Belum Ada Titik Api di Ogan Ilir, BPBD Sebut Ada 7 Hotspot hingga Pertengahan April
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) menyebutkan, dalam beberapa tahun belakangan tercatat ada peningkatan penurunan
Penulis: Agung Dwipayana | Editor: Prawira Maulana
TRIBUNSUMSEL.COM, INDRALAYA - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) menyebutkan, dalam beberapa tahun belakangan tercatat ada peningkatan penurunan data hotspot maupun titik api di Kabupaten Ogan Ilir.
Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Ogan Ilir, Jamhuri menerangkan, jumlah hotspot dan titik api ini tentunya berpengaruh pada intensitas kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
"Untuk diketahui, hotspot merupakan titik panas yang terpindai oleh satelit dengan panas yang berbeda dengan sekitarnya. Sedangkan titik api merupakan titik kobaran api yang terpantau saat satelit melintas di atas atmosfir kawasan tersebut," jelas Jamhuri kepada TribunSumsel.com, Rabu (21/4/2021).
Pria berkacamata ini menerangkan, berdasarkan data BPBD Ogan Ilir, di tahun 2018 tercatat ada 22 hotspot, 94 titik api dan 414,63 hektar lahan yang terbakar.
Tahun 2019, intensitas karhutla meningkat tajam dengan jumlah 340 hotspot, 317 titik api dan 1.053 hektar lahan yang terbakar.
Sedangkan tahun lalu, terjadi penurunan intensitas karhutla dengan 89 hotspot, 57 titik api dan 108 hektar lahan yang terbakar.
"Jadi ada naik turun hotspot, titik api dan luas lahan yang terbakar, diantaranya dipengaruhi intensitas curah hujan," terang Jamhuri.
Di tahun ini, di Ogan Ilir belum terpantau ada titik api, namun terdapat 7 titik hotspot hingga pertengahan bulan April ini.
Jamhuri mengatakan, rencana pengendalian karhutla mulai dari pencegahan hingga penanggulangan kini sedang dilakukan.
Upaya-upaya tersebut diantaranya dengan menyebar maklumat larangan membuka lahan dengan cara membakar.
Pelatihan kepada kelompok masyarakat, relawan, regu damkar perusahaan mengenai pengendalian karhutla.
"Tim Satgas Penanggulangan Karhutla di dalamnya ada TNI, Polri, BPBD, Manggala Agni dan unsur lainnya melakukan patroli darat dan mendirikan posko terpadu pemadaman karhutla di empat titik," kata Jamhuri.
Keempat posko di titik lokasi sentral wilayah karhutla tersebut yakni Posko Tanjung Raja, Posko Simpang KTM Rambutan, Posko Lubuk Keliat dan Posko Induk Indralaya.
Menurut Jamhuri, berdasarkan data dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Sumatera Selatan, puncak musim kemarau terjadi di bulan Agustus tahun ini.
"Musim kemarau yang akan terjadi di 2021 ini kemungkinan akan berlangsung lebih kering dibandingkan tahun 2020, tetapi tidak separah tahun 2019. Itu data BMKG," jelas Jamhuri.
Semenjak hari tanpa hujan (HTH) diprediksi akan dimulai dari bulan Juni, Juli, Agustus, hingga awal September mendatang.
"Maka selama periode beberapa bulan tersebut, Tim Satgas Karhutla waspada dan siap melakukan upaya penanggulangan apabila terjadi karhutla," tegas Jamhuri.