Hakim Bercita-cita jadi Bos di Negeri Sendiri, Berharap JNE Bawa Kopi Pagaralam Mendunia
ia ingin memperkenalkan kopi dari Pagaralam yang diklaimnya sebagai kopi terbaik di Indonesia dan banyak diminati.
Penulis: Weni Wahyuny | Editor: Vanda Rosetiati
TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Menjadi bos di negeri sendiri menjadi cita-cita Rahmad Zilhakim, pemuda usia 23 tahun asal Pagaralam, Sumatera Selatan.
Hakim, begitulah ia disapa, rela meninggalkan perusahaan yang telah merekrutnya selama 4 tahun.
Ia memilih untuk fokus mewujudkan mimpinya menjadi bos kopi.
Apalagi Pagaralam, tanah kelahirannya itu adalah kota penghasil kopi.
Sebagai pemuda asli Pagaralam, ia tak rela jika daerahnya itu harus 'dikuasi' orang luar.
"Tentu saya ingin menjadi pengusaha kopi, bahkan jadi bosnya. Saya tidak ingin jika bos kopi berasal dari luar daerah Pagaralam," kata Hakim saat dibincangi Tribun Sumsel, Minggu (23/1/2022).
Mengapa kopi ?

Menurut Hakim, ia ingin memperkenalkan kopi dari Pagaralam yang diklaimnya sebagai kopi terbaik di Indonesia dan banyak diminati.
Kokim atau Kopi Hakim menjadi nama yang dipilih Hakim untuk mewujudkan mimpinya.
Kopi yang sudah siap seduh, harga Kokim dipatok dengan harga Rp25.000/250 gr.
Sementara untuk biji kopi Rp20.000/250 gr.
Hakim mengawali bisnisnya pada 2018, saat ia masih bekerja di salah satu media di Sumsel.
Usahanya itu pun tak berjalan mulus.
Ada banyak rintangan yang harus ia hadapi.
"Saat itu saya menjual dengan kemasan biasa, tapi tidak banyak orang tertarik. Akhirnya saya berinovasi dan saya membuat kemasan produk sendiri," katanya.
Hakim melanjutkan, sebagai anak seorang petani, ia ingin kopi petik merahnya itu tak hanya dinikmati oleh warga lokal, melainkan di luar.
Namun rintangan kembali datang saat kebun orang tuanya dijual di tahun 2019 dan orang tua membuka lahan kembali untuk menanam kopi.
Lama menunggu tanaman kopi tumbuh besar dan bisa dipetik, Hakim pun tak ingin berhenti untuk memproduksi kopi.
Dalam sebulan, Hakim bisa membeli dari petani sekira 100-500 kg per bulan.

"Saya memilih untuk mengambil dari petani-petani lain sampai sekarang karena kopi yang baru ditanam (2019) belum membuahkan hasil," ujar Hakim.
"Mungkin 1,5 atau 2 tahun lagi lahan yang baru dutanam kopi baru bisa membuahkan hasil," tambah Hakim.
Motivasi lain Hakim bercita-cita membawa kopi Pagaralam mendunia karena ingin membantu para petani.
Sehari-hari, para petani harus bekerja berat dari matahari terbit hingga tenggelam.
Sekira pukul 5 pagi, petani bangun untuk bersiap ke kebun.
Bagi petani perempuan yang sudah berumah tangga, ia harus mempersiapkan bekal untuk dibawa ke kebun dan juga untuk santapan suami dan anaknya.
Terutama para petani yang bekerja di lahan orang.
Demi menghemat, mereka harus membawa bekal untuk ke kebun.
Pukul 06.00 WIB, para petani harus sudah siap untuk berkumpul di suatu tempat untuk menaiki pikap untuk pergi ke kebun.
Begitu sore tiba, para petani kembali ke rumah masing-masing dan melanjutkan pekerjaan rumah sebelum akhirnya beristirahat.
"Kegiatan itu dilakukan setiap hari oleh para petani di Pagaralam," ucapnya.
Proses Pembuatan Kopi

Proses pembuatan kopi sendiri membutuhkan waktu cukup lama.
Dari proses penjemuran yang memakan waktu 2-3 Minggu.
Jika ingin lebih bagus, setidaknya butuh waktu satu bulan untuk penjemuran.
Setelah kopi kering, kopi langsung digiling dengan mesin pemisahan kulit dan biji.
Tahap berikutnya adalah roasting (memanggang) sebelum akhirnya penggilingan bubuk.
"Yang lama adalah proses pengeringan biji setelah kopi dipetik," tambahnya.
Dijajaki Peminat dari China
Tak hanya warga lokal yang menikmati Kokim Petik Merah, juga di luar Pagaralam.
Mulai dari Kota Palembang, Bekasi, Jakarta Selatan, Tangerang, Bandung, Bengkulu, Tebing Tinggi, Bangka dan sebagainya.
Hakim melanjutkan, penjualan dilakukan dengan cara online melalui Instagram @kokimpetikmerah.
Melalui Instagramnya itulah Kokim tengah diminati orang China.
"Saat ini sedang penjajakan, nego harga dan lain sebagainya," ujar Hakim.
Sebelumnya, menurut Hakim, ia juga dihubungi peminat dari China, namun negosiasi tak cocok.
"Kemarin ada yang sudah nego tapi tak cocok harganya. Saya sanggup kirim 10 ton ke sana, tapi dia (peminat dari China) mau sedikit dengan harga murah," ujar Hakim.
Hakim enggan banting harga karena ia memastikan kualitas kopinya sangat baik.
"Saya kan pakai kopi kualitas bagus, petik merah. Tentu saja saya tak mau banting harga. Saya memastikan kopi saya baik," ungkapnya.
Hakim berharap kedepannya Kokim Petik Merah bisa mendunia.
Aman Pakai JNE Express

Untuk mengirimkan barangnya, Hakim menggunakan selalu JNE Express.
"Karena prosesnya cepat, pelayanan bagus, orangnya ramah dan pengiriman aman,"
"Yang terpenting paket tidak hancur," ungkap Hakim.
Ia pula berharap dengan JNE inilah bisa mewujudkan dirinya menjadi 'Bos di Negeri Sendiri'.
"Saya bersyukur JNE ada di Pagaralam sehingga sangat membantu saya mengirim kopi pesanan pelanggan," ucapnya.
Tak hanya pengiriman di Indonesia, Hakim pula berharap JNE bisa menyediakan jasa pengiriman ke luar negeri.
"Yah, siapa tahu kan nanti kopi bisa bisa sampai ke luar negeri. Karena sekarang sedang masa penjajakan dengan orang China," ungkapnya.
JNE Layani Pengiriman ke Luar Negeri
JNE tak hanya melayani pengiriman di seluruh Indonesia, juga di luar negeri dengan layanan JNE Internasional.
Dikutip dari laman resmi JNE jne.co.id, JNE internasional berlaku di hari kerja di negara tujuan dengan perkiraan waktu penyampaian kiriman (estimate time delivery) bervariasi tergantung zona negara.
Tak hanya itu, juga berlaku biaya tambahan untuk kondisi khusus.
Namun tidak berlaku garansi uang kembali.
Pengiriman internasional wajib disertai dengan Commercial invoice dari pihak pengirim dengan menggunakan bahasa inggris dan tidak diperkenankan menggunakan tulisan tangan dengan detail harga barang dan jumlah barang.
Untuk pengiriman non dokumen, biaya kirim belum termasuk duty & tax di negara tujuan yang dibebankan kepada pihak penerima, atau jika pihak penerima menolak untuk pembayaran tersebut maka biaya duty & tax tersebut akan di bebankan kepada pihak pengirim dengan di informasikan sebelumnya oleh Customer Service JNE.
Penulisan alamat penerima harus mencantumkan kode pos dan nomor telepon penerima dan alamat email (jika memiliki).
Kiriman non dokumen berupa cairan atau bubuk harus menyertakan MSDS (Material Safety Data Sheet) dan menginforasikan kepada customer untuk jenis kiriman tersebut di perlukan penambahan waktu pengiriman dari estimasi yang berlaku, karena harus dilakukan pengecakan MSDS terlebih dahulu.
Untuk kiriman dokumen dengan berat lebih dari 2 kg maka kiriman tersebut masuk ke dalam kategori paket
Perhitungan volumetrik sbb : P x L x T : 5000.
Sementara untuk berat pengiriman maupun volumetric dengan berat sampai dengan 50 kg dikenakan biaya packing sebesar Rp200.000,-
Untuk berat kiriman maupun volumetic dengan berat 50 kg – 100 kg dikenakan biaya packing sebesar Rp500.000,-
Untuk berat kiriman maupun volumetic dengan berat 100 kg – 150 kg dikenakan biaya packing sebesar Rp700.000,-
Untuk berat kiriman maupun volumetic dengan berat diatas 150 kg dikenakan biaya packing sebesar dihitung secara khusus
Extra biaya fumigasi sebesar Rp650.000 per kiriman per CBM.
#JNE31tahun #JNEMajuIndonesia #jnecontentcompetition2021