Liputan Khusus Tribun Sumsel

LIPSUS: Pejuang Anti Kekerasan, Publik Figur Memaknai Hari Pahlawan (1)

Hari Pahlawan diperingati setiap 10 November. Berbagai makna Hari Pahlawan dimaknai masyarakat termasuk sejumlah publik figur.

Editor: Vanda Rosetiati
TANGKAP LAYAR TRIBUN SUMSEL
Hari Pahlawan diperingati setiap 10 November. Berbagai makna Hari Pahlawan dimaknai masyarakat termasuk sejumlah publik figur. 
  • Musuh Bersama Ketidakpedulian pada Sesama

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Hari Pahlawan diperingati setiap 10 November. Berbagai makna Hari Pahlawan dimaknai masyarakat seperti yang diungkapkan Ketua TP PKK Provinsi Sumatera Selatan Febrita Lustia Herman Deru, seyogyanya ingat jasa pahlawan setiap saat.

"Hari Pahlawan adalah momentum kita untuk bertekad meneruskan perjuangan para pahlawan di era dan medan yang berbeda," kata Feby yang merupakan istri Gubernur Sumsel Herman Deru, Sabtu (12/11)

Menurutnya, untuk di zaman ini, siapapun yang berjasa untuk kepentingan orang banyak, bukan untuk dirinya semata bisa dikatakan pahlawan.

"Namun memang musuh kita saat ini adalah rasa ketidak pedulian terhadap sesama," ungkap Ketua TP PKK Provinsi Sumsel ini.

Sedangkan Plt Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Provinsi Sumsel Henny Yulianti mengatakan, Hari Pahlawan diperingati sebagai bentuk untuk menghargai dan menghormati jasa para pahlawan khususnya pahlawan Kemerdekaan RI.

"Memaknai Hari Pahlawan tidak hanya dengan melakukan peringatan Hari Pahlawan saja, tetapi bisa juga turut menjaga keutuhan NKRI berperan serta dalam membangun negara sesuai dengan bidang pekerjaan dan kemampuan masing-masing," kata Henny

Menurutnya, siapa saja bisa menjadi pahlawan sesuai dengan versi masing-masing. Jika dilihat dari sisi perempuan maka Pahlawan baginya adalah para pejuang kesetaraan gender, para perempuan yang menjadi pejuang keluarga dan pejuang anti kekerasan terhadap perempuan dan anak.

"Yang harus diperangi saat ini adalah kekerasan fisik, psikis tidak boleh lagi terjadi. Kemudian memberikan perlindungan pada anak-anak sebagai calon penerus bangsa, agar terhindar dari bahaya narkoba," cetusnya.

Sedangkan Putri Purnamasari yang merupakan Gadis ASN 2020 menambahkan, para pahlawan merupakan sekumpulan orang-orang yang berjasa. Mengorbankan segalanya, tumpah darah untuk kemerdekaan Indonesia.

"Bahwa bangsa yang besar itu akan terus mengingat jasa para pahlawan nya. Dengan adanya peringatan Hari Pahlawan ini kita tidak pernah melupakan jasa-jasa dan yang telah diperbuat para pahlawan kita," kata
Duta Budaya Palembang tahun 2017.

Menurut Putri, memaknainya bisa menjadi versi terbaik dari diri sendiri. Misal berjanji dengan diri sendiri harus bisa setidaknya walaupun tidak berjuang di medan perang setidaknya bisa berusaha berbuat lebih baik untuk kemajuan bangsa.

Misal di instansi kerja dengan giat. Membantu rekan-rekan kerja sesama. Lakukan yang bisa untuk diri sendiri, instansi yang kita naungi dan untuk orang lain.

"Pahlawan versi terbaik saya, orang tua saya. Karena saya tidak akan jadi seperti ini kalau bukan karena mereka. Saya bekerja itu melihat figurnya seorang ayah dan sabarnya saya dalam bekerja melihat figur seorang ibu. Mereka itu pahlawan tanpa tanda jasa bagi saya," ungkapnya.

Jiwa Sosial Tinggi

Pahlawan masa kini adalah mereka yang dianggap berjasa memberikan manfaat bagi orang banyak. Koko Triantoro misalnya. Dia dikenal sebagai sosok figur pahlawan masa kini oleh orang-orang yang pernah mendapat manfaat dari jiwa sosialnya yang tinggi.

Seorang guru PNS yang mengabdi di pedalaman Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara) ini diketahui memang banyak berjasa dan senang menolong sesama.

Dia gemar membantu orang sakit yang kesulitan berobat. Dia juga aktif melawan kesenjangan yang dialami masyarakat wilayah terpencil yang butuh perhatian.

Sejak bergabung menjadi relawan Yayasan Insan Bumi Mandiri, Koko Triantoro sudah banyak mendapat bantuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat pedalaman.

Misalnya, perahu untuk transportasi anak sekolah, jembatan gantung, bangunan masjid, renovasi rumah warga tak laik huni, fasilitas air bersih dan MCK, mesin genset, panel surya, hingga sepeda motor untuk guru yang mengabdi di pedalaman.

Tidak hanya itu, sudah banyak pula orang yang ditolongnya untuk bisa operasi, seperti penderita tumor, hidrosefalus, kelainan wajah, penyakit kulit menahun, dan lain-lain.

Bagi Koko Triantoro, pahlawan masa kini adalah mereka yang meneruskan perjuangan para pejuang terdahulu dengan konsisten menebar manfaat bagi masyarakat, daerah, bangsa dan negara.

"Sudah tidak zamannya lagi kita menonjolkan identitas tanpa karya, bersuara tanpa tindakan. Kita harus menghargai perjuangan para pahlawan yang merebut kemerdekaan dengan bermanfaat bagi orang banyak," katanya, Sabtu (12/11).

Menurut dia, sebagai generasi muda haruslah memiliki gagasan, ide kreatif, dan melek terhadap persoalan yang ada. Namun tentu sesuai dengan kapasitas dan kemampuan diri yang dimiliki.

"Keluar dari zona nyaman, terus bergerak, sekecil apapun gerakan yang kita lakukan akan menjadi manfaat yang besar dan akan menjadi sebuah gerakan perubahan yang semakin terus mengalir," katanya.

Guru SD Negeri Embacang Lama di Kecamatan Karang Jaya ini menambahkan, tantangan generasi muda saat ini dalam meneruskan perjuangan para pahlawan adalah melawan pesatnya informasi yang sangat dengan mudah diterima dan mempengaruhi pola pikir masyarakat.

Parahnya, kata Koko Triantoro, informasi-informasi bohong atau hoaks di media sosial dewasa ini dianggap sebagai kebenaran. Karena itu, kawula muda harus menjadi agen perubahan, melek terhadap problema utamanya di lingkungan setempat.

"Apapun bisa kita lakukan untuk perubahan terhadap problema yang ada, asal ada kesungguhan dan niat yang tulus. Teruslah bermanfaat bagi orang banyak," kata pria kelahiran 27 September 1989 ini.

Dia mengajak para pahlawan masa kini untuk berperan dalam bidang dan keahlian masing-masing. Caranya dengan menebar manfaat untuk masyarakat, daerah, bangsa dan negara, sesuai kemampuannya.

"Kita harus menjadi penerus perjuangan para pahlawan bangsa. Pemuda juga bisa berperan dalam membantu pemerintah dalam pembangunan di daerah. Apa yang bisa kita lakukan, intinya bermanfaat untuk orang banyak," kata Koko Triantoro.

Menebar Manfaat

Banyak versi pahlawan di era kini. Bahkan petugas pembersih jalan dan pusat keramaian, juga menebar manfaat bagi masyarakat.
Mendekati sepuluh tahun lamanya, Erna petugas kebersihan di Kota Kayuagung Ogan Komering Ilir ini telah terbiasa bangun lebih awal menjelang pagi untuk mengais rezeki.

Wanita berusia 43 tahun ini harus bangun pagi-pagi untuk bekerja sebagai penyapu jalan. Bergegas sejak pukul 04.00 WIB membersihkan sampah yang berserakan.

Petugas yang tergabung dalam 'pasukan biru' di Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten OKI, mampu membuat nyaman warga sekitar dengan lingkungan jalan yang bersih sesuai area kerja masing-masing.

"Iya masih ingat waktu pertama saya kerja jadi penyapu jalan, kala itu anak saya baru umur 6 tahun dan sekarang sudah beranjak usia 13 tahun. Artinya sudah lebih 7 tahun pekerjaan mulia ini dilakoni. Mulia dalam arti dapat memperindah lingkungan sekitar dan membersihkan berbagai sampah," kata wanita asal Desa Muara Baru, Kecamatan Kayuagung ketika diwawancarai wartawan Tribunsumsel.com.

Diterangkannya, selain dapat membantu memenuhi kebutuhan keluarga dari upah yang didapat, ia pun ikut bangga jika melihat kota Kayuagung yang bersih dan indah.

Berbagai suka maupun duka sebagai petugas kebersihan telah dialaminya, tak mengurangi sedikit pun semangatnya meski bekerja di bawah hujan dan terik matahari.

"Saya dan suami melakoni pekerjaan ini dan telah melewati banyak suka duka. Seperti kejadian yang belum lama ini terjadi ketika suami sedang menyapu di dekat masjid Agung Sholihin, tiba - tiba ada orang gila datang dan langsung menancapkan pisau ke bagian dada sebelah kiri suami saya. Alhamdulillah langsung mendapatkan pengobatan dan sekarang sudah sembuh. Setelah itu lokasi tugas suami saya langsung dipindahkan," ujarnya menceritakan kejadian naas saat suaminya menjalankan tugas.

Sama halnya yang disampaikan Herry, petugas kebersihan yang kerap mendapatkan kejadian tidak mengenakkan.

"Kadang - kadang ada saja warga yang memandang rendah pekerjaan saya, tetapi yang terpenting bekerja mencari uang buat keluarga dengan cara yang halal," tuturnya.

Tak hanya itu, dirinya juga mengeluhkan perilaku masyarakat yang masih membuang sampah tidak pada tempatnya. Bahkan sering kali menemukan pengguna jalan yang melemparkan sampah ke pinggir jalan.

"Bekas botol minum, atau sampah plastik bekas makanan main lempar saja ke pinggiran jalan kadang dibuang di jalannya," keluhnya.

Banyak orang yang menganggap menjaga kebersihan kota dari sampah adalah tugas mereka semata, padahal justru itu adalah kewajiban dari setiap masyarakat. (nda/ cr14/ndo)

Baca berita lainnya langsung dari google news

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved