Spirit Bisnis

6 Tips UMKM Raup Untung Berkali-kali Lipat, Harsono Pengusaha Cilok Ini Bisa Beli 3 Apartemen

Dari untung berjualan cilok, Harsono kini bisa menabung dan membeli 3 apartemen, 13 rumah kontrakan, sawah dan naik haji

Editor: Wawan Perdana

TRIBUNSUMSEL.COM-Bermula modal Rp 20 ribu, Harsono kini meraup untung berkali-kali lipat dari usaha penjualan cilok.  Usaha mikro kecil menengah (UMKM) yang dirintis Harsono kini telah membuka cabang di beberapa tempat dengan jumlah 10 karyawan.

Dari untung berjualan cilok, Harsono kini bisa menabung dan membeli 3 apartemen, 13 rumah kontrakan, sawah dan naik haji.

Dagangan Cilok Harsono diberi nama Cilok Edy. Bagaimana bisa mendapatkan untung berlipa-lipat?

Harsono membagikan enam tips bagi siapa saja yang mau memulai usaha atau sekarang yang usahanya belum juga mengalami kemajuan.

Untuk diketahui Cilok Edy sudah terkenal di Jember. Cemilan ini bisa dibeli di sejumlah penjual yang satu grup dengan cilok Edy di sejumlah titik di Jember, antara lain depan kantor DPRD Jember, kampus Universitas Jember dan Universitas Muhammadiyah Jember.

Selain di Jember, Cilok Edy juga bisa ditemui di Probolinggi dan Bondowoso.

Baca juga: Modal 20 Ribu Jualan Cilok Pakai Gerobak, Pria di Jember Berhasil Punya 3 Apartemen dan 13 Kontrakan

Harsono, pemilik Cilok Edy bisa meraup Rp 5 juta per hari dari empat rombong. Bahkan sebelum pandemi Covid-19, ia bisa mendapatkan Rp 9 juta per hari.

Berikut 6 Tips dari Harsono :

1. Punya Ciri Khas

Harsono awalnya adalah tukang ojek. Namun pendapatan dari profesi itu tidak bisa mencukupi kebutuhan hidup.

Ia mencoba menjadi tenaga honorer petugas kebersihan di Dinas Pekerjaan Umum dan Cipta Karya Jember. Lagi-lagi pendapatnnya tidak cukup untuk menafkahi keluarga.

Saat itu Harsono tidak patah semangat. Ia terus berpikir hingga akhirnya mendapat ide berjualan cilok.

Tapi saat itu sudah banyak orang berjualan cilok. Supaya beda, Harsono berpikiri cilok yang akan dijualnya harus memiliki ciri khas.

Harsono pun melakukan riset kecil dan menyimpulkan bahwa di Jember tidak ada penjual cilok daging. Yang ada hanya cilok tepung.

Ia pun mulai membuat cilok daging. Resepnya berasal dari ayahnya yang juga berjualan panganan serupa di Bali.

2. Gencar pemasaran

Dengan modal awal Rp 20 ribu, Harsono memulai bisnis berjualan cilok.

Ia memasarkan produknya ke berbagai tempat. Harsono berangkat berjualan keliling cilok mulai pukul 06.30 WIB.

Target pasar yang potensial adalah tempat keramaian seperti sekolah, perkantoran dan lainnya.

3. Tetap sabar dan berusaha

Semangat perjuangan Harsono berjualan cilok sempat meredup karena penghasilannya tidak sesuai harapan.

Ia sempat kembali ke profesi awalnya sebagai tukang ojek selama 2 bulan. Namun berkat dorongan sang istri, Harsono kembali berjualan cilok.

Selama 5 tahun Harsono berjualan cilok hingga dikenal masyarkat luas. Rasa ciloknya yang enak membuat orang ketagihan untuk membelinya.

Wali murid yang awalnya enggan membeli, kini mulai ketagihan cilok Harsono dengan brand "Cilok Edy" itu.

4. Tambahan Modal

Karena merasa ciloknya mulai terkenal, Harsono menangkap peluang untuk perluasan pasar. Ia pun memberanikan diri untuk meminjam uang modal ke perbankan Rp 15 juta.

Harsono memanfaatkan uang itu untuk menambah rombong jualan cilok. Dari modal sebesar itu, ia mampu membuat lima rombong.

Hasil penjualan cilok dari lima rombong itu kemudian diputar lagi hingga ia sampai memiliki 10 rombong cilok.

5. Tingkatkan mutu hadapi persaingan

Ciloknya semakin laris membuat Harsono memiliki tantangan baru, yakni makin banyaknya penjual cilok dan mereka berpotensi menjadi pesaing.

Agar bisa bertahan di tengah persaingan itu, Harsono kemudian bekerja keras untuk meningkatkan cita rasa cilok.

Sang istri, Siti Fatimah ditugaskan untuk terus mengawasi kualitas cilok agar tidak berubah, mulai ukuran, rasa dan lainnya.

6. Investasi di bidang lain

Hasil berjualan cilok tidak dipakai Harsono untuk membeli barang yang sifatnya konsumtif. Ia malah mengalokasikannya untuk investasi di bidang lain yang berpotensi bisa meningkatkan pendapatan.

Harsono kemudian membeli belasan rumah dan kamar kos untuk dikontrakkan. Ia juga membeli 3 apartemen hingga sawah.

Untuk membeli properti itu, Harsono meminjam uang secara kredit ke bank dan cicilannya dibayar dari hasil berjualan cilok.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com

Sumber: Kompas
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved