Biografi dan Biodata Wimar Witoelar, Mantan Jubir Gusdur Wafat di Usia 75 Tahun
Wimar Witoelar, sosok yang sangat peduli mengenai Indonesia supaya menjadi semakin baik, bersih dan maju, meninggal dunia, Rabu (19/5/2021)
Sejak saat itu, ia sibuk memimpin apel siaga dan aksi demonstrasi mahasiswa ITB mengganyang PKI. Ia juga memimpin misi Ampera mahasiswa ITB ke Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali.
Pada 1968, Wimar terpilih sebagai Ketua Majelis Permusyawaratan Mahasiswa ITB. Pada tahun itu juga ia dipilih sebagai Ketua Umum Dewan Mahasiswa ITB periode 1968-1969.
Muncul pertanyaan, mengapa Wimar tidak menyelesaikan kuliahnya di ITB. Menurut dia, menjadi aktivis jauh lebih menantang ketimbang kuliah.
"Karena tidak sanggup, tidak ada motivasi lagi. Ketika tahun ketiga kuliah, terjadi Gestapu. Tadinya tak pernah memikirkan kehidupan politik, lalu menjadi aktivis mahasiswa dan menjadi pimpinan. Dan itu lebih menarik dan serius daripada kuliah," kata Wimar saat diwawancara Harian Kompas kala itu.
"Kebetulan kuliah saya di bidang elektro, sangat teknis. Sementara kegiatan saya sudah setingkat menteri. Artinya kalau ingin bertemu menteri bisa dengan mudah, sementara bila menghadap asisten dosen tidak mengerti apa-apa. Jadi senjang sekali kedudukan saya antara di dunia akademik dan di luar dunia itu. Tetapi politik saya sudah selesai di kampus," lanjut Wimar.
Ditahan Tanpa Diadili
Ketika Golkar dibentuk pada 1969, yang menjadi senior mahasiswa di Bandung adalah Rahman Toleng. Sebagai mahasiswa aktif, Wimar ikut menganjurkan membikin Golkar agar menjadi kekuatan alternatif.
Tetapi menjelang pemilu, ia keburu drop out, pergi ke AS untuk pindah studi, padahal ia masuk daftar calon legislatif pemilu pertama itu untuk wakil Jawa Barat dengan nomor urut 9 dari Golkar.
Sedangkan teman baiknya sejak mahasiswa, Sarwono Kusumaatmadja yang mantan Sekjen Golkar, Menteri Penertiban Apartur Negara dan Menteri Lingkungan Hidup, mendapat nomor urut 24.
Setelah lulus dan meraih gelar BS dalam electrical engineering, MS dalam system analysis dan MBA dalam finance and investment dari George Washington University, AS pada 1975, Wimar kembali pulang ke Indonesia.
Sepulangnya dari AS, Wimar dipercaya menjadi dosen di ITB dan menolak ikut pemilu kedua pada 1977.
Pergolakan mahasiswa ITB menjelang Sidang Umum MPR 1977 berakhir dengan penahanan sejumlah mahasiswa dan Wimar menjadi satu-satunya dosen yang ikut ditahan tanpa diadili.
Wimar tidak suka disebut dengan istilah pejuang reformasi, sebab itu memerlukan pengorbanan.
"Padahal saya menyukai pekerjaan ini, it just comes naturally. Juga kita tahu istilah reformasinya yang sudah begitu sangat larut. Lalu saya agak tidak punya ilusi mengenai peran satu orang tanpa organisasi untuk mengubah semua. Saya senang mengkritik orang supaya orang mencari tahu sendiri, membentuk sikap sendiri. Ya itulah mencuri kejernihan dalam kerancuan. Jadi pejuang reformasi merupakan suatu kata yang terlalu besar, begitu juga pejuang Orde Baru," tuturnya.
Juru bicara Presiden Gus Dur