Kecewa dengan Rumah Sakit, Keluarga Angkut Jenazah Naik Pikap, Padahal Sudah Bayar Ambulans
Anggota keluarga Benediktus Boli Hayon, Ruth Wungubelen menjelaskan, Benediktus Boli Hayon menghembuskan napas terakhir di RSUD Larantuka, Selasa (25/
"Saya sebelumnya menolak saran keluarga. Masa kita pakai pikap? Apalagi sudah bayar jasa ambulans. Tapi karena tunggu sampai larut malam, terpaksa kita gunakan pikap," tambah Ruth.
Berdasarkan informasi yang diterima, lanjut Ruth, RSUD Larantuka memiliki ambulans dua unit.
Namun satu dalam kondisi rusak, yang beroperasi hanya satu dan digunakan untuk melayani pasien Covid-19.
Ia menyayangkan RSUD Larantuka hanya memiliki satu ambulans.
"Rumah Sakit Larantuka hanya memiliki satu ambulans? Lalu digunakan oleh pasien umum dan pasien Covid? Pantas saja jenazah yang ditetapkan sebagai pasien Covid selalu menjadi polemik dan dipersoalkan. Inilah nasib rakyat biasa sudah bayar ambulans sekalipun tapi tetap tidak terlayani," ujarnya kesal.
Ia berharap kejadian yang menimpa keluarganya tidak dialami keluarga pasien lainnya.
"Saya berharap kejadian ini yang pertama dan terakhir, apalagi terjadi pada keluarga yang lain khususnya dari pulau. Apalagi peristiwa kematian terjadi di malam hari."
"Direktur RSUD seharusnya sadar bahwa ketersediaan sarana yang memadai harus dikonsolidasikan agar tidak mengorbankan nakes yang menjadi ujung tombak pelayanan," tandasnya.
Direktur RSUD Larantuka, dr. Sanny enggan berkomentar kejadian tersebut.
Ia menyarankan wartawan mewawancarai KTU RSUD.
"Langsung ke KTU. Saya di ruangan Asisten 1," katanya singkat, Kamis kemarin.
(Pos-Kupang.com/Kanis Jehola)