Berita Nasional
SOSOK Gatot Nurmantyo Eks Panglima TNI Turut Soroti Kasus Ferdy Sambo Tembak Anak Buah Sendiri
Mengenal sosok Gatot Nurmantyo Eks Panglima TNI yang belakangan turut menyoroti kasus Ferdy Sambo terhadap Brigadir J. Pada tayangan Youtube Hersuben
Penulis: Aggi Suzatri | Editor: Weni Wahyuny
Laporan Wartawan Tribunsumsel.com, Aggi Suzatri
TRIBUNSUMSEL.COM - Mengenal sosok Gatot Nurmantyo Eks Panglima TNI yang belakangan turut menyoroti kasus Ferdy Sambo terhadap Brigadir J.
Pada tayangan Youtube Hersubeno Point, Minggu (18/9/2022), Gatot Nurmantyo mengatakan bahwa tidak masuk akal jika seorang pimpinan membunuh anak buahnya sendiri.
Gatot menilai kasus Ferdy Sambo dan Brigadir J merupakan pertempuran polisi baik dan polisi yang buruk.
"Nggak masuk akal dengan kesadaran sendiri anak buah dibunuh walaupun ada teori, semua orang adalah penakut yang berani ada dua orang gila atau sakaw," ujar Gatot Nurmantyo.
Baca juga: Hacker Bjorka Singgung Nikita Mirzani Sibuk Tutupi Masa Lalu Buruk, Ogah Ladeni Nyai Koar-Koar

Gatot Nurmantyo meminta publik memberi kesempatan pada Kapolri untuk membersihkan polisi buruk.
"Jangan ganggu, tak bisa bantu, doakan," jelasnya.
Baca juga: Brigjen Krishna Murti Lepas Ratusan Polisi Dalam Misi ke Afrika Tengah: Lihat Orang Lain Baper
Sosok Gatot Nurmantyo
Mengutip Kompas.com, Gatot Nurmantyo merupakan pensiunan TNI yang lahir di Tegal, Jawa Tengah pada 13 Maret 1960.
Ia berasal dari keluarga yang berlatar belakang militer.
Sang ayah, Suwantyo, pernah menjabat sebagai Letnan Kolonel Infanteri di Kodam XIII/Merdeka Sulawesi Utara.
Gatot merupakan lulusan Akademi Militer tahun 1982.

Ia kemudian memulai karier militernya dengan bergabung sebagai pasukan infanteri baret hijau Kostrad.
Dinas pertamanya sebagai Danton MO 81 Kiban Yonif 315 Dam II/Slw.
Selama beberapa tahun, Gatot dikirim ke Papua sebagai Komandan Kodim, antara lain Dandim 1707 Merauke, kemudian Dandim 1701 Jayapura.
Ia memulai kariernya di pasukan infantri baret hijau Kostrad. Banyak tugas berat ia embannya, mulai tugas penguasaan teritorial, pasukan, dan pendidikan di lingkungan Angkatan Darat.
Di tahun 1983-1984, Gatot pernah diterjunkan dalam operasi Seroja di Timor Leste.
Setelahnya, ia pindah menjadi Komandan Kompi Senapan B Batalyon Infanteri 320/Badak Putih dan Komandan Kompi Senapan C Batalyon Infanteri 310/Kidang Kancana.
Baca juga: Gatot Nurmantyo Sebut Kasus Ferdy Sambo Ada Pertempuran Polisi Baik & Polisi Bermasalah: Doakan
Setahun menjadi gubernur Akmil, dia angkat menjadi Pangdam Brawijaya. Ia menggantikan Mayor Jenderal TNI Suwarno.
Puncak kariernya yaitu menjadi Panglima TNI pada usia 55 tahun menggantikan Jenderal Moeldoko yang memasuki masa purna bakti.
Kariernya terus naik, ia diangkat menjadi Pangkostrad pada tahun 2013. Ia naik jabatan menggantikan Letnan Jenderal TNI Muhammad Munir.
Lagi-lagi, Gatot Nurmantyo naik jabatan. Ia diangkat menjadi KSAD pada tahun 2014.
Pada masa kepresidenan Susilo Bambang Yudhoyono, ia menjabat sebagai Kepala Staf TNI Angkatan Darat ke-30.
Ia menjadi Panglima TNI ke-16 yang dilantik oleh Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Jakarta pada Rabu (8/7/2015)).
Pelantikannya sesuai dengan Keppres Nomor 49/TNI2015 tertanggal 6 Juli 2015.
Baca juga: Farhat Abbas Diduga Sindir Kamaruddin Simanjuntak Soal Curhatnya: Gak Perlu Ngaku Capek Keluar Biaya
Namun, dua tahun setelahnya ia diberhentikan secara hormat pada 8 Desember 2017.
Pemberhentian ini ditandai dengan dilantiknya Marsekal Hadi Tjahjanto sebagai Panglima TNI oleh Presiden Joko Widodo. Pergantian jabatan Gatot pun menuai kontroversi.
Ia menilai pemberhentian dirinya berkaitan dengan instruksinya untuk memutarkan film G30S.
"Saat saya menjadi Panglima TNI, saya melihat itu semuanya maka saya perintahkan jajaran saya untuk menonton G30S/PKI."
"Pada saat itu saya punya sahabat dari salah satu partai, saya sebut saja PDI menyampaikan, 'Pak Gatot, hentikan itu. Kalau tidak, Pak Gatot akan diganti'," kata Gatot dalam sebuah tayangan YouTube Hersubeno Point, Rabu (23/9/2020), dikutip Kompas.com.
Baca berita lainnya di google news
Artikel ini telah tayang di Kompas.com