CPNS 2021
Banyak Kasus Penipuan CPNS, Menpan RB, Tjahjo Kumolo Angkat Bicara
Namun, disaat penyelenggaraan ini, ada sejumlah orang yang memanfaatkan hal tersebut untuk melakukan penipuan.
TRIBUNSUMSEL.COM - Saat ini tengah dilaksanakan seleksi CPNS di Indonesia.
Banyak orang yang ikut serta berpartisipasi dalam hal ini.
Namun, disaat penyelenggaraan ini, ada sejumlah orang yang memanfaatkan hal tersebut untuk melakukan penipuan.
Menteri Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN-RB) Tjahjo Kumolo memberikan tanggapannya terkait munculnya kasus penipuan penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS).
Tjahjo mengakui para calo memang kerap muncul saat pelaksanaan seleksi CPNS.
Untuk itu ia memberikan pesan agar para peserta tidak tergiur dengan penawaran yang dijanjikan para calo ini.
Selain itu Tjahjo juga menegaskan bahwa proses ujian seleksi CPNS dilaksanakan secara terbuka dan transparan.
"Kementerian PAN-RB serta BKN rutin menginfokan, jangan percaya calo yang menawarkan kemudahan-kemudahan karena proses ujian CPNS terbuka dan transparan."
"Kami selalu mengingatkan kepada keluarga CPNS dan CPNS khususnya agar tidak tergiur dengan tawaran yang dijanjikan calo," kata Tjahjo Kumolo dilansir Kompas.com, Jumat (1/10/2021).
Lebih lanjut Tjahjo menuturkan bahwa Polda Metro Jaya sudah membongkar jaringan calo CPNS yang marak muncul pada tahun lalu.
Kemudian untuk saat ini para calo tersebut sedang dilakukan proses hukum.
Baca juga: Anak Nia Daniaty Ngaku Kerabat Menteri Tjahjo Kumolo ke Mantan Guru, Kasus Dugaan Penipuan CPNS
Baca juga: Tak Ada Kabar, Ratusan Pelamar CPNS Kota Lubuklinggau Tak Lolos
Diketahui sebelumnya, kasus penipuan penerimaan CPNS ini kembali mencuat setelah seseorang mengaku menjadi korban penipuan CPNS.
Korban yang bernama Karnu ini melaporkan Olivia Nathania dan suaminya, Rafly Noviyanto Tilaar, ke Polda Metro Jaya pada Kamis (23/9/2021) lalu.
Laporan itu terkait penggelapan, penipuan, dan pemalsuan surat CPNS. Olivia sendiri merupakan anak penyanyi Nia Daniati.
Sementara itu, korban dari kasus tersebut disebut telah mencapai 225 orang dengan kerugian ditaksir Rp 9,7 miliar.