Tradisi Unik Ramadan di Palembang

Tukang Masak Diganti Setelah Puluhan Tahun, Berikut Asal Usul Pembagian Bubur Suro di Masjid Suro

Tradisi pembagian bubur suro untuk pengunjung masjid dan warga sekitar masjid ini sudah ada sejak tahun 1970.

Penulis: Melisa Wulandari | Editor: Vanda Rosetiati
TRIBUN SUMSEL/MELISA WULANDARI
Pengurus masjid siap membagikan bubur suro di Masjid Suro Palembang yang terletak di 30 Ilir, Kamis (15/4/2021). 

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Tradisi membagikan bubur di Masjid Suro atau masjid Al Mahmudiyah yang terletak di Kelurahan 30 Ilir tahun ini masih ada. Namun, untuk pembuatan bubur dilakukan di rumah pengurus masjid.

“Selain karena pandemi covid 19, pembuat bubur atau yang masaknya ini beda orang sudah 2 tahun lah ya berjalan. Kalau tukang masak yang sebelumnya itu berpuluh puluh tahun yang itu itu aja karena sudah tua ganti dengan generasi yang baru,” jelas Wakil Ketua Masjid Suro Palembang, Kgs HA Rasyid, Jumat (15/4/2021).

Generasi yang baru ini bukan anak atau cucu dari generasi pembuat bubur sebelumnya namun orang lain atau sama-sama pengurus masjid di Masjid Suro.

“Tukang masak yang berubah ini tentu tidak merubah cita rasa bubur karena resepnya kan sama saja. Mulai dari bumbunya, airnya itu sudah sesuai resep siapapun yang masaknya itu bisa dan banyak yang sudah bisa juga,” ujarnya.

Tradisi pembagian bubur suro untuk pengunjung masjid dan warga sekitar masjid ini sudah ada sejak tahun 1970. Dan Diberi nama bubur suro karena dibuat di Masjid Suro.

“Pembuatan dan pembagian bubur suro ini awalnya diberikan pada saat bulan Suro/Muharam untuk anak-anak yatim terus muncullah ide untuk mengganti takjil ini pada saat Ramadan dibuat bubur juga jadi dalam setahun itu dibagi pada saat bulan Muharam dan Ramadan,” jelasnya.

Di masa pandemi ini porsi bubur berkurang bila tahun tahun sebelumnya sehari bisa habis sampai 6 kilogram kalau sekarang 4-6 Kilogram.

“Bubur ini dibagikan untuk jemaah masjid, dan untuk warga sekitar masjid. Jatah untuk warga sekitar masjid ini agak kami kurangi,” katanya.

Pembagian bubur suro di masjid Suro Palembang ini dilakukan setiap hari selama 29 hari dibulan Ramadan dan dari pembagian bubur suro ini belajar tentang sedekah kepada sesama.

“Di bulan Ramadan ini dianjurkan memperbanyak sedekah karena amalan sedekah di Ramadan ini berpuluh puluh kali lipat jadi rata rata jemaah atau keluarga kalau di bulan suci ini hasrat untuk bersedekah lebih tinggi dari hari hari biasa karena itu tadi pahalanya lebih tinggi,” ujarnya.

Pembuatan bubur suro ini tidak lagi menggunakan kas masjid lagi.

“Jadi kami terima sedekah dari warga sekitar, ada yang nyumbang beras, daging dari situ lah kami dapat bahan membuat bubur daging suro ini,” jelasnya.

Pantauan tribun, pembuatan bubur suro ini dimulai dari pukul 13.00 hingga azan salat Ashar berkumandang diperkirakan membutuhkan waktu sekitar 3 jam.

Pembuat bubur suro sekaligus pengurus masjid Suro, Mahmudin Ali mengatakan dia sudah diberi amanah selama 2 tahun ini membuat bubur suro.

“Buatnya memang lama karena mulai dari menunggu air mendidih kemudian mengaduk beras yang sudah direndam dari pagi itu tifak boleh berhenti kalau berhenti ya nanti gagal jadi bubur malah jadi nasi, resepnya juga sama saja dengan yang dibuat oleh pembuat sebelumnya,” kata pria berusia 70 tahun ini.

Setelah bubur suro jadi, pengurus masjid Suro terlihat menata rapi mulai dari gelas plastik dan piring piring untuk nantinya dituangkan bubur.

Terlihat pula warga sekitar masjid Suro yang sudah siap membawa mangkok mengantre serta menjaga jarak saat akan mengambil bubur suro. 

Ikuti Kami di Google Klik

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved