Berita Kriminal
Irjen Purn Aryanto-Susno Duadji : Awas Bom Atom Bagi Polri, Jangan Tutupi Kasus Brigadir J Ditembak
Bahkan aib di internal Polri ini atas kasus kematian Brigadir J bisa merusak nama baik Polri karena tidak diekspos fakta yang sebenarnya.
TRIBUNSUMSEL.COM - Misteri kejanggalan kasus Brigadir J ditembak polisi di rumah dinas Irjen Ferdy Sambo masih menjadi tanda tanya publik.
Bahkan banyak pensiunan jenderal polisi ikut nimbrung untuk mengungkap kejanggalan kematian Brigadr J yang merupakan bawahan Kadiv Propam Irjen Ferdy Sambo.
Masyarakat diakui oleh Irjen purn Aryanto dan Komjen purn Susno Duadji masih bertanda tanya besar.
Bahkan aib di internal Polri ini atas kasus kematian Brigadir J bisa merusak nama baik Polri karena tidak diekspos fakta yang sebenarnya.
"Ini bom atom bisa meledak berkepanjangan, apalagi berita aib pasti ada yang disembunyikan sehingga masyarakat curiga terus," kata Aryanto dikutip dari Youtube Polisi Ooh Polisi.
Baca juga: Irjen Ferdy Sambo Dicopot dari Kadiv Propam Dianggap Tak Perlu, Ambil Langkah Terukur dan Tegas
Selain itu, masih yang jadi tanda tanya besar kenapa polisi lama mengekspos kasus penembakan ini.
"Meski ada kehati-hatian, ini kejanggalan masa sih sopir dengan ajudan saling tembak, kenapa polisi lama mengungkapnya," kata Aryanto
"Apakah persiapkan skenario atau merekayasa ini pertanyaan masyarakat," sambut Susno.
Bukan hanya itu, Susno Duadji juga menyoroti keinginan IPW agar Kapolri segera menonaktifkan Ferdy Sambo.
"IPW cuirga penyelidikan tidak fair," kata Susno.
Komjen Susno Duadji juga menyebut masih menyisahkan pertanyaan misalnya pertama terlambat mengungkap ke publik kejadian hari Jumat dipublikasi hari Senin.
"Kalau untuk tolok ukur polisi tembak polisi di rumah polisi perlu kehati-hatian. Karena ini melibatkan internal Polri, ada petinggi atau simbol Polri dalam kasus itu," ungkap Aryanto.
Baik Aryanto maupun Susno memberi saran agar tim khusus bentukan Kapolri untuk setiap hari melaporkan perkembangan kasus kepada masyarakat.
"Saran kami tim khusus buka perkembangan yang sudah didapat namun jangan menggangu penyelidikan," kata dia.
Pertanyakan Senjata
Bharada E disebut dibekali senjata api untuk mengawal Kadiv Propam Polri, Irjen Pol Ferdy Sambo.
Diketahui, kasus penembakan yang terjadi di rumah dinas Kadiv Propam Polri, Irjen Pol Ferdy Sambo beberapa waktu yang lalu ditanggapi oleh sejumlah pihak.
Seperti diketahui, atas kejadian tersebut seorang Brigadir J tewas ditembak oleh Bharada E.
Kini, mantan Kabareskrim Polri, Komjen Pol Purn Susno Duadji ikut membongkar kasus ini melalui aku youtube Polisi Ooh Polisi dengan judul "TRAGEDI DI RUMAH JENDERAL - KEJANGGALAN2 YANG MASIH JANGGAL"
Salah satu yang dibahas ialah mengenai seorang Bharada yang sudah memegang senjata api laras pendek.
Susno Duadjipun menanyakan isu yang berhembus tersebut ke Ex Kadivkum Polri, Irjen Pol Purn Aryanto Sutadi.
Aryanto menyebut, selama ia bertugas di kepolisian. Nyatanya prajurit kepolisian memang diijinkan menggunakan senjata api namun dengan ijin.
"Yang jadi pertanyaankan, seorang Bharada, prajurit kok menggunakan pistol, biasanyakan laras panjang, memang ada ijinnya?" terang Aryanto.
Aryanto menjelaskan, selama menempati sejumlah jabatan di kepolisian, ia kerap kali didampingi oleh seorang ajudan.
Dan ia menerangkan, jika ajudannya tersebut memang dibekali dengan senjat api.
"Menurut penggunaan ijin, setiap anggota prajurit memang sudah dikantongi revolver, namun belakangan memang diganti dengan glock untuk ajudan ini," tegasnya.
Tak hanya itu yang menjadi pembahasan, namun yang menjadi isu ialah tentang kemampuan Bharada E yang mahir menembak.
"Kan seorang Bharada, masak sudah mahir menembak? begitukan pernyataannya? Tapi yang saya dengar sendiri dari komandannya. Bharada E ini memang seorang penembak jitu, ya jadi pantas saja," tegasnya.
Sementara Ex Kabareskrim Polri, Komjen Pol Purn Dr Ito Sumardi menjelaskan, jika dengan ancaman kejahatan yang begitu besar saat ini, maka sangat wajar jika seorang ajudan dibekali dengan senjata api.
"Saya ini juga pernah menjadi ajudan ya, senjata saya dulu itu revolver, sekarang kejahatannya meningkat, jadi ancaman besar, senjata juga diganti," terangnya.
Ito menjelaskan, hal tersebut berdasarkan pengalamannya sebagai Kapolda hingga Kabareskrim yang selalu didampingi oleh ajudan.
"Nah jadi pertanyaannya Tamtama diberi glock, itu tidak ada masalah, yang penting itukan pertanggung jawabannya. Memang sangat jarang seorang Bharada itu mendampingi pimpinan, pasti Bharada E ini adalah orang terpilih," tegasnya.
Sedangkan, Ex Kadiv Humas Polri, Komjen Pol Purn Dr Ronny F Sompi menambahkan, seorang polisi yang sudah memegang senjata api ini tentu sudah dilakukan seleksi dengan ketat, baru direkomendasikan untuk memegang senjata api.
"Tapi intinya, tim yang dibentuk Kapolri bisa mengungkap kasus ini" tegasnya.