Berita Musi Rawas
Banyak Pabrik Sawit Tutup, Petani Musi Rawas Kebingungan, Dibiarkan Busuk
Banyak Pabrik Sawit Tutup, Petani sawit di Kabupaten Musi Rawas saat ini mengeluhkan sulitnya menjual Tandan Buah Segar (TBS)
TRIBUNSUMSEL.COM, MUSIRAWAS - Petani sawit di Kabupaten Musi Rawas saat ini mengeluhkan sulitnya menjual Tandan Buah Segar (TBS) sawit ke pabrik.
Karena, pabrik tidak menerima TBS dari petani.
Kondisi ini sudah berlangsung sekitar dua pekan terakhir, atau setelah lebaran.
Seperti dialami salah seorang petani sawit Desa SP2 Karya Mulya Kecamatan Megang Sakti Kabupaten Musi Rawas, Mastur Fauzi (41).
Dia saat ini kesulitan menjual buah sawit hasil panen ke pabrik.
Karena pabrik sawit tidak mau menerima buah sawit hasil panen.
"Karena pabrik tidak mau menerima buah sawit petani, alasannya tanki CPO penuh, maka kami sulit mau jual sawit kemana. Akibatnya, sawit kami jadi busuk tak bisa terjual. Punya saya saja sejak setelah lebaran ada sekitar 14 ton yang akhirnya busuk, karena tak bisa dijual ke pabrik," kata Mastur Fauzi, , Selasa (17/5/2022).
Dikatakan, pihaknya sudah keliling ke beberapa pabrik kelapa sawit (PKS) yang beroperasi diwilayah Kabupaten Muratara, bahkan sampai ke PKS diwilayah Musi banyuasin hingga ke Propinsi Jambi.
Namun, hampir seluruhnya menolak untuk membeli sawit mereka.
"Beberapa hari lalu saya sudah sampai di pabrik PT Lonsum diwilayah Lake Kabupaten Muratara. Tapi mereka tau beli sawit kami. Karena kesal, saya tumpahkan buah sawit dari dumptruk, didepan timbangan pabrik tersebut, hampir separuh isi bak dumptruk saya tumpahkan. Satu dumptruk itu muatannya 10 ton," ujarnya.
Dikatakan, biasanya petani sawit panen dua kali dalam sebulan.
Dan saat panen, dia keliling mencari informasi kemana tempat menjual sawit hasil panen tersebut.
Kadang dia membawa sawitnya ke PT SGP, PT IGUN dan PT Kedaton diwilayah Propinsi Jambi.
Tapi sesampai dilokasi pabrik tutup dan tidak lagi membeli buah sawit petani.
Karena tutup, armada pengangkut sawit sebanyak lima armada dengan muatan sekitar 10 ton miliknya, putar balik ke PT Wahana dan PT Pinago diwilayah Musibanyuasin.
"Sampai di PT Wahana di Musi Banyuasin, pabriknya tutup. Putar lagi bawa ke PT Pinago, masih di Musi Banyuasin juga, tapi disana harus antri panjang, tiga hari baru bisa bisa bongkar. Tapi karena perjalanan bolak-balik waktu antri panjang, banyak yang susut, dan diterima pabrik hanya sekitar 70-80 persen," kata Mastur Fauzi, Selasa (17/5/2022).
"Ini yang terakhir hari Kamis (12/5/2022) kemarin, kami kirim 18 truk, dengan muatan sekitar 170-180 ton, ke PT Wahana di Musi Banyuasin. Itu pun belum dibongkar. Janjinya akan bongkar paling cepat hari Kamis (19/5/2022) nanti. Tapi ya wallahu'alam, bisa bingkar atau tidak. Diterima 40 persen saja dari semuanya sudah syukur," katanya.
Dikatakan, selain kesulitan menjual buah sawit harganya pun sekarang anjlok. Dia menyebutkan, sekitar satu bulan lalu, harga jual sawit Rp4,1 ribu per kilogram. Kemudian turun Rp3,8 ribu per kg, dan terus susut sampai setelah lebaran Rp2,370 per kg.
Dan saat ini susut terus hingga jadi Rp1,72 ribu per kg per hari ini.
"Kalau dihitung-hitung dalam satu bulan terakhir ini, khususnya setelah lebaran, kerugian kami mencapai Rp80 jutaan. Ya akibat sawit busuk tak bisa dijual, yang bisa terjual susut banyak. Kemudian ketika sudah bisa menjual ke pabrik ada potongan juga 10 persen. Mau dapat apa lagi," katanya.
Baca juga: Harga Sawit Terus Turun Sejak Lebaran, Pengepul Sawit di OKI Rugi Jutaan Rupiah
Dikatakan, dia memiliki kebun sawit sekitar 18 hektar. Sementara petani sawit diwilayahnya yang masuk dalam binaannya total luas lahannya sekitar 300 ha.
Dengan kondisi saat ini, sawit sulit dijual dan harga anjlok, rata-rata mereka semua kesulitan.
"Sekarang saya nggak nyari keuntungan lagi, yang penting bantu kawan-kawan, supaya mereka bisa nyambung hidup. Maka panen diatur, misal ada yang lahannya empat hektar, maka yang dipanen dua hektar saja, supaya yang lain kebagian. Intinya sekarang hanya bisa pasrah, yang penting samo-sama bisa makan dengan kawan petani," katanya. (SP/AHMAD FAROZI)