Berita Nasional
Harga Pertalite Didesak Kembali Jadi Rp 7.650 Per Liter Usai Ada Tren Penurunan Harga Minyak Dunia
Desakan untuk kembali menurunkan harga pertalite ke harga RP 7.650 per liter berdasarkan adanya tren penurunan harga minyak dunia.
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNSUMSEL.COM, JAKARTA - Harga pertalite didesak untuk turun dan kembali menjadi Rp 7.650 per liter.
Desakan untuk kembali menurunkan harga pertalite ke harga RP 7.650 per liter berdasarkan adanya tren penurunan harga minyak dunia.
Seperti diketahui, BBM yang dijual oleh Pertamina mengalami penyesuaian harga, seiring menurunnya tren harga minyak mentah dunia.
Pada 1 Oktober 2022, harga Pertamax mengalami penurunan di wilayah DKI Jakarta. Dari yang semula Rp14.500 kini dibanderol menjadi Rp13.900 per liter.
Kemudian untuk Pertamax Turbo dibanderol sebesar Rp14.950 per liter, sebelumnya jenis BBM ini dijual Rp15.900 per liter.
Berhembus juga kabar bahwa harga BBM subsidi jenis Pertalite juga bakal mengalami penurunan.
Hal tersebut bermula dari munculnya berbagai pendapat dari para pengamat, yang mendesak harga Pertalite agar segera diturunkan.
Menanggapi kabar tersebut, Pertamina langsung langsung memberikan tanggapannya.
Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga, Irto Ginting mengatakan, harga jual BBM subsidi merupakan kebijakan yang diatur oleh Pemerintah. Pertamina hanya operator yang bertugas mendistribusikan BBM ke masyarakat.
"Untuk harga BBM Subsidi (Pertalite dan Solar) penentuan harga ada di Regulator (Pemerintah), bukan Pertamina," ucap Irto kepada Tribunnews dikutip Sabtu (8/10/2022).
Berbeda dengan Pertalite, harga Pertamax Series justru akan terus disesuaikan mengikuti tren harga rata-rata publikasi minyak dunia, yang merujuk Mean of Platts Singapore (MOPS) atau Argus.
Hal ini dikarenakan penetapan harga Pertamax Series mengacu dalam Kepmen ESDM No. 62/K/12/MEM/2020 tentang formulasi harga JBU atau BBM non subsidi.
Sehingga Pertamina juga terus berkomitmen untuk menyediakan produk dengan kualitas yang terjamin dengan harga yang kompetitif diseluruh wilayah Indonesia
“Evaluasi dan penyesuaian harga untuk BBM non subsidi akan terus kami lakukan secara berkala setiap bulannya,” papar Irto.
Baca juga: Pertamina Pastikan Distribusi BBM di Jambi Lancar Melalui Management Walkthrough (MWT)
Baca juga: Pertamina PertimbangkanTambah Jalur BBM Subsidi, Tinjau SPBU di Palembang Bersama Polda Sumsel
Sebelumnya, Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan, seharusnya pemerintah dapat menurunkan harga BBM subsidi seperti Pertalite dan Solar subsidi ke angka sebelum adanya kenaikan, yaitu Rp7.650 per liter untuk Pertalite dan Rp5.000 per liter untuk solar subsidi.
"Pemerintah punya kesempatan untuk kembali menurunkan harga BBM subsidi kembali ke angka atau level sebelum terjadinya kenaikan," ujarnya seperti dikutip Kompas.
Dia bilang, penurunan harga BBM subsidi saat ini tidak akan membebani Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Sebab, posisi APBN 2022 di Agustus 2022 mengalami surplus Rp107 triliun.
"APBN yang alami surplus Rp107 triliun per Agustus menambah ruang bagi pemerintah untuk menambah alokasi subsidi energi," ungkapnya.
Selain itu, APBN juga tidak akan dibebani oleh penurunan harga BBM subsidi ini lantaran pemerintah masih menikmati keuntungan dari Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari sektor batu bara.
Penjelasan Menteri Keuangan Sri Mulyani Terkait Tren Harga Minyak Yang Menurun, Tapi Harga BBM Naik
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, keputusan terkait penyesuaian harga BBM Subsidi yang dilakukan pada 3 September 2022 telah dilakukan secara cermat.
Hal tersebut telah diperhitungkan sesuai dengan skenario rata-rata dan asumsi harga minyak mentah Indonesia atau Indonesia Crude Price (ICP) hingga akhir tahun, serta kapasitas anggaran negara saat ini.
Sebagai informasi, ICP adalah harga patokan minyak mentah Indonesia yang digunakan dalam penghitungan bagi hasil dalam Kontrak Kerja Sama dan dasar perhitungan penjualan minyak mentah bagian Pemerintah yang berasal dari pelaksanaan Kontrak Kerja Sama Minyak dan Gas Bumi.
Menurutnya, meski harga minyak dunia mengalami penurunan, namun rata-rata harga ICP masih relatif masih tinggi.
"Kami terus melakukan penghitungan harga minyak ICP, (meski) turun sekalipun maka harga rata-rata ICP Indonesia masih di angka 98 dollar AS. Atau nanti kalau turun di bawah 90 dolar AS maka rata-rata tetap di level 97 dolar AS," ucap Sri Mulyani dalam kanal Youtube Sekretariat Presiden, (3/9/2022).
Dengan demikian, besaran subsidi BBM yang dianggarkan oleh pemerintah tetap akan membengkak, meskipun jika nanti harga ICP mengalami penurunan cukup signifikan.
Berdasarkan perhitungan Kementerian Keuangan, dengan rata-rata harga tahunan ICP sebesar 99 dollar AS per barel, maka pemerintah perlu menambah lagi sekitar Rp151 triliun, dari anggaran subsidi energi Rp502 triliun saat ini.
Intinya, lanjut Menkeu, meningkatnya anggaran subsidi tetap terjadi meski harga minyak dunia menyusut. Dan pemerintah saat ini akan terus memantau perkembangan fluktuasi harga minyak dunia.
"Dengan perhitungan ini, angka (anggaran subsidi energi 2022) senilai Rp502 triliun tetap akan naik menjadi Rp653 triliun kalau harga ICP 99 dolar AS per barel," ucap Sri Mulyani.
"Bahkan kalau harga ICP di 85 dolar AS per barel sampai Desember 2022, kenaikan subsidi (tetap terjadi) menjadi Rp640 triliun," pungkasnya.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com