Pembunuhan di Desa Bunglai OKU

Penjelasan Psikiater Usai Pria Diduga ODGJ Tusuk 5 Orang Hingga Tewas di OKU

Kapolres OKU, AKBP Danu Agus Purnomo mengatakan, dari informasi warga, pelaku diduga adalah ODGJ (orang dengan gangguan jiwa). 

Penulis: Shinta Dwi Anggraini | Editor: Slamet Teguh
dokumen polisi
ODGJ pelaku (kaus putih garis hitam) diamankan setelah bunuh 5 warga Desa Bunglai OKU 

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Warga Desa Bunglai Kecamatan Peninjauan Kabupaten OKU dihebohkan dengan tewasnya lima orang di kampung tersebut lantaran dibunuh dalam waktu yang hampir bersamaan, Jumat (26/11/2021). 

Pelakunya adalah Otori Efendi Alias Sueb (25) yang merupakan warga setempat. 

Diketahui, peristiwa itu terjadi ketika pelaku tiba-tiba mengamuk dan langsung membacok siapa saja yang ditemuinya. 

Kapolres OKU, AKBP Danu Agus Purnomo mengatakan, dari informasi warga, pelaku diduga adalah ODGJ (orang dengan gangguan jiwa). 

"Maka, akan dilakukan pemeriksaan oleh dokter ahli kejiwaan (psikiater) untuk mengetahui kondisi kejiwaan yang bersangkutan," ujarnya. 

Baca juga: Kronologi ODGJ Ngamuk di OKU Tusuk 5 Orang Hingga Tewas, Sempat Makan Somay, Ketemu Orang Diserang

Baca juga: Pengakuan ODGJ Ngamuk di OKU Bunuh 5 Orang, Dak ku kukeruankekan lagi ape mati. Ape gi idup

Sementara itu, Dosen psikiatri FK Unsri, dr Diyaz mengatakan, untuk mengetahui kondisi kejiwaan seseorang, seharusnya memang diperlukan pemeriksaan langsung oleh tenaga ahli. 

"Sebaiknya memang dilakukan pemeriksaan langsung supaya bukan berdasarkan dugaan saja," ujarnya, Sabtu (27/11/2021). 

Biasanya orang tersebut bakal menjalani pemeriksaan mental berupa wawancara kemudian observasi. 

Bila diperlukan, maka juga akan diminta keterangan dari orang-orang terdekat dari pasien yang diperiksa. 

"Memang sebenarnya, kadang perlu kadang juga tidak terkait keterangan keluarga atau orang terdekat dari yang bersangkutan. Sama seperti kita ingin mengenal seseorang, maka yang perlu dilakukan adalah dengan mengajaknya berbicara. Selanjutnya apabila diperlukan, maka kita tanya-tanya lagi pada orang di sekitarnya. Sama seperti kita melakukan wawancara seperti biasa," jelasnya. 

Lanjut dikatakan, pada dasarnya tidak ada perbedaan antara ODGJ dengan orang yang bukan ODGJ dalam berinteraksi sosial. 

"Nanti dari hasil wawancara, itu akan didapatkan pola-pola. Diantaranya pola perilaku, pola perasaan dan pola pemikiran. Disitu bisa didapatkan tentang kepribadian orang tersebut," ujarnya. 

Terkait dengan pendapat sebagian orang mengenai perilaku ODGJ yang dianggap bisa saja melukai orang lain saat dalam kondisi tertentu, dr Diyaz menjelaskan tindakan seperti itu pada dasarnya bukan hanya bisa dilakukan oleh ODGJ. 

"Sebenarnya bukan hanya ODGJ yang bisa melukai orang-orang. Contohnya, koruptor juga bisa melukai ribuan orang dengan perbuatannya itu. Siapa pun berpotensi merugikan kesehatan orang banyak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Jadi bukan eksklusifnya ODGJ menyakiti orang lain," ujarnya.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved