Kericuhan di Yahukimo
Korban Tewas Kericuhan di Yahukimo Papua Jadi 6 Orang, 41 Luka-luka, Ribuan Mengungsi ke Polres
Selain korban tewas, sekitar 41 orang mengalami luka-luka dan kini sedang mendapat perawatan medis di RSUD Yahukimo
TRIBUNSUMSEL.COM-Hasil update pendataan jumlah korban akibat kericuhan di Distrik Dekai, Kabupaten Yahukimo, Papua, kembali bertambah. Sebelumnya dilaporkan dua orang tewas, malam ini jumlah korban tewas bertambah jadi enam orang.
Selain korban tewas, sekitar 41 orang mengalami luka-luka dan kini sedang mendapat perawatan medis di RSUD Yahukimo.
"Masyarakat yang meninggal dunia enam orang yang salah satunya diduga adalah pelaku penyerangan. Seluruh jenazah masih disemayamkan di RSUD Yahukimo," ujar Direskrimum Polda Papua Kombes Faizal Ramadhanisaat dihubungi melalui sambungan telepon, Minggu (3/10/2021).
Mengenai korban luka, Faizal memastikan jumlahnya jauh lebih banyak dari yang diperkirakan sebelumnya.
"Ada 41 orang luka-luka, sementara semuanya masih mendapat penanganan medis di RSUD Yahukimo," kata dia.
Selain itu, sejumlah warga memilih mengamankan diri di Polres Yahukimo.
Menurut dia, masyarakat takut bila nantinya ada kericuhan kembali.
"Sekitar seribu warga saat ini berlindung di Polres Yahukimo," kata Faizal.
Selain itu, Faizal belum bisa memastikan berapa jumlah bangunan yang terbakar atau rusak akibat kericuhan yang terjadi pada Minggu siang tersebut.
Namun saat ini aparat keamanan sudah mulai bisa mengendalikan situasi. "Sekarang situasinya sudah cukup kondusif," kata dia.
Massa Bakar Bangunan
Massa tiba-tiba mengamuk di Distrik Dekai, Kabupaten Yahukimo, Papua, pada Minggu (3/10/2021) pagi. Mereka menyerang warga dan melakukan pembakaran terhadap sejumlah bangunan.
Polisi sudah mengamankan beberapa orang yang melakukan aksi anarkis tersebut.
"Sudah beberapa diamankan tapi laporan menyusul karena jaringan (telekomunikasi) masih susah," kata Faizal.
Mengenai aksi pembakaran, Faizal belum bisa memastikan berapa jumlah bangunan yang sudah hangus terbakar.
"Iya ada pembakaran," kata dia.
Ia belum bisa memastikan motif di balik aksi anarkis tersebut.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com