Kisah Sartono Meraba Membuat Patung, Mata Tak Dapat Melihat Sejak SD Kelas 3, Ada Cerita di Baliknya

Sartono adalah seorang seniman tunanetra yang membuat patung asal Kampung Sekalekan, Kelurahan Klaten, Kecamatan Klaten Tengah, Kabupaten Klaten.

Editor: Weni Wahyuny
TribunSolo.com/Rahmat Jiwandono
Sartono Seniman Tunanetra di Klaten sedang menunjukan proses membuat patung. 

"Saat itu pada 1979 atau umur 16 tahun saya mulai belajar membuat patung secara otodidak," ucapnya.

Dia mengatakan, awal mula dia belajar membuat patung yaitu mengetahui tetangganya ada yang membuat patung.

"Dari situ saya mau belajar cara bikin patung tapi saya enggak bisa melihat prosesnya," katanya.

Meski ia sudah tidak bisa melihat lagi, hal itu tak menyurutkan niatnya untuk belajar membuat patung.

"Kemudian saya minta izin sama yang membuat patung agar diizinkan untuk merabanya dan akhirnya diizinkan untuk meraba," katanya.

Dengan meraba patung, Sartono belajar memahami aneka bentuk-bentuk patung.

"Setelah merasakan bentuk luar patungnya seperti apa, saya berinisiatif untuk membuat patung sesuai dengan keinginan saya," tuturnya.

Sejak itulah dia serius untuk menekuni membuat patung-patung dengan aneka bentuk seperti hewan ataupun manusia.

Namun, niat Sartono untuk menjual hasil karyanya baru berjalan selama 12 tahun terakhir.

"Baru saya pasarkan selama 12 tahun ini karena dahulu tidak yakin karya saya bisa laku untuk dijual," ujarnya.

Sehingga dari tahun 1979 hingga 2009, ia hanya membuat patung untuk mengisi waktu luang.

"Selama itu hanya untuk iseng-iseng saja," selorohnya.

Meraba

Sartono mengaku butuh waktu sekitar 20 sampai 30 hari untuk merampungkan sebuah patung berukuran besar.

"Pengerajaan patung pun tergantung dengan panas sinar matahari. Kalau sedang mendung bisa lebih lama proses pembuatannya," ujar dia.

Halaman
123
Sumber: Tribun Solo
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved