Berita OKI

Harga Sawit Terus Turun Sejak Lebaran, Pengepul Sawit di OKI Rugi Jutaan Rupiah

pengepul Sawit di Desa Sukaraja, Kecamatan Pedamaran Andi Lukmana menyatakan penurunan harga sawit mulai terasa setelah lebaran.

TRIBUNSUMSEL.COM/WINANDO
Andi Lukmana saat menunjukkan buah sawit yang kemarin dibelinya dari para petani, Selasa (17/5/2022) siang. 

TRIBUNSUMSEL.COM, KAYUAGUNG- Harga tandan buah segar (TBS) semakin merosot drastis, para petani sawit yang berada di wilayah Kabupaten Ogan Komering Ilir, Provinsi Sumatera Selatan mengaku rugi.

Selain petani, bentuk kerugian juga dirasakan oleh para pembeli (pengepul) hingga jutaan rupiah.

Salah satu pengepul asal Desa Sukaraja, Kecamatan Pedamaran bernama Andi Lukmana menyatakan keadaan seperti ini mulai terasa setelah lebaran.

"Sebelum lebaran padahal harganya masih Rp 3.000 perkilogram. Tetapi dua hari menjelang lebaran tiba-tiba harganya anjlok sampai tinggal Rp 1.600 perkilo," 

"Bukannya naik, makin kesini semakin parah. Pernah saya membeli dengan harga Rp 800 - 1.000 dan diperparah akibat adanya larangan ekspor CPO yang dikeluarkan pemerintah pusat," ungkapnya saat ditemui dikediamannya di Dusun 2.

Dikatakan lebih lanjut, kerugian demi kerugian terus menghampirinya. Hingga terakhir hari ini dia terpaksa menjual buah sawit lebih rendah dari harga beli.

"Pokoknya rugi besar kali ini. Kemarin saya beli buah dari petani Rp 1.400 perkilogram sebanyak 7 ton. Pas tadi malam saya ditelpon perusahaan tempat saya jual ternyata harganya turun jadi Rp 1.100 perkilo," ujarnya harus merugi sekitar Rp 2.200.000 rupiah.

Menurutnya dari pada terus mengalami kerugian.

Maka dirinya memutuskan dalam waktu seminggu kedepan memilih tidak lagi membeli buah sawit.

"Jadi saya menghimbau kepada petani disini agar jangan dulu memanen buah sawit. Lebih baik menunggu sampai harga naik kembali," tambahnya.

Baca juga: Petani Sawit di Muratara Sengaja Tak Panen karena Harga Anjlok, Buah Dibiarkan Busuk di Batang

Besar harapan Andi agar harga jual buah sawit bisa kembali diatas 2.000 rupiah. Seperti tahun-tahun sebelumnya.

"Sebenernya kalau harganya minimal Rp 2.000 para petani sudah senang dan sudah dapat mencukupi kebutuhan keluarga nya," tutupnya.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved