Malam Satu Suro

Apa Arti Malam Satu Suro, Ini Sejarah Malam Satu Suro atau Tahun Baru Islam 1 Muharram 1443 H

Apa arti Malam Satu Suro, Ini Penjelasan dan Sejarah Malam Satu Suro atau Tahun Baru Islam 1 Muharram

Penulis: Abu Hurairah | Editor: Abu Hurairah
Tribunsumsel
Apa Arti Malam Satu Suro, Ini Sejarah Malam Satu Suro atau Tahun Baru Islam 1 Muharram 1443 H 

TRIBUNSUMSEL.COM - Apa arti Malam Satu Suro, berikut ini penjelasan dan sejarah Malam Satu Suro.

Bulan Muharram dalam kalender Islam dikenal orang Jawa sebagai bulan Suro kalender Jawa.

Satu Suro bertepatan dengan 1 Muharram atau tahun baru Islam yang termasuk satu di antara 4 bulan Istimewa dalam Islm.

Tahun ini, 1 Suro atau 1 Muharam 1443 Hijriah jatuh pada 10 Agustus 2021 berdasarkan Kalender Islam Global 2021.

Di Indonesia khususnya masyarakat Jawa, malam satu suro dikenal sebagai malam yang identik dengan suasana sakral dan mistis

Baca juga: Malam Satu Suro Jatuh Pada Tanggal 20 Agusutus 2020, Ini Larangan di Bulan Suro Serta Amalan Sunnah

Lantas, apa itu Malam Satu Suro dan Sejarah Malam Satu Suro?

Dikutip dari Kompas.com Dalam buku Misteri Bulan Suro: Perspektif Islam-Jawa (2010) karya Muhammad Sholikhin, bulan Muharram adalah nama bulan pertama pada sistem penanggalan hijriah yang oleh Sultan dinamakan sebagai bulan Suro.
Kata Suro merupakan sebutan bagi bulan Muharram dalam masyarakat Jawa.

Kata Suro sebenarnya berasal dari kata "asyura" dalam bahasa Arab yang berati "sepuluh", yakni tanggal 10 bulan Muharram. Asyura dalam lidah masyarakat Jawa menjadu Suro.

Jadilah kata Suro sebagai khasanah Islam-Jawa sebagai nama bulan pertama kalender Islam maupun Jawa. Kata Suro juga menunjukkan arti penting 10 hari pertama bulan itu dalam sistem kepercayaan Islam-Jawa.

Di mana dari 29 atau 30 bulan Muharram yang dianggap paling keramat adalah 10 hari pertama atau lebih tepatnya sejak tanggal 1 hingga 8.

Baca juga: 20 Ucapan Selamat Tahun Baru Islam 1 Muharram 1443 Hijriyah Penuh Makna

Sejarah Malam 1 Suro

Dilansir dari TribunJogja.com, nama malam 1 Suro adalah nama lain dari malam 1 Muharam dalam penanggalan Hijriah.

Ihwal ini tak terlepas soal penanggalan Jawa dan kalender Hijriah yang memiliki korelasi dekat.

Khususnya sejak zaman Mataram Islam di bawah Sultan Agung Adi Prabu Hanyakrakusuma (1613-1645).

Penanggalan Hijriah memang di awali bulan Muharam. Oleh Sultan Agung kemudian dinamai bulan Suro.

Kala itu Sultan Agung berinisiatif mengubah sistem kalender Saka yang merupakan kalender perpaduan Jawa asli dengan Hindu.

Ia kemudian memadupadankannya dengan penanggalan Hijriah.

Hal ini memang sangat unik mengingat kalender Saka berbasis sistem lunar atau Matahari sementara Hijriah pergerakan Bulan.

Kalender Hijriah banyak dipakai oleh masyarakat pesisir yang pengaruh Islamnya kuat.

Sedangkan kalender Saka banyak digunakan oleh masyarakat Jawa pedalaman.

Rupanya, Sultan Agung ingin mempersatukan masyarakat Jawa yang pada waktu itu agak terpecah antara kaum Abangan (Kejawen) dan Putihan (Islam).

Dalam kepecayaan Kejawen, Bulan Suro memang dianggap istimewa.

Muhammad Sholikhin dalam buku Misteri Bulan Suro Perspektif Islam Jawa menjelaskan, penganut Kejawen percaya bulan tersebut merupakan bulan kedatangan Aji Saka ke Pulau Jawa.

Aji Saka kemudian membebaskan rakyat Jawa dari cengkeraman mahluk gaib raksasa.

Selain itu bulan ini juga dipercayai sebagai bulan kelahiran huruf Jawa.

Kepercayaan tersebut ternyata terus turun menurun hingga saat ini.

Bahkan sebagian kalangan menganggap bulan Suro, terutama malam 1 Suro punya nilai mistis tersendiri atau cenderung dianggap angker.

Tak sedikit mitos yang beredar di malam 1 suro yang dipercayai tak boleh dilakukan oleh sebagian masyarakat Jawa.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved