Liputan Khusus Tribun Sumsel
LIPSUS: Tahu Bahaya Tapi Dilakoni, Jual Bensin Eceran Demi Rupiah, Dinas PBK Rutin Razia (1)
Sering terjadi belakangan ini peristiwa kebakaran sebuah warung atau bengkel yang juga menjual BBM eceran di pinggir jalan.
TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Sering terjadi belakangan ini peristiwa kebakaran sebuah warung atau bengkel yang juga menjual BBM eceran di pinggir jalan. Paling baru di Palembang, peristiwa kebakaran ini merenggut dua nyawa kakak beradik di Jalan Rajawali.
Penyebab utama kebakaran ini karena adanya aktivitas pemilik atau orang-orang di sekitar membuat api sehingga api menyambar bensin dan melukai orang-orang di sekitarnya.
Pedagang yang menjual BBM eceran pada umumnya sudah mengetahui mengenai resiko dari apa yang dijual.
Kholil (46) seorang penjual BBM eceran di Jalan KH Wahid Hasyim mengatakan, untuk mencegah terjadinya kebakaran biasanya ia memberi peringatan kepada pembeli dan orang-orang yang ada di sekitar termasuk anggota keluarganya, agar peristiwa kebakaran terhindar.
"Kami penjual BBM eceran ini semuanya sudah tahu resikonya kalau jualan ini kalau terlalu dekat api jadi petaka. Asal kita bisa selalu ingat jangan main atau menghidupkan api di dekat bensin pasti aman. Saya begitu, kalau sama pembeli sama orang-orang juga, " ujar Kholil kepada Tribun Sumsel baru baru ini.
Ia tidak menentukan berapa jarak aman antara bensin dengan api agar aroma bensin tak 'tercium' oleh api. Terlebih lagi ketika sedang ada aktivitas memindahkan BBM eceran ke dalam botol atau sedang melayani pembeli, sebaiknya tidak ada aktivitas di sekitar seperti kompor, bakar sampah, korek dan sebagainya.
"Sejauh mungkin dari api kalau bisa jangan dulu hidupkan api kalau lagi mindahi bensin ke dalam botol untuk memastikan supaya aman, " katanya.
Sementara Faisal seorang penjual BBM eceran di daerah Plaju mengatakan ada jarak yang harus diberi antara api dengan bensin jika memang mengharuskan menyalakan api.
Menurutnya, jarak api dengan bensin jika ingin aman dari peristiwa kebakaran minimal 3 meter sampai 5 meter.
"Api minimal 3 meter lah jaraknya dari bensin supaya aman dan tidak terpancing. Makanya saya juga kan jualan makanan juga di sana ada kompor gas saya kasih jarak 4 meter dari tempat bensin dan kalau mau ngisi bensin ke botol atau ada yang beli saya jauh-jauh, " ungkapnya.
Jangan Merokok dan Bakar Sampah
Meski dianggap rawan menjadi pemicu kebakaran, namun usaha penjualan bahan bakar minyak (BBM) eceran di Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara) makin digeluti warga. Salah seorang pemilik kios BBM eceran di Kecamatan Nibung, Tanto mengungkapkan walaupun usahanya itu dianggap berbahaya namun tetap dilakoninya demi rupiah.
"Ya kalau berbahaya semua usaha ada risikonya semua. Tapi kita kan lihat peluang, di sini SPBU jauh, orang jual BBM eceran juga tidak ada, apa salahnya kita jual. Kebetulan saya juga tempat tambal ban," kata Tanto pada Tribun Sumsel, Jumat (2/9).
Ia mengatakan, usaha jualan BBM eceran memang cocok bila digandengkan dengan jasa penambalan ban. Apalagi lokasi tempat tinggalnya berada di pinggir jalan poros penghubung antar desa/kecamatan.
"Motor kan banyak lewat sini, kalau ada yang butuh minyak, kita jual. Kita juga jualnya tidak banyak, sedikit-sedikit, jadilah dapat untung seribu dua ribu. Untuk keamanan ya paling kita hati-hati waktu mengisi minyak ke kendaraan, saya juga tahu bahaya," katanya.
Pedagang BBM eceran lain di Kecamatan Rawas Ilir, Yadi mengatakan usaha yang dijalankannya itu memang berbahaya. Karena itu, ia selalu mawas diri agar tidak mengalami insiden kebakaran seperti yang terjadi di beberapa daerah baru-baru ini.
"Ya kita harus hati-hati, kalau lagi ngisi minyak ke motor jangan merokok, yang punya motor juga jangan merokok. Jangan bakar sampah di sekitaran kios kita kalau lagi ada minyak, tahu kita bahaya," katanya.
Sementara itu, di ibukota Kecamatan Rupit, pantauan Tribun Sumsel ada banyak warga yang memiliki warung makanan sekaligus kios BBM eceran. Misalnya di sekitaran SPBU Rupit, tak kurang dari 15 kios yang berjualan BBM eceran pertalite atau solar.
Pemilik kios BBM eceran di sana rata-rata mengakui bahwa bisnis mereka tersebut berbahaya, terlebih berada di dekat SPBU. Namun mereka tetap melakukannya dengan dalih mencari uang untuk biaya hidup.
"Kami ini cuma mau cari makan, bukan mau kaya. Kami beli minyak tidak menyalahi aturan, kami pakai mobil, bukan pakai jeriken, belinya juga sekali antre bukan berulang-ulang antre. Kami tahu bahaya, segala usaha di dunia ini ada risiko semua, tinggal kita harus hati-hati," ujar salah satu pemilik kios.
Terpisah, Sekretaris Satpol PP dan Damkar Kabupaten Muratara, Sumedi mengatakan belum ada catatan kebakaran yang dipicu oleh keberadaan kios BBM eceran. Meski demikian, pihaknya mengimbau pemilik kios untuk tidak menyepelekan risikonya.
"Setahu kami kalau yang dekat-dekat ini tidak ada. Kalau dulu sewaktu saya belum dinas di sini, atau sewaktu masih menjadi Kabupaten Musirawas rasanya ada. Tetapi ini harus menjadi perhatian kita semua, karena ada kejadiannya di daerah lain. Oleh sebab itu kita imbau terus pemilik kios BBM agar selalu berhati-hati," ingatnya.
Siapkan Sekarung Pasir
Keberadaan kios para pengecer bahan bakar minyak (BBM) di Kabupaten Empat Lawang sejak dulu terbilang banyak, bisa dipastikan hampir di setiap perkampungan terdapat kios pengecer bahan bakar.
Mulai dari BBM jenis Pertalite hingga bio solar semua dijual dengan harga berbeda dengan harga di stasiun pengisian bahan bakar (SPBU), sebab memang keberadaan SPBU di Empat Lawang masih terbilang minim.
Hingga saat ini jumlah SPBU di Empat Lawang secara kesuluruhan ada sebanyak empat buah tersebar di Kecamatan Tebing Tinggi dan Pendopo.
Sebab keberadaan kios pengecer BBM hampir ada di setiap perkampungan timbul resiko terjadinya kebakaran di kios-kios pengecer.
Untuk di Kabupaten Empat berdasarkan data dari Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kabupaten Empat Lawang hingga saat ini tidak pernah terjadi kebakaran yang disebabkan oleh aktivitas jual beli BBM.
"Tapi dulu pernah terdengar ada kejadian kebakaran rumah atau toko yg disebabkan oleh pembelian minyak di malam hari ketika mati lampu, sebab tidak sadar dan secara spontan menggunakan korek gas untuk penerangan dan langsung menyambar ketika dihidupkan," ujar Kepala Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kabupaten Empat Lawang Evi Ferilina Susanti.
Ia mengimbau kepada masyarakat yang melakukan aktivitas jual beli BBM eceran baik manual pakai jeriken ataupun pengisian bbm melalui pertamini untuk selalu berhati-hati.
"Pastikan sebelum melakukan pengisian BBM ke kendaraan tidak ada sumber api di sekitar lokasi pengisian minyak tersebut, terlebih apabila BBM ini diambil dari dalam toko ketika listrik sedang mati kadang kala tanpa disadari untuk menerangi aktivitas pengambilan atau pengisian BBM tersebut dengan menyalakan korek gas itu yang sangat berbahaya," jelasnya.
Sementara Yuyus seorang pemilik kios pengencer BBM jenis Pertalite di Kecamatan Muara Pinang saat ditanya apakah pernah terjadi kebakaran atau hampir kebakran saat sedang melakukan pengisian ia menjawab tidak pernah terjadi.
"Belum pernah di kios kita terjadi kebakaran saat akibat minyak, sebagai antisipasi saya selalu menyediakan pasir sebanyak satu karung yang standby di dekat drum minyak, pastinya karena ada minyak kita selalu berusaha berhati-hati dengan kemungkinan adanya api," ucapnya. (cr19/cr14/cr17)
Baca berita lainnya langsung dari google news.