Berita Palembang

Aktor Politik Mulai Tebar Pesona Menuju 2024,Respon Pakar Komunikasi Politik Universitas Mercu Buana

Tahun 2024 memang masih lama itu, tapi untuk perhelatan politik besar itu menjadi tidak lama, apalagi sekarang sudah November.

TRIBUN SUMSEL/ARIEF BASUKI ROHEKAN
Live Talk Sumsel Virtual Fest 2021 membahas Aktor Politik Tebar Pesona Menuju 2024, Kamis (4/11/2021). 

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Pakar Komunikasi Politik dari Universitas Mercu Buana Dr Heri Budianto mengatakan, meski pemilu 2024 masih 2 hingga tahun lagi, namun bagi partai politik hal itu dekat, mengingat perhelatan politik besar Pemilu Legislatif (Pileg) dan Pemilu Presiden (Pilpres) serta Pemilu Kepala daerah (Pilkada) ditahun yang sama.

Hal ini diungkapkan Heri, menyikapi sejumlah partai politik melakukan "pemanasa" mesin parpol, khususnya dengan tebar pesona aktor politik menuju Pilpres, melalui gambar baliho atau billboard menyongsong 2024.

"Tahun 2024 memang masih lama itu, tapi untuk perhelatan politik besar itu menjadi tidak lama, apalagi sekarang sudah November dan tahun depan tahapan pemilu sudah dilaksanakan. Artinya apa yang telah dilakukan parpol saat ini tak terkekuali di Sumsel itu adalah pemanasan yang dilakukan untuk meremains (mengingat) kembali masyarakat akan parpol dan aktornya, yang tentunya ada tujuan," kata Heri.

Diterangkannya, setiap ada peristiwa politik terjadi tentunya pasti punya tujuan politik, dan sejumlah partai politik yang memiliki kursi di senayan mulai melakukan pemenasan.

"Kalau soal berbicara waktu, tidak ada waktu yang jauh untuk kontestasi politik," bebernya, seraya sejumlah parpol saat ini sudah mulai menawarkan sosok yang dianggap berpotensi maju di Pilpres 2024.

Diungkapkan Heri, jika parpol di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari figuritas (ketokohan), dimana figuritas sangat identik dengan parpol. Namun, parpol juga diingatkan agar tidak tergantung kepada figur seseorang, karena jika ia keluar dari parpol maka parpol akan susah bangkit.

"Misalnya PKB tak bisa dilepas dari Gus Ami (Muhaimin Iskandar), Gerindra dengan Prabowo Sunianto, Demokrat dengan trah SBY, hingga PDIP tidak bisa terlepas dari trah Bung Karno mulai Megawati hingga Puan Maharank saat ini kita lihat dimana- mana balehonya, dan itu adalah fakta di Indonesia Partai politik idenyik dengan figuritas. Saya tidak bisa membayangkan partai- partai yang mencoba tidak mengusung figurnya yang lekat dengan pimpinan dari parpol yang ada itu," ucapnya.

Meski begitu, ia juga melihat ada parpol yang juga tidak tergantung dengan figur, seperti Golkar dan PKS yang selama ini besar karena mesin partai yang ada.

"Kedua partai itu tidak terlalu besar ketergantungan terhadap figur. Kenapa mereka lebih identik dengan ketum (figur), karena tujuan politiknya, bagaimana reaksi publik tentang calon yang akan diusung, kalau bicara sekarang fenomenal banyak baleho bertebaran saat ini adalah suatu faktor politik, dimana parpol memililiki tujuan politik. Paling tidak mengetahui bagaimana respon masyarakat dari figur- figur yang dilempar ke publik," tuturnya.

Baca juga: Terungkap, 22 Tersangka Pencuri Sawit PT Lonsum Ternyata Warga Suku Anak Dalam Mangsang Muba

Soal pengaruh baliho terhadap citra seseorang di masyrakat kedepan khususnya dalam pencalonan Pilpres, ditambahkannya dimana tahap ini membangun brand awarnes kepada publik, dan baleho cukup mmmpuni. Tapi untui mencapai elektabilitas belum menjamin.

"Dalam teori komunikasi ada 3 efek yang terjadi dalam proses interaksi komunikasi termasuk komunikasi politik, pertama pengetahuan disebut popularitas, kedua aksessibilitas dimana setelah orang tahu baru bersikap kandidat pantas atau menyukai, dan ketiga kongnitif atau elektabilitas. Jadi sebelum menentukan pilihan orang terkenal meski tidak ada jaminan untuk keterpilihan untuk situasi politik saat ini.
Memang Prabowo, atau Sandiaga Uno sudah diketahui masyarakat Indonesia, tapi belum tahu untuk tingkat keterpilihan," ingatnya.

Sementara Ketua DPW Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Provinsi Sumsel Ramlan Holdan mengungkapka, jika PKB sudah mulai melakukan pemenasan untuk pemenangan 2024 mendatang, dengan mengenalkan sosok ketumnya (Gus Ami) ke masyarakat luas melalui baleho atau lainnya.

"Ini adalah ikhtiar PKB untuk selalu berinteraksi dengan seluruh lapisan masyarakat, tebar pesona ini bukan hanya kepentingan sesaat tetapi untuk semua dalam rangla kita melakukan komunikasi dan interaksi setiap lapisan masyarakat. Mungkin sebenarnya dari DPP belum ada instruksi melainkan kelompok simpatidan yang memakai dan memasang baleho, jadi secara organisasi belum ada perintah untuk itu," tandasnya.

Dilanjutkan Ramlan, partainya siap ilut kontestasi di Pilpres mendatang mengingat perolehan kursi di senayan dan elektabilitas parpol selama ini terus meningkat.

"eski secara organisasi belum melakukan secara masif untuk Gus Ami, tapi jajaran kami siap. Mengingat PKB juga layak ikut kontestan presiden dan wapres, dimana elektabikitas partai mendung. Tapi hal itu juga perlu dukungan dari NU mengingat PKB dilahirkan oleh NU," pungkasnya.

Baca berita lainnya langsung dari google news. 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved