Berita Palembang

Cerita Haji Halim, Tokoh Masyarakat Palembang, Usia 6 Tahun Sudah Pandai Berdagang

Haji halim merupakan Tokoh masyarakat palembang Sumsel. Ia merupakan pengusaha sukses nan dermawan yang disegani pengusaha hingga tokoh nasional

TRIBUNSUMSEL.COM/ARIEF
Kemas H Abdul Halim Ali atau Haji Halim tokoh masyarakat Palembang Sumsel saat dibincangi Pemimpin Redaksi Tribun Sumsel Hj L Weny Ramdiastuti 

Pria yang hanya menamatkan sekolah (SR) di kelas 6 ini pun menceritakan pengalamannya, terjun di dunia usaha sejak usianya masih berusia 6 tahun.

Dimana ia berjualan kue saat itu, yang dilakukannya mulai dari pagi hari setelah sholat Subuh setiap hari, dari dagangannya yang ia ambil dari pembuat kue. 

Selama berjualan, ia mengaku mendapat keuntungan dari menjual 10 kue sebanyak 2 kue, sehingga dalam perjalanannya ia berhasil menjual sebanyak 200 kue dalam satu hari. 

Bakat dunia usaha diketahui sang ayah saat itu adalah pengusaha kayu, memintanya untuk meneruskan usaha sangat ayah yaitu mengelolah pabrik kayu yang dimiliki, atau usaha lainnya. 

Namun Halim yang waktu masih muda tidak mau menerima langsung tawaran sangat ayah, mengingat pengalaman yang dimilikinya untuk memimpin masih minim. 

Untuk itu, Halim kemudian memutuskan merantau ke beberapa daerah di Sumsel, seperti Prabumulih, Muara Enim, hingga Pagar Alam pernah ia rasakan, dengan berjualan nanas, hingga menjadi tukang bangunan. 

"Waktu kecil saya dimintah oleh ayah untuk memilih, apa jaga pabrik kayu, manisan atau hasil bumi. Karena saya tidak memiliki pengalaman untuk jadi pemimpin dan takut nanti habis saja. Karena saya tidak ada pengalaman saya merantau ke Prabumulih naik kereta, dengan hanya bawak ransel 1, duit Rp 100, cuncin anti racun 1, jam ekar 1 punya buyut," bebernya. 

Sampai di stasiun Prabumulih dirinya berpikir apa yang dicari apalagi ia tidak mengetahui kondisi Prabumulih. Nah, kebetulan di daerah penghasil nanas, maka dirinya berjualan nanas di kereta yang buah nanas didapatnya dari pengepul.

"Karena penjual nanas itu percaya sama saya, maka saya bawak dagangannya di kereta dan laku dijual, dan membuat iri sejumlah rekannya yang berjualan, " paparnya. 

Disisi lain karena ia bisa menyanyi, terkadang saat itu ia mendapat ajakan untuk menyanyi di orkes. 

Setelah merasakan jual nanas, ia pun ikut bapak angkatnya untuk menjadi tukang las. Kemudian melanjutkan menambang pasir. 

Di Muara Enim ia pun pernah menjadi Office Boy hotel  yang digunakan para tamu- tamu penting Bangsawan Belanda. Berkat kejujurannya ia akhirnya diangkat jadi Bendahara hotel. 

Setelah bosan, ia pun merantau ke Kabupaten Lahat sebagai tukang bangunan, disana ia mendapat pengalaman sedikit ekstrem.

Ia pernah suatu hari didatangi perampok terkenal saat itu 'Mat Codet' yang ingin merampok bahan bangunan tempat ia bekerja. 

Karena dirinya tidak mengetahui sosok Mat Codet saat itu sebagai perampok terkenal, ia akhirnya dianggap teman oleh mereka, karena menganggap Mat Codet orang baik. 

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved