Malam Satu Suro
Apa Arti Malam Satu Suro, Ini Sejarah Malam Satu Suro atau Tahun Baru Islam 1 Muharram 1443 H
Apa arti Malam Satu Suro, Ini Penjelasan dan Sejarah Malam Satu Suro atau Tahun Baru Islam 1 Muharram
Penulis: Abu Hurairah | Editor: Abu Hurairah
Kala itu Sultan Agung berinisiatif mengubah sistem kalender Saka yang merupakan kalender perpaduan Jawa asli dengan Hindu.
Ia kemudian memadupadankannya dengan penanggalan Hijriah.
Hal ini memang sangat unik mengingat kalender Saka berbasis sistem lunar atau Matahari sementara Hijriah pergerakan Bulan.
Kalender Hijriah banyak dipakai oleh masyarakat pesisir yang pengaruh Islamnya kuat.
Sedangkan kalender Saka banyak digunakan oleh masyarakat Jawa pedalaman.
Rupanya, Sultan Agung ingin mempersatukan masyarakat Jawa yang pada waktu itu agak terpecah antara kaum Abangan (Kejawen) dan Putihan (Islam).
Dalam kepecayaan Kejawen, Bulan Suro memang dianggap istimewa.
Muhammad Sholikhin dalam buku Misteri Bulan Suro Perspektif Islam Jawa menjelaskan, penganut Kejawen percaya bulan tersebut merupakan bulan kedatangan Aji Saka ke Pulau Jawa.
Aji Saka kemudian membebaskan rakyat Jawa dari cengkeraman mahluk gaib raksasa.
Selain itu bulan ini juga dipercayai sebagai bulan kelahiran huruf Jawa.
Kepercayaan tersebut ternyata terus turun menurun hingga saat ini.
Bahkan sebagian kalangan menganggap bulan Suro, terutama malam 1 Suro punya nilai mistis tersendiri atau cenderung dianggap angker.
Tak sedikit mitos yang beredar di malam 1 suro yang dipercayai tak boleh dilakukan oleh sebagian masyarakat Jawa.