Cerita Khas Ramadan 1442

Cerita Tunanetra Yayasan Netra Mandiri Saat Ramadan, 'Alhamdulillah Tahun Ini Bisa Tadarus Bersama'

Kalau untuk tadarus bersama teman-teman tunanetra di Yayasan Netra Mandiri ini, Alhamdulillah baru pertama kali diadakan di Ramadan tahun ini.

Penulis: Melisa Wulandari | Editor: Vanda Rosetiati
TRIBUN SUMSEL/MELISA WULANDARI
Suasana tadarus bersama teman-teman tunanetra di Yayasan Netra Mandiri yang terletak Lorong Ms Tembusan Jalan Sukabangun 1 Palembang, Sabtu (24/4/2021). 

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Puluhan tuna netra di Yayasan Netra Mandiri yang terletak di Lorong Ms Tembusan Jalan Sukabangun 1 Palembang terlihat sedang tadarus bersama di dalam ruangan sederhana.

Mereka terlihat khusyuk mendengarkan temannya sedang tadarus Al-Quran dengan menggunakan Alquran braille yang dibimbing juga oleh seorang tunanetra.

Pengurus Yayasan Netra Mandiri Palembang, Andre Agasi mengatakan kegiatan pengajian atau tadarus bersama tunanetra ini baru Ramadan tahun ini dilakukan.

“Kalau untuk tadarus bersama teman-teman tunanetra di Yayasan Netra Mandiri ini, Alhamdulillah baru pertama kali diadakan di Ramadan tahun ini bisa tadarus bersama. Tapi pelajaran membaca Al Quran mulai dari tahun lalu,” ujar pria lulusan sarjana agama ini, Sabtu (24/4/2021).

Andre menambahkan yang mengikuti tadarus bersama ini adalah anak anak dari sekolah luar biasa (SLB) dan ada juga tunanetra yang sudah tamat sekolah namun masih ingin belajar Al Quran.

“Kalau biasanya mengaji Al Quran pakai Alquran pada umumnya tapi kalau kami dan teman teman tunanetra mengaji dan belajar Al Quran itu dengan Al Quran braille,” ujarnya.

Al Quran braille ini sama seperti Al Quran pada umumnya tetapi hanya saja yang membedakan adalah mereka (teman teman tunanetra) mengaji dengan menggunakan taktil atau indera peraba/sentuhan.

“Kalau pada umumnya menggunakan mata kemudian mengkonesikan ke mulut atau lisan kalau kami sebagai tunanetra dari taktil atau sentuhan tangan langsung terkoneksi ke lisan atau menyebutkan,” jelasnya.

Mengaji secara taktil oleh teman teman tunanetra ini tentunya terdapat kesulitan karena dengan menggunakan indera peraba ini terkadang terjadi beberapa kesalahan.

“Maka dari itu dilatih indera kepekaan taktil, nah yang ini agak susah karena harus menyinkronkan indera peraba atau taktil dengan lisan,” ujarnya.

Baca juga: Cerita Helmy Yahya Jajal Tol Bakauheni-Palembang, Jakarta-Palembang Lewat Jalan Tol Cuma 7 Jam

Baca juga: Penukaran Uang Pecahan Rp 75 Ribu Bisa Kolektif Hingga 100 Lembar, Ini Syarat dan Ketentuannya

Lebih lanjut Andre mengatakan untuk pengajar (guru ngaji) di Yayasan Netra Mandiri ini masih kurang.

“Karena pelatihan Al Quran ini baru tahap kedua kami kekurangan pengajar tapi insyaAllah dengan seiring berjalannya waktu dan terus kita belajar mudah mudahan nanti SDMnya dari sinilah dari yang belajar ngaji, murid murid inilah yang nantinya yang akan mengajar teman-temannya,” jelasnya.

Untuk saat ini pengajar dari Yayasan Netra Mandiri. “Pengajarnya dari kami untuk kami, kakak-kakak kami yang sudah senior, yang sudah berpengalaman di bidang Al Quran braille, kami minta membimbing kami yang muda muda ini,” ujarnya.

“Mungkin yang masih belum paham, sedikit memahami Al Quran braille untuk lebih paham lagi dengan Al Quran braille. Bagi yang belum bisa mengaji belajar mengenal huruf dulu dengan Iqra braille,” ujarnya.

Andre berharap dengan adanya kegiatan tadarus Al Quran bisa memunculkan hafizh Al Quran di kalangan tunanetra.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved