Berita Palembang
Hampir 2 Bulan, Banjir di Kelurahan Sukajaya Sukabangun II tak Kunjung Surut, Warga 9 RT Mengungsi
Ratusan rumah warga di kawasan Sukabangun II Kelurahan Sukajaya Kecamatan Sukarami Palembang sudah lebih dari dua bulan kebanjiran.
Penulis: Shinta Dwi Anggraini | Editor: Vanda Rosetiati
TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Ratusan rumah warga di kawasan Sukabangun II Kelurahan Sukajaya Kecamatan Sukarami Palembang sudah lebih dari dua bulan terus terendam banjir. Warga pun mengeluhkan kondisi rumah mereka yang terus kebanjiran ini.
Diketahui, lebih dari sembilan RT yang terendam banjir bahkan banyak warga sampai mengungsi dari kediamannya sebab tak tahan menghadapi genangan air sebatas dengkul hingga pinggang orang dewasa.
"Bukan cuma setelah hujan, tapi setiap hari di sini banjir. Airnya sama sekali tidak pernah surut, gimana ini," ucap Nur Baiti (52) warga Jalan Sukabangun 2 Lorong Pendidikan RT 35 RW 07 Kelurahan Sukajaya Kecamatan Sukarami Palembang yang menjadi korban banjir.
Menurut keterangan beredar, banjir diakibatkan tidak adanya aliran air dari waduk atau kolam retensi di Perumahan Griya Buana Indah menuju Sungai Sedapat.
Kondisi ini makin diperparah karena terjadinya longsor yang terjadi di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sukawinatan sehingga membuat aliran air makin tersumbat.
Nur Baiti berujar, dinas terkait memang sudah melakukan upaya untuk mengurangi banjir diantaranya dengan melakukan pengerukan baik di kolam reterensi maupun TPA yang terjadi longsor.
Namun nyatanya, upaya itu juga tidak bisa membuahkan hasil dikarenakan banjir bukannya surut namun makin hari semakin tinggi.
"Rumah saya sampai sebatas pinggang sekarang. Gimana mau tinggal di rumah yang seperti itu," ucapnya.
Meski sudah banyak yang mengungsi, namun bukan berarti warga membiarkan rumahnya kosong begitu saja.
Warga terpaksa harus sering memeriksa kediaman mereka sebab takut terjadi kemalingan yang sengaja dilakukan oknum tak bertanggungjawab yang memanfaatkan musibah tersebut.
"Kemarin tetangga kami ada yang kemalingan jemuran. Disaat kondisi kami begini, masih ada yang sengaja memanfaatkannya. Gimana kami tidak stres," ungkapnya.
Alhasil selama beberapa kali dalam sehari, warga terpaksa menerjang banjir demi bisa memastikan kondisi rumah mereka dalam keadaan aman.
Namun tentu ada risiko lain yang harus dihadapi mereka, diantaranya rasa gatal teramat sangat sebab air banjir tersebut sudah berubah jadi hitam keruh ditambah banyaknya lumut tergenang.
"Kemarin ada yang ketemu ular besar. Namanya juga banjir, pasti ada yang seperti itu. Kaki saya sudah merah-merah, setiap hari harus melewati banjir ini untuk ngecek rumah. Coba pikir bagaimana perasaan kami," ungkapnya dengan nada kesal.
Fitra, salah seorang warga lainnya di RT 35 menuturkan, selama terjadi banjir, sama sekali belum ada bantuan bagi warga untuk mengurangi derita yang dialami.