Akidi Tio Sumbang 2 Triliun

Beri Bantuan Rp 2 Triliun, Ini Pesan Keluarga Akidi Tio: Tidak Ada Syarat yang Penting Amanah

Keluarga Akidi Tio memberikan bantuan Rp 2 Triliun untuk masyarakat Palembang dan Sumatera Selatan (Sumsel). 

Penulis: Linda Trisnawati | Editor: Prawira Maulana
TRIBUNSUMSEL.COM/SHINTA
Dokter Keluarga Akidi Tio, Prof dr Hardi Darmawan usai mendampingi keluarga saat penyerahan bantuan Rp 2 Triliun dari keluarga Almarhum Akidi Tio di Polda Sumsel, Senin (26/7/2021). 

Laporan Wartawan Tribunsumsel.com, Linda Trisnawati

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Keluarga Akidi Tio memberikan bantuan Rp 2 Triliun untuk masyarakat Palembang dan Sumatera Selatan (Sumsel). 

Bantuan tersebut diberikan secara langsung oleh anak bungsu Akidi Tio yang bernama Heriyanti, didampingi Prof dr Hardi Darmawan yang merupakan dokter keluarga Almarhum (Alm) Akidi Tio kepada Irjen. Pol. Prof. Dr. Eko Indra Heri.

"Saya sudah tanya ke keluarga Akidi tidak ada syarat-syarat khusus, yang penting amanah dan tercapai tujuan yang mulia," kata Prof Hardi saat Live Talk dengan tema Ungkap Fakta Sumbangan Rp 2 Triliun Keluarga Akidi Tio bersamaan Head of Newsroom Sriwijaya Post dan Tribun Sumsel Hj. L. Weny Ramdiastuti, Selasa (27/7/2021).

Lebih lanjut ia mengatakan, jadi diserahkan amanah itu harus betul-betul berjalan dengan baik. Maksudnya dari amanah (bisa dipercaya) itu adalah harus fathonah (cerdas), siddiq (jujur, benar) dan tabligh (menyampaikan).

Menurutnya, nantinya akan ada tim khususnya dan Prof Hardi minimal akan masuk jadi pengawas. Walaupun ia perantara saja, tapi ia merasa punya kewajiban moral bahwa itu untuk masyarakat. 

"Saya sudah biasa seperti itu, saya juga tahu yang terjadi di daerah-daerah," ungkapnya.

Lalu uang tersebut akan digunakan dalam hal apa? "Kami berpikir, dalam tim satgas yaitu 3T (testing, tracing and treatment). Lalu 5 M (memakai masker, mencuci tangan dengan sabun, menjaga jarak, menjauhi kerumunan dan membatasi mobilitas). Itukan di hulu dan fencing," katanya.

Lalu juga isolasi, isolasi mandiri dan isolasi yang disediakan pemerintah seperti di Wisma Atlet dan lain-lain. Nah untuk isolasi mandiri ini juga harus diawasi, sebab ada kecenderungan mereka tes antigen sendiri, mengobati sendiri, sehingga penularan masih terjadi. 

"Akibatnya angak penularan dan yang meninggal masih tinggi. Ini akan kita kejar, agar bisa menurunkan positivity rate. Saya kira seusai dengan instruksi menteri dalam negeri dan Menkes, yang terpenting itu testing diperbanyak," katanya.
 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved