Berita Palembang

Perjuangan Amrina, Relawan Covid-19 di RSMH Palembang, Rela Tak Bersalaman dengan Ibu

Menjadi perawat adalah panggilan hati Amrina Rasyada SKep Ns MKep. Ia merupakan relawan perawat Covid-19 di RSMH Palembang.

ISTIMEWA
Amrina Rasyada SKep Ns MKep relawan perawat Covid-19 di RSMH Palembang. 

Laporan wartawan Tribunsumsel.com, Melisa Wulandari

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Menjadi perawat adalah panggilan hati.

Hal inilah yang menjadi keyakinan Amrina Rasyada SKep Ns MKep memilih perawat sebagai pekerjaannya hingga saat ini.

“Pengen jadi perawat itu kayaknya dari tamat SMA kebetulan juga orangtua saya nakes (tenaga kesehatan) juga tugas di puskesmas. Saya pengen kerja di rumah sakit/kesehatan, alhamdulillah keterima dan lulus S1 di Unsri jurusan Ilmu Keperawatan ambil profesi kemudian lanjut kuliah S2 di Unpad Jurusan Ilmu Keperawatan Jiwa,” kata perempuan kelahiran 1 Maret ini, Senin (19/4/2021).

Selain bekerja sebagai perawat, perempuan yang akrab disapa Am ini juga berprofesi sebagai dosen di salah satu STIKES di Palembang.

“Setelah lulus S2 dan ngajar saya itu pengen ke pelayanan karena sekarang kan masih banyak yang positif covid 19 jadi saya memutuskan untuk terjun ke lapangan walaupun sudah ngajar tapi panggilan hati ya perawat itu kalau gak panggilan hati gak bakal ikhlas kerjanya,” kata pemilik akun IG: arasyada ini.

Memilih perawat bukan menjadi dokter atau bidan, Am mengatakan saat itu tertarik dengan pakaian perawat yang serba putih, dan bisa merawat pasien selama 24 jam.

“Kalau misalnya dokterkan karena sibuk gak selalu sama pasien karena kesibukannya. Nah perawat kerjanya full time bersama pasien. Saya pikir merawat pasien itu kayak yang angel (malaikat) banget ya.

Ibaratnya itu melakukan apapun dengan ikhlas insyaAllah jadinya surga, surga dan nerakanya deket pekerjaan ini. Dan amal ibadahnya banyak banget ya kalau jadi perawat,” ungkapnya.

Baca juga: Pasca Dianiaya JT, Ini Curahan Hati CRS, Perawat RS Siloam Palembang, Begini Kondisi Terakhir

Istimewanya, Am bekerja sebagai relawan perawat Covid 19 di RS Muhammad Hoesin Palembang.

“Saya ditugaskan di RSMH ini baru 3 bulan, ini SK dari Kementrian Kesehatan langsung,” ujarnya.

“Dari Kemenkes RI butuh orang untuk ditempatkan di RSMH jadi kami melamar ke Kemenkes RI kemudian dipanggil setelah itu ditempatkan di RSMH jadi bukan SK rumah sakit dan bukan perawat di RS jadi namanya relawan perawat Covid 19 penempatan di Palembang,” jelasnya.

Amrina sempat merasa takut dan khawatir ketika dia akhirnya ditugaskan merawat pasien Covid 19.

“Kalau takut itu pasti tapi saya berpikir dan melihat pasien yang butuh kami (perawat) rasanya lebih menyakinkan pasti saya bisa,” katanya.

“Awal ditempatkan di ruangan khusus Covid 19, seminggu saya pisah rumah sama orangtua. Mamah saya, saya minta tinggal ke rumah adik dulu. Saya tinggal sendirian. Setelah jalan 1 minggu akhirnya saya memberanikan diri untuk tinggal satu rumah dengan prokes yang dobel,” jelasnya.

Protokol kesehatan yang dobel ini maksud Amrina adalah setelah bekerja dari rumah sakit, pulang ke rumah mandi lagi, baju langsung dicuci, ganti baju yang baru kemudian kontak langsung antara dia dan keluarga dihindari.

“Sampai sekarang selama tiga bulan gak pernah salaman sama orangtua setiap pergi kerja ke rumah sakit. Paling cuma pamit. Karena kan di rumah sakit itu kontak langsung dengan pasien Covid 19. Allahualam ya dari rumah sakit bawa virus dan tidur saya gak satu kamar sama mamah,” ujarnya.

Saat di rumah sakit pun antara perawat yang satu dengan yang lain tidurnya tidak berdekatan, berjarak antara 1-2 meter.

“Saat puasa juga jam kerjanya gak berubaha ya itu tadi karena pasien kan butuh kami. Belum ditambah haus yang luar biasa karena pakaian perawat covid 19 itu khusus biasa disebut pakaian astronout. Panasnya luar biasa dipakai 3-4 jam,” jelasnya.

Baca juga: Pasca Dianiaya JT, Ini Curahan Hati CRS, Perawat RS Siloam Palembang, Begini Kondisi Terakhir

Diakhir pembicaraan, Amrina mengatakan terkait kasus yang baru baru ini viral dia sangat menyangkan karena yang namanya perawat merupakan profesi yang profesional ada payung hukumnya.

“Ada organisasi profesinya, persatuan perawat nasional Indonesia (PPNI) Kami tidak mungkin melakukan yang tidak sesuai SOP atau membahayakan pasien kalau pun ada tidak mengerti atau keluarga pasien yang bingung harapannya pasien juga bisa peduli dengan keadaan keluarganya jadi bisa tanya langsung ke perawat yang bersangkutan jadi gak ujuk ujuk main kekerasan,” katanya.

Dia mengatakan untuk memanusiakan manusia yang lainnya.

“Kami perawat manusia, pasien juga manusia. Yuk kita sama sama memanusiakan manusia gitu. Jangan memperlakukan orang kayak mohon maaf binatang, dijambak, ditarik, ditendang,” ujarnya.

“Profesi kami ini profesional, bekerja di rumah sakit juga harus ada surat tanda register (STR) dan surat izin praktek (SIP) sebagai perawat. Jadi bekerja sebagai perawat ini gak mudah ya tapi kami juga ada payung hukumnya, ada STR dan SIPnya,” jelasnya.

Dia berharap kedepan demi kesembuhan pasien, kenyamanan pasien sama sama peduli dia meminta agar diingatkan terus.

“Kami yang nakes ini diingatkan jika ada hal yang tidak sesuai dan keluarga pun aware dengan lingkungannya jadi yang merawat ini tidak hanya orang di rumah sakit tapi keluarga juga peduli dengan keluarga yang lagi sakit,” katanya.

BIODATA:

Nama             : Amrina Rasyada, S.Kep., Ns., M.Kep
TTL                 : Palembang, 1 Maret 1992
Pekerjaan      : Relawan Perawat Covid di RS. Mohammad Hoesin dan Dosen Keperawatan Jiwa di STIKES Aisyiyah Palembang
Lulusan         : S1 + Profesi Ners Universitas Sriwijaya 
                         S2 Keperawatan Peminatan Keperawatan Jiwa Univeristas Padjadjaran
INSTAGRAM: @arasyada

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved