Akidi Tio Sumbang 2 Triliun

Menelusuri Jejak Keluarga Akidi Tio di Jalan Veteran Palembang, Penyumbang Rp 2 Trilun

Keluarga Akidi Tio kini sedang menjadi perbincangan hangat di seluruh Indonesia karena memberi dana bantuan sebesar Rp. 2 Triliun

Penulis: Shinta Dwi Anggraini | Editor: Prawira Maulana

 TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Keluarga Akidi Tio kini sedang menjadi perbincangan hangat di seluruh Indonesia karena memberi dana bantuan sebesar Rp. 2 Triliun untuk penanganan covid-19 di Sumsel. 

Jumlah itu begitu fantastis bila dibandingkan dengan berbagai bantuan lain yang pernah diberikan untuk penanganan covid-19 di Indonesia. 

Maka tak heran banyak yang penasaran dengan asal-usul keluarga Akidi Tio, mengingat nama tersebut masih begitu asing di telinga masyarakat Indonesia. 

Bahkan jejak riwayat digitalnya juga sangat sulit ditemukan di google. 

Menurut Prof dr Hardi Darmawan sebagai dokter pribadi keluarga mengatakan, Akidi Tio adalah pengusaha sukses asal Kota Langsa Kabupaten Aceh Timur yang pernah tinggal di Kota Palembang. 

"Saya sebenernya adalah dokter keluarga dari almarhum pak Akidi. Sudah 36 tahun dengan pak abidi dan bila ditambah dengan anak-anak, mantu dan cicit-cicitnya, berarti terhitung sudah 48 tahun saya mengenal keluarga beliau," ujar Prof dr Hardi Darmawan saat ditemui setelah acara penyerahan bantuan di Mapolda Sumsel, Senin (26/7/2021). 

Untuk menjawab tanda tanya di tengah masyarakat, tribunsumsel.com mencoba untuk menelusuri jejak keluarga Akidi Tio di Palembang, Selasa (27/7/2021). 

Lalu didapatlah berbagai informasi mengenai sejumlah kawasan yang disebut-sebut pernah jadi tempat tinggal keluarga pengusaha tersebut di kota pempek. 

Pertama tribunsumsel.com mendatangi Jalan Veteran Kota Palembang yang awalnya begitu santer dikabarkan pernah jadi tempat tinggal Akidi Tio. 

Dari informasi yang dihimpun, Akidi Tio disebut-sebut pernah tinggal tak jauh dari SPBU Jalan Veteran. 

Akan tetapi tidak ada yang mengenal sosok tersebut, termasuk Hasan (58) warga lama di kawasan Veteran. 

"Dari kecil saya disini, tapi tidak pernah dengar nama itu. Wajahnya juga terlihat asing," kata Hasan setelah melihat foto Akidi Tio. 

Begitupun Ruslan (47) tukang parkir di kawasan ruko tak jauh dari SPBU Jalan Veteran. 

Ruslan mengaku, dirinya justru baru mendengar nama Akidi Tio setelah ramai pemberitaan di sosial media. 

"Saya baru tahu dia pernah tinggal di Veteran. Sekitar 12 tahun saya jadi tukang parkir disini, tidak kenal orang yang mana," ujarnya. 

Pencarian kemudian dilanjutkan ke kawasan Jalan Mayor Salim Batubara, Sekip tepatnya tak jauh dari Bakso Trisno. 

Beberapa warga yang ditemui juga mengaku tidak mengenal siapa Akidi Tio. 

"Bisa jadi pernah tinggal disini, tapi saya tidak kenal. Namanya juga asing," kata Asun (65) salah seorang penghuni lama di kawasan Sekip. 

Selanjutnya tribunsumsel.com menuju ke Jalan Mayor Ruslan Lorong Tunggal Dalam yang juga disebut-sebut pernah jadi tempat tinggal keluarga Akidi Tio di Palembang. 

Namun hasilnya tetap sama yakni tidak ada yang mengenal sosok tersebut. 

Suyoso ketua RT 38 Jalan Mayor Ruslan Lorong Tinggal Dalam mengatakan, dirinya susah 40 tahun tinggal di kawasan ini. 

Namun sekalipun ia tidak pernah mengenal sosok Akidi Tio. 

"Tidak ada warga namanya Akidi Tio. Kalaupun pernah tinggal disini, mungkin dia pakai nama panggilan jadi tidak kenal nama aslinya. Tapi setahu saya orang itu tidak pernah tinggal disini," ujarnya. 

Keluarga Akidi Tio memberikan bantuan Rp 2 Triliun untuk masyarakat Palembang dan Sumatera Selatan (Sumsel). 

Bantuan tersebut diberikan secara langsung oleh anak bungsu Akidi Tio yang bernama Heriyanti, didampingi Prof dr Hardi Darmawan yang merupakan dokter keluarga Almarhum (Alm) Akidi Tio kepada Irjen. Pol. Prof. Dr. Eko Indra Heri.

"Saya sudah tanya ke keluarga Akidi tidak ada syarat-syarat khusus, yang penting amanah dan tercapai tujuan yang mulia," kata Prof Hardi saat Live Talk dengan tema Ungkap Fakta Sumbangan Rp 2 Triliun Keluarga Akidi Tio bersamaan Head of Newsroom Sriwijaya Post dan Tribun Sumsel Hj. L. Weny Ramdiastuti, Selasa (27/7/2021).

Lebih lanjut ia mengatakan, jadi diserahkan amanah itu harus betul-betul berjalan dengan baik. Maksudnya dari amanah (bisa dipercaya) itu adalah harus fathonah (cerdas), siddiq (jujur, benar) dan tabligh (menyampaikan).

Menurutnya, nantinya akan ada tim khususnya dan Prof Hardi minimal akan masuk jadi pengawas. Walaupun ia perantara saja, tapi ia merasa punya kewajiban moral bahwa itu untuk masyarakat. 

"Saya sudah biasa seperti itu, saya juga tahu yang terjadi di daerah-daerah," ungkapnya.

Lalu uang tersebut akan digunakan dalam hal apa? "Kami berpikir, dalam tim satgas yaitu 3T (testing, tracing and treatment). Lalu 5 M (memakai masker, mencuci tangan dengan sabun, menjaga jarak, menjauhi kerumunan dan membatasi mobilitas). Itukan di hulu dan fencing," katanya.

Lalu juga isolasi, isolasi mandiri dan isolasi yang disediakan pemerintah seperti di Wisma Atlet dan lain-lain. Nah untuk isolasi mandiri ini juga harus diawasi, sebab ada kecenderungan mereka tes antigen sendiri, mengobati sendiri, sehingga penularan masih terjadi. 

"Akibatnya angak penularan dan yang meninggal masih tinggi. Ini akan kita kejar, agar bisa menurunkan positivity rate. Saya kira seusai dengan instruksi menteri dalam negeri dan Menkes, yang terpenting itu testing diperbanyak," katanya.
 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved