Menuju Herd Immunity
Kabar Baik, Lonjakan Covid-19 di Sumsel Bisa Berakhir Segera, Ini Penjelasan Epidemiolog Unsri
Berakhirnya lonjakan kasus Covid-19 itu, jika semua masyarakat sudah melakukan vaksinasi dan menaati aturan yang ada, dengan berlakunya PPKM Mikro.
Penulis: Arief Basuki Rohekan | Editor: Vanda Rosetiati
Sementara berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) provinsi Sumsel mengungkapkan angka keterisian tempat tidur di rumah sakit (RS) atau Bed Occupancy Rate (BOR) bagi pasien Covid-19 di Sumatera Selatan (Sumsel) saat ini sudah mencapai 80 persen, pasca meningkatnya pasien Covid-19 baru- baru ini.
Sedangkan di kota Palembang dari RS yang ada rata- rata sudah mencapai 90 persen, bahkan ada yang sudah 100 persen.
Namun, sejumlah rumah sakit yang ada seperti RS Siloam Sriwijaya Palembang dan RS Umum Daerah (RSUD) Prabumulih, tetap menjamin pelayanan kesehatan bagi masyarakat tetap berjalan.
Direktur RS Siloam Sriwijaya dr Bona Fernando, kondisi RS Siloam Sriwijaya sebenarnya beruntung karena memikiki group besar, dan bisa curi start berdasarkan pengalaman RS Siloam di Jakarta, yang sigap menangani lonjakan pasien Covid-19 pada gelombang kedua.
"Sebenarnya kita (RS Siloam) sudah curi start tapi kewalahan juga, dan BOR kita rata- rata diatas 80 persen. Selama ini kita sudah menyiapkan bed diruang ICU, tapi disisi lain banyak penambahan pasien kritis lagi, jadi tidak pernah berhenti," kata dr Bona.
Dijelaskan Bona, meski pihaknya fokus penanganan pasien Covid-19 yang kritis tapi layanan dan tenaga kesehatannya ada batasan. Dimana 10 bed ICU sudah full 100 persen di banding ruang isolasi yang masih ada kosong.
"Kalau nambah bed gampang, tapi bed ICU tidak gampang karena perlu alat yang tidak sedikit dan SDM, sehingga kita buka satu bangsal lagi untuk pasien emergency bukan dirawat, tetapi agar mereka tidak menunggu diluar. Jadi kondisi sekarang, kalau kewalahan ya kewalahan, bukan jumlah pasiennya saja, tapi obat, SDM, oksigen dan sebagaunya yang akan jadi porioritas berhubungan dengan Covid-19, sehingga pelayanan tetap maksimal," ucapnya
Diakui Bona, sejauh ini pasien Covid yang masuk ke RS Siloam masih didominaai kalangan lansia (lanjut usia), kalaupun ada pasien produktif karena komorbidnya lebih dari 1, dan yang masuk ke ICU bisa dibilang terlambat penanganannya," tandas Boni.
Dengan kondisi tersebut, Boni sendiri menyatakan pihaknya terkadang jadi dilema bagi pasien yang perlu isolasi mandiri dan ingin dirawat di IGD. Mengingat Rumah sakit harus siap melayani masyarakat yang sakitm
"Kita RS asalah penyedia jasa, pasien yang mau dirawat tidak bisa kita tolak, tapi berusaha edukasi. Kalau bisa isolasi mandiri maka dirunah saja, tapi kadang valita dirumah tidak menunjang jadi terpaksa di rawat RS, jadi kita RS kakau ada pasien butuh dirawat kita rawat dan pemerintah sudah memberikan jaminan dengan kriteria pasien Covid-19 yang ditanggung perawatannya," beber Bona, seraya pasien yang menjalani isolasi mandiri di rumah tetap akan mereka pantau hingga sembuh.
Bona berharap di Sumsel khususnya kota Palembang nantinya ada RS yang fokus menangani Covid-19 sehingga pelayanan masyarakat yang sakit diluar Covid-19 bisa terlayani secara maksimal.
"Selama ini fokus RS bercabang ada melayani pasien Covid-19 ada juga pasien ibu hamil dan sebagainya, sehingga masyarakat semua yang sakit bisa terlayani. Kalau Jakarta kan teratur selama ini dan Palembang bisa saja diterapkan seperti itu sehingga sumber daya dialihkan kesana dan pasien mudah kesana," ungkapnya.
Sementara Direktur RSUD Kota Prabumulih dr Hj Hesty Widiyaningsih, mengunkapkan lonjakan pasien terpapar Covid-19 yang dirawat ditempatnya sehingga BOR di RSUD Prabumulih full saat ini, dimana tren ini terjadi pada awal Juli ini, setelah diberlakukannya PPKM darurat di Pulau Jawa dan Bali.
"Sebenarnya pasa Januari- Februari 2021 keterisian tempat tidur hanya 20-30 persen, April sudah meningkat 50 persen, tapi akhir ini imbas dari PPKM darurat BOR mulai 79-80 persen hingga 100 persen. Mengingat, kami (RSUD) juga melayani pasien tetangga dari PALI dan Muara Enim," jelasnya.
Hesty menerangkan, RSUD sebenarnya telah menambah 24 bed kembalu untuk mengcover pasien Covid-19 sebagai antisipasi jika ada lonjakan, mengingat sejumlah RS swasta yang ada mengaky sudah kewalahan.