Mahasiswa UIN Korban Pelecehan Senior
Kronologi Dugaan Kekerasan saat Diksar UIN Palembang, Bermula Pemeriksaan HP
Korban Menceritakan Kronologi dugaan kekerasan saat diksar UKMK LITBANG UIN Raden Fatah Palembang.
Penulis: Rachmad Kurniawan | Editor: Yohanes Tri Nugroho
TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Kronologi dugaan kekerasan saat diksar UKMK LITBANG UIN Raden Fatah Palembang.
Diketahui, korban dugaan kekerasan dialami Arya Lesmana Putra (19) menjadi panitia Diksar UKMK LITBANG UIN Raden Fatah Palembang
Arya Lesmana kini telah melaporkan dugaan kekerasan yang dialaminya ke Polda Sumsel
Arya Lesmana Putra menceritakan kronologi kekerasan saat diksar UKMK LITBANG UIN Raden Fatah Palembang.
Menurutnya pelaku dugaan kekerasan tidak lain adalah senior dan panita lainnya.
Peristiwa itu bahkan terjadi sejak selesai Salat Jumat hingga Sabtu dini hari.
"Hari Kamis pertama diksar saya belum datang kak, karena masih ada kuliah. Nah waktu hari kedua saya datang dan panitia lain bilang kalau sedang ada evaluasi karena ada informasi internal yang bocor. Semua handphone panitia sudah diperiksa senior, cuma saya saja yang belum. Pas diperiksa dan akhirnya mereka tahu kalau saya yang menyebarkan soal biaya diksar itu, " ujar Arya usai membuat laporan, Selasa (4/10/2022).
Lanjut dia ketika hari Jumat tepatnya usai melaksanakan Salat Jumat, ia diajak ke tempat sepi oleh sejumlah pelaku dan kemudian ditanya soal tersebarnya informasi tersebut.
"Saya diajak ke tempat sepi kak lalu disitu dipukuli berkali-kali. Pertama itu di kepala, ada sekitar 10 orang disana. Seingat saya yang pertama kali itu yang memukul inisial N. Tidak semuanya senior, ada juga yang satu angkatan sama saya, " katanya.
Arya menuturkan jika pengeroyokan itu dilakukan dalam waktu dan tempat yang berbeda.
Tak ada yang berani membantu arya saat itu karena takut dengan senior yang lain.
"Tempatnya beda-beda, tapi masih di Bumi Perkemahan Pramuka Gandus," katanya.
Sampai pengeroyokan selesai pun ia masih ditempatkan di tempat yang berbeda selama beberapa jam sebelum akhirnya diobati oleh panitia bagian kesehatan.
Ia juga diancam oleh senior dan panitia yang lain agar tidak menceritakan kekerasan yang dialaminya.
"Saya diancam supaya tidak cerita ke siapa-siapa, katanya saya bakal dicari mereka kalau sampai cerita, " katanya.