Buaya Santap Warga OKI
Buaya Santap Warga OKI, Kemunculan Buaya Dianalisis karena Ulah Manusia Rusak Habitat Buaya
Pembangunan yang dilakukan manusia alangkah bijaknya apabila tidak merusak atau mengganggu habitat hewan yang juga sama-sama membutuhkan tempat tingga
Penulis: Winando Davinchi |
TRIBUNSUMSEL.COM, KAYUAGUNG - Arpa (28) warga Desa Tanjung Menang Ogan Komering Ilir (OKI) dimakan buaya.
Peristiwa tersebut terjadi saat korban sedang mencari sinyal di pinggir kanal distrik dusun Bagan Rame, Desa Sungai Batang, Kecamatan Air sugihan.
Terkait peristiwa naas tersebut, Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumsel, Ujang Wisnu Barata menyampaikan rasa prihatin atas kejadian yang menimpa korban.
"Saya pribadi turut berbela sungkawa terhadap musibah yang menimpa korban. Kami selaku pihak BKSDA prihatin dengan kejadian-kejadian seperti itu yang terus ada setiap tahun," ungkap Ujang saat dihubungi Tribunsumsel.com melalui sambungan telepon, Minggu (16/1/2022) siang.
Diminta untuk ke depannya seluruh lapisan masyarakat dapat lebih berhati-hati saat beraktivitas di alam terbuka.
"Kenali musim-musim bertelur yang membuat buaya biasanya lebih aktif. Masyarakat kurangilah aktivitas pada malam hari di sungai atau sekitar habitat buaya,"
"Untuk saat ini warga jangan berenang dulu di sungai, terlalu berisiko," tuturnya.
Menurut Ujang, ada beberapa langkah pencegahan yang dapat dilakukan namun hal tersebut membutuhkan peran dari semua pihak.
"Supaya pesan tersampaikan kita lakukan sosialisasi dan penyadaran masyarakat, perbanyak papan-papan informasi,"
"Perusahaan harus memasang papan-papan peringatan agar menjadi kewaspadaan masyarakat, serta menambah penerangan malam hari di pemukiman-pemukiman yang dekat habitat atau badan sungai," terang Ujang.
Dijelaskan, ada beberapa faktor yang membuat buaya tersebut keluar dan bergerak aktif hingga mendekati tempat di mana masyarakat bermukim.
"Buaya dewasa butuh tempat untuk bergerak, selama habitatnya cukup dia tidak akan keluar terlalu jauh,"
"Daya dukung habitat yang menurun menyebabkan buaya keluar dari tempat hidupnya. Faktor lain, bisa jadi karena pasangnya permukaan air membuat areal lintasnya lebih terkoneksi," jelasnya.
Pembangunan yang dilakukan manusia alangkah bijaknya apabila tidak merusak atau mengganggu habitat hewan yang juga sama-sama membutuhkan tempat tinggal.
"Seperti perubahan-perubahan penggunaan lahan, pembuatan-pembuatan kanal, demikian juga perluasan pemukiman agar memperhatikan lokasi-lokasi yang menjadi habitat hewan terutama buaya," ujarnya.
Saat ditanya mengenai rencana pemindahan buaya yang telah menerkam korban, Ujang mengatakan jika akan mempertimbangkannya terlebih dahulu.
"Kalau disitu memang habitatnya, kenapa harus dipindah,"
"Tapi dalam waktu dekat ini kita pantau dulu, kami akan memerintahkan petugas untuk melakukan pengecekan ke lapangan," pungkasnya.