbalik (inverted loop).

Bacharuddin Jusuf Habibie (BJ Habibie) yang mengupayakan supaya MBB mau memberikan lisensi pembuatan helikopter itu kepada IPTN pada 1974. Mulanya MBB enggan memberikan lisensi,

tetapi setelah dibujuk oleh Habibie akhirnya mereka bersedia. Sebab Habibie pernah bekerja di perusahaan itu antara 1965 sampai 1973.

Helikopter itu kemudian dikirim dari Hamburg, Jerman dalam bentuk terpisah kemudian dirakit di hanggar IPTN di Bandung, Jawa Barat. Setelah mendapat lisensi itu, IPTN menambahkan kode N di depan BO-105 yang berarti Nusantara.

IPTN juga membuat sejumlah versi modifikasi dari BO-105 yakni NBO-105 CBS dan NBO-105 S dengan rangka lebih panjang.

NBO-105 versi militer yang digunakan oleh Korps Penerbangan Angkatan Darat (Penerbad) buat mendukung pasukan dalam Operasi Seroja di Timor Timur (kini Republik Demokratik Timor Leste) pada 1975 sampai 1978.

Modifikasi yang dilakukan untuk NBO-105 versi militer Penerbad adalah penambahan perangkat radio komunikasi dari helikopter ke pasukan, senapan mesin di sisi kanan dan kiri, serta penambahan lapisan baja di perut helikopter sebagai pelindung awak (armour).

Polri juga menggunakan helikopter itu sejak 1981 untuk patroli dan berbagai keperluan lain. PT Dirgantara Indonesia sudah menghentikan produksi helikopter NBO-105 sejak 2011.

Sosok AKP Arif Saleh Pilot Helikopter

Arif Rahman Saleh diketahui merupakan anggota Polri yang berpangkat Ajun Komisaris Polisi atu AKP.

Saat ini, AKP Arif Rahman Saleh menjadi anggota dari Badan Pemelihara Keamanan (Baharkam) Polri.

Di kepolisian, Ajun Komisaris Polisi atu AKP merupakan pangkat tertingi dalam Perwira Pertama.

Dikutip dari situs berita Polri, AKP bertugas seperti halnya kapten, yakni memegang kontrol untuk bawahannya.

Pangkat AKP dilambangkan dengan tiga balok berwarna emas.

Jadi Kapten Helikopter Polri yang Hilang Kontak di Babel

Helikopter 105/P-1103 milik Badan Pertahanan dan Keamanan (Baharkam) Polri dilaporkan hilang kontak di Belitung Timur, Bangka Belitung.

Helikopter tersebut, membawa empat anggota polisi, yaitu AKP Arif Rahman Saleh sebagai Capt Helikopter, Briptu Lasminto, Aipda Joko M, dan Bripda Anam.

Sebelumnya, Helikopter P-1103 dan P-1113 ini menjalani tugas perbantuan atau BKO di Pangkalan Bun.

Kemudian, dari Pangkalan Bun, dua helikopter terbang beriringan depan dan belakang sekitar pukul 11.00 WIB. Heli P-1103 berada di depan P-1113 menuju Tanjung Pandan, Belitung, Kepulauan Bangka Belitung.

"Dari pangkalan Bun, jadi dua helikopter tadi dari pangkalan Bun menuju Tanjung Pandan Belitung dalam kondisi layak terbang, setelah sebelumnya mengisi bahan bakar," kata Karo Penmas Divhumas Polri, Brigjen Pol Ahmad Ramadhan, dikutip Tribunnews.com dari Tribratanews.polri.go.id, Senin (28/11/2022).

Namun, posisi kedua helikopter sempat diterpa cuaca buruk.

Lantas, pada posisi radial 097 37 NM dari TPN VOR, P-1113 memutuskan untuk deviasi ke kanan menghindari cuaca buruk.

Sementara itu, helikopter P-1103 memutuskan untuk tetap berada di jalur normal.

Setelah menghindari cuaca buruk, kru helikopter P-1113 berusaha menghubungi kru di P-1103, tetapi tidak ada jawaban.

"Pukul 14.24 WIB, kapten pilot Helikopter P-1113 setelah landing, jadi landing di Bandara Tanjung Pandan dan cek posisi helikopter P-1103 di tower. Jadi masih lost contact," jelasnya.

(*)

Baca berita lainnya di Google News.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved