Menuju Herd Immunity
Ini Jenis Platform Vaksin Covid-19 di Dunia Saat Ini, Berikut Cara Kerja dan Metodenya
platform teknologi pembuatan vaksin sudah dikembangkan sejak lama. Meski menggunakan platform berbeda, tujuan pengembangan vaksin sama melawan Covid
TRIBUNSUMSEL.COM-Vaksinasi saat ini menjadi sangat penting ketika Covid-19 belum ada tanda-tanda akan hilang.
Hasil suveri terbaru, sebanyak 89 persen dari 119 emunologist dan ahli virus dari 23 negara sepakat bahwa pandemi akan berubah menjadi endemi, tak serta-merta hilang.
Perlu diketahui, ada banyak jenis vaksin Covid-19 di dunia ini. Beberapa diantaranya sudah mendapatkan izin penggunaan darurat.
Meski jenis vaksinnya sama, yaitu vaksin untuk Covid-19, terdapat keragaman teknologi di baliknya.
Profesor Bidang Ilmu Farmasi Oregon State University, Amerika Serikat, Prof Taifo Mahmud dikutip dari upad.ac.id menjelaskan, platform teknologi pembuatan vaksin sudah dikembangkan sejak lama.
Meski menggunakan platform yang berbeda, pengembangan vaksin tetap memiliki tujuan untuk melawan virus Covid-19.
“Lebih dari 250 institusi maupun perusahaan di dunia yang men-develop vaksin Covid-19 dan menggunakan berbagai teknologi,” kata Prof Taifo saat mengisi kuliah umum virtual bertema “Viruses and Vacciness” di Fakultas MIPA Universitas Padjadjaran, beberapa waktu lalu.
Ada dua platform utama dari teknologi pengembangan vaksin, yaitu klasik dan terbaru.
Platform klasik, kata diaspora Indonesia di AS tersebut, merupakan teknologi yang selama ini sudah banyak digunakan untuk menghasilkan beragam vaksin.
Platform klasik yang banyak digunakan antara lain vaksin yang dikembangkan dari virus utuh yang diinaktivasi.
Telah banyak vaksin yang dihasilkan melalui teknologi ini, seperti Polio, Rabies, hingga vaksin Hepatitis A.
Sementara pada vaksin Covid-19, teknologi ini digunakan untuk pengembangan vaksin Sinovac dan Sinopharm.
Kemudian, vaksin dari virus yang dilemahkan, hingga vaksin dari rekombinan atau subunit protein pada virus yang salah satunya berupa produk vaksin Covid-19 Anhui.
Ada pula vaksin yang menggunakan teknologi virus-like particles (VLP) atau zat dengan struktur yang mirip dengan virus, tetapi tidak memiliki genom dari virus tersebut.
Prof Taifo melanjutkan, platform lanjutan yang dikembangkan untuk vaksin Covid -19 di antaranya vaksin dengan adenovirus, atau memanfaatkan virus lain seperti yang dikembangkan Astrazeneca, Janseen, dan Gamaleya.
Ada pula vaksin Covid-19 dari teknologi mRN, seperti vaksin yang dikembangkan Moderna, Pfizer, hingga CureVac. Terakhir, ujar Prof. Taifo, ada vaksin yang dikembangkan dari antigen-presenting cells (APC) yang saat ini tengah dikembangkan di Indonesia.
Baca juga: Inilah Daftar 6 Vaksin yang Sudah Mendapatkan Izin dari BPOM untuk Digunakan di Indonesia
Berikut jenis-jenis vaksin Covid-19 dan metode pengembangannya.
1. Inactivated vaccine
Jenis vaksin Covid-19 yang dikembangkan dengan metode ini di antaranya seperti vaksin buatan China, Sinopharm dan Sinovac.
Teknologi inactivated vaccine, yakni pengembangan jenis vaksin Covid-19 ini berasal dari virus yang dilemahkan.
Kendati bukan metode baru, teknologi pengembangan vaksin ini masih banyak dipergunakan oleh para ahli.
Apa itu inactivated vaccine?
Vaksin Covid-19 ini mengandung seluruh virus corona, SARS-CoV-2, dikutip dari Medical News Today, Selasa (2/3/2021).
Meski mengandung seluruh virus SARS-CoV-2 penyebab penyakit Covid-19, namun virus itu telah dimodifikasi secara kimiawi untuk dinonaktifkan.
Cara kerja inactivated vaccine Vaksin Covid-19 berbasis teknologi ini, seperti yang dikembangkan Sinovac dan Sinopharm, menggunakan bahan kimia yang disebut beta-propiolactone untuk menonaktifkan virus SARS-CoV-2 dalam vaksin mereka.
Bahan kimia tersebut kemudian akan mengubah materi genetik dari virus. Vaksin dari virus yang dinonaktifkan ini tidak dapat menyebabkan Covid-19, karena virus tersebut sudah tidak bisa menggandakan dirinya.
Vaksin Covid-19 berbasis inactivated vaccine ini, memang tidak menghasilkan reaksi kekebalan sekuat vaksin lainnya.
Bahkan, kekebalan yang dihasilkan mungkin tidak bertahan lama. Oleh sebab itu, Sinovac, Sinopharm maupun Bharat Biotech, pengembang vaksin asal India, menggunakan adjuvan dalam vaksin corona yang mereka kembangkan, sehingga dapat menghasilkan respons kekebalan yang lebih kuat.\
Namun, perlu diketahui bahwa untuk memberikan kekebalan dalam jangka panjang, mungkin perlu menerima suntikan penguat setelah menerima vaksin Covid-19 yang tidak aktif tersebut.
2. Messenger RNA (mRNA)
Vaksin mRNA adalah jenis vaksin Covid-19 yang dikembangkan oleh perusahaan Pfizer asal Amerika Serikat dan mitranya, BioNTech dari Jerman.
Jenis vaksin ini juga yang dipergunakan Moderna dalam pengembangan vaksin Covid-19 miliknya. Vaksin Pfizer dan Moderna telah banyak dipergunakan sejumlah negara, seperti Amerika Serikat, serta beberapa negara lain di Eropa dan Timur Tengah.
Teknologi vaksin mRNA memang bukan hal baru. Sebab, teknologi mRNA juga telah digunakan para ilmuwan dalam mengembangkan vaksin untuk penyakit menular dan kanker selama beberapa tahun ini.
Cara kerja vaksin mRNA
Vaksin mRNA tidak mengandung bagian apa pun dari virus SARS-CoV-2. Namun sebaliknya, vaksin ini membawa sepotong messenger RNA, materi genetik yang disintetis secara kimiawi.
Materi mRNA itu berisi tentang informasi yang diperlukan sel kita sendiri untuk membuat protein spike SARS-CoV-2.
Pada virus corona SARS-CoV-2 sendiri, protein spike berperan penting dalam menginfeksi sel inang dan menyebabkan infeksi Covid-19 pada manusia. Dengan suntikan vaksin mRNA ini, sel-sel kita akan membuat protein ini dan menyajikannya ke dalam sistem kekebalan tubuh.
Tujuannya, untuk merespons dengan menciptakan antibodi dan mengembangkan kekebalan yang lebih tahan lama dalam bentuk respons sel T dan sel B.
3. Vaksin vektor virus
Apa itu vaksin vektor virus?
Jenis vaksin Covid-19 ini sama seperti vaksin mRNA. Meski pengembangannya berbasis virus, namun jenis vaksin tersebut tidak mengandung virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19. Para ilmuwan vaksin menggunakan virus yang tidak berbahaya untuk mengirimkan gen yang memungkinkan sel kita membuat protein spike.
Vaksin-vaksin virus corona yang menggunakan metode ini antara lain seperti vaksin AstraZeneca yang dikembangkan bersama University of Oxford, Sputnik V dari Rusia, dan vaksin Johnson & Johnson.
Ketiga jenis vaksin Covid-19 ini dikembangkan dengan menggunakan jenis virus, adenovirus yang berbeda, sebagai sistem pengiriman atau vektor. Adenovirus dapat menyebabkan flu biasa, dan ada banyak jenis adenovirus yang dapat menginfeksi spesies berbeda.
Pada vaksin AstraZeneca, digunakan vektor adenovirus simpanse yang disebut ChAdOx1. Sedangkan pada vaksin Sputnik V Rusia menggunakan dua vektor adenovirus manusia yang berbeda yang disebut Ad26 dan Ad5.
Vaksin Covid-19 Jonhson & Johnson juga menggunakan vektor adenovirus, jenis virus Ad26 dalam vaksin mereka.
Cara kerja vaksin vektor virus
Ketiga jenis vaksin adenovirus ini mengandung gen protein spike dan mengirimkannya ke dalam sel setelah injeksi.
Sel-sel tersebut kemudian akan membuat protein lonjakan dan menyajikannya ke dalam sistem kekebalan tubuh kita. Seperti halnya vaksin mRNA, vaksin vektor virus tidak membawa informasi yang diperlukan sel kita untuk membuat seluruh virus SARS-CoV-2.
Oleh karena itu, mereka tidak dapat menyebabkan Covid-19. 4. Subunit vaksin Seperti mRNA dan vaksin vektor virus, vaksin subunit hanya menggunakan sebagian dari virus SARS-CoV-2.
Kendati demikian, daripada memberikan kode genetik yang diperlukan untuk membuat protein virus, subunit vaksin mengirimkan protein secara langsung. Kandidat vaksin Novavax Covid-19 adalah salah satu jenis vaksin subunit.
Para ilmuwan menghasilkan protein spike SARS-CoV-2 dalam jumlah besar di laboratorium untuk vaksin eksperimental ini.
Uniknya, sebelum memurnikan protein spike itu, Novavax menggunakan sel serangga untuk menumbuhkan protein tersebut.
Cara kerja vaksin protein S
Protein yang dimurnikan kemudian akan membentuk nanopartikel. Dengan sendirinya, nanopartikel protein mungkin tidak menghasilkan reaksi kekebalan yang cukup kuat, jadi Novavax menambahkan adjuvan.
Dilansir dari Mayo Clinic, subunit vaksin adalah jenis vaksin Covid-19 yang mengandung protein S, yang tidak berbahaya.
Setelah sistem kekebalan kita mengenali protein S, ia menciptakan antibodi dan sel darah putih pertahanan. Jika Anda terinfeksi virus corona SARS-CoV-2, antibodi tersebut akan melawan virus penyebab Covid-19 tersebut.
Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com