Sosok Nouval Farisi DPO Terduga Teroris yang Menyerahkan Diri Usai Diburu Oleh Densus 88
Sosok Nouval Farisi DPO Terduga Teroris yang Menyerahkan Diri Usai Diburu Oleh Densus 88
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Annas Furqon Hakim
TRIBUNSUMSEL.COM, SETIABUDI - Menjadi buruan Densus 88, tampaknya membuat Nouval Farisi (35) yang disebut sebagai terduga teroris tak tenang.
Akhirnya, iapun memilih untuk menyerahkan diri ke polisi.
Nouval menyerahkan diri ke Polsek Metro Setiabudi, Jakarta Selatan, Kamis (8/4/2021) malam.
Kapolres Metro Jakarta Selatan Kombes Pol Azis Andriansyah akan memberikan keterangan pers terkait DPO terduga teroris yang menyerahkan diri.
"Oke ini nanti saya kasih statement," kata Azis kepada wartawan, Jumat (9/4/2021).
Nouval tercatat sebagai warga RT 03/RW 04 Kelurahan Tanjung Barat, Jagakarsa, Jakarta Selatan.
Namun, sejak menikah sekitar lima tahun lalu, ia sudah pindah ke kawasan Pasar Minggu.
Nouval diduga menjadi bagian dari organisasi masyarakat (ormas) terlarang Front Pembela Islam (FPI).
Ketua RT setempat, Budianto (51), mengatakan sempat beberapa kali melihat Nouval menggunakan atribut FPI.
Hanya saja, ia tidak dapat memastikan status Nouval di FPI sebagai anggota atau sekadar simpatisan.
"Saya pernah lihat dia (Nouval) pakai seragam FPI yang putih-putih, sepatu putih, baret putih. Tapi saya nggak tahu apakah anggota atau simpatisan saja, lalu beli atribut itu sendiri atau gimana," kata Budianto saat ditemui di kediamannya, Rabu (7/4/2021) malam.
Menurut Budianto, Nouval juga pernah datang ke rumahnya menggunakan atribut FPI.
Budianto tidak bertanya terkait atribut FPI yang dikenakan Nouval.
Ia hanya menduga Nouval baru saja mengikuti aksi bersama FPI.
"Dulu itu kan ramai waktu Ahok ya. Mungkin itu kali ya yang saya lihat, kurang lebih tahun 2016. Putih-putih semua. Kan FPI emang identitasnya itu. Tapi kalau soal apakah dia anggota atau simpatisan, saya tidak pernah tanya," ujar dia.
Gerebek Rumah Teroris di Jagakarsa
Densus 88 Antiteror Polri menggerebek sebuah rumah yang diduga ditempati seorang terduga teroris.
Kediaman terduga teroris itu berada di kawasan Tanjung Barat, Jagakarsa, Jakarta Selatan.
Dalam penggerebekan yang dilakukan, Densus 88 menyita beberapa barang bukti.
Barang-barang tersebut adalah sebilah samurai, ketapel, seragam FPI dan sepatu PDL Laskar FPI.
Dari informasi, penggrebekan tersebut masih berkaitan dengan terduga teroris yang sebelumnya ditangkap di kawasan Condet, Jakarta Timur.
Meski demikian, belum ada penjelasan resmi dari pihak kepolisian terkait penangkapan tersebut.
Belum diketahui juga identitas terduga yang diamankan tersebut.
Kapolsek Jagakarsa Kompol Eko Mulyadi membenarkan penggrebekan tersebut.
Menurut Eko, penggerebekan tersebut dilakukan pada Selasa (6/4/2021) sekitar pukul 14.00 WIB.
Anggota Polsek Jagakarsa juga turut menyaksikan detik-detik penggerebekan itu.
"Polsek nggak terlibat, hanya back up saja," ujar Eko dikonfirmasi wartawan, Rabu (7/4/2021).
Baca juga: Jangan Ikut-ikutan Primitif Moeldoko Marah Besar Usai Ditanya Mengenai Konflik Partai Demokrat
Baca juga: Sama-sama Pernah Jabat Gubernur Sumsel, Ini Kenangan Alex Noerdin Pada Sosok Mahyuddin
Baca juga: Tulis Wasiat Tak Tahan Kesepian, Pira Nekat Bakar Mantan Istri Hingga Tewas Lalu Berusaha Bunuh Diri
Pengakuan sebelumnya
Empat terduga teroris yang dibekuk Densus 88 Antiteror di Jakarta, Kabupaten Bekasi dan Tangerang Selatan beberapa waktu lalu, mengaku sebagai simpatisan Front Pembela Islam (FPI).
Dalam video yang beredar, mereka juga mengaku hendak meledakkan SPBU demi menuntut dibebaskannya Habib Rizieq Shihab.
Selain itu mereka berencana meledakkan industri China dan menyerang orang keturunan Tionghoan dengan air keras.
Menanggapi hal ini kuasa hukum Habib Rizieq Shihab, yang juga eks Wasekum FPI, Aziz Yanuar mengatakan bahwa FPI (Front Pembela Islam) sudah bubar.
"FPI, front pembela Islam, sudah bubar. Itu fakta," katanya saat dikonfirmasi Warta Kota, Minggu (4/4/2021).
Terkait adanya terduga teroris yang mengaku simpatisan FPI, Aziz menilai itu adalah jahat pemerintah zalim dengan kolaborasi media Iblis.
"Mengenai ada klaim dari eks anggota FPI yang pernah gabung FPI dulu dan saat ini menjadi terduga pelaku teror, maka itulah namanya framing jahat kolaborasi media Iblis dan Iblis operator isu jualan teror ini," kata Azis.
"Karena membuktikan FPI dengan aksi teror saat ini adalah tidak mungkin karena FPI nya sudah bubar. Kan yang bubarkan pemerintah zalim," tambah dia.
Karena yang membubarkan adalah pemerintah zalim, menurut Azis, sangat tak relevan pula meminta pertanggungjawaban ke pihak yang sudah tidak eksis lagi sebagai sebuah entitas.
"Itu artinya sudah zalim, tambah dungu dan pandir pula," ujarnya.
Sebab kata dia, secara hukum, entitas yang sudah tidak ada alias almarhum, maka tidak bisa diminta pertanggungjawaban.
"Contoh, masa minta pertanggungjawaban sama kerajaan Majapahit terhadap kezaliman, kedunguan dan kepandiran penguasa saat ini," katanya.
Ia menjelaskan pada 2015 lalu ada eks anggota suatu institusi negara yang nyata-nyata mengaku ke Suriah dan bergabung dengan ISIS.
"Tapi tidak satupun media iblis dan iblis operator jualan isu teror, mengaitkan institusi itu dengan terorisme. Padahal itu fakta jika mau dikaitkan, tapi tidak dilakukan, kenapa?" tanyanya.
Ada juga, kata dia, anggota institusi negara tersebut yang menjual senjata ke kelompok separatis.
"Tapi tidak disebut institusinya pendukung separatis yang ingin menghancurkan NKRI," kata Azis.
"Kenapa untuk institusi yang msh eksis dan anggotanya jadi anggota ISIS, tidak dikaitkan dengan teroris dan separatis pada institusinya?" kata Azis.
Sementara kata dia, FPI yang nyatanya sudah bubar, masih juga dikaitkan dengan isu teroris.
"Itulah namanya framing dan upaya pembusukan kepada FPI, yang sudah bubar," ujarnya.
Dalam FPI, kata Azis, ketika masih eksis secara entitas, maka orang-orang yang sok radikal dan ngotot semaunya sendiri, pasti sudah dikeluarkan dari FPI.
"Dan orang-orang tersebut tidak diterima di tubuh FPI yang wasathiah," katanya.
Siapkan 100 Bom
Tersangka teroris yang ditangkap Densus 88 Antiteror di Condet, Jakarta Timur, bernama Husein Hasny (HH) bersama tiga teroris di Bekasi sedang merakit sekitar 100 bom dengan daya ledak low hingga high explosive di rumahnya.
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Yusri Yunus mengatakan hal tersebut diketahui setelah Densus 88 Antiteror Polri menggeledah kediaman para pelaku.
Di rumah Husein, Polri menemukan bahan baku bom yang berasal dari Triacetone triperoxide, TATP.
"TATP itu campuran dari cairan-cairan bahan kimia. Jadi itu dicampur-campur jadilah TATP. Bentuknya adalah serbuk putih. Itulah yang jadi bahan utama untuk meledak. Nanti tinggal dimasukan ke dalam pipa," kata Yusri di Mabes Polri, Jakarta, Selasa (30/3/2021).
Ia mengatakan nantinya TATP itu dimasukkan ke dalam pipa.
Setelah itu, pipa itu dimasukkan paku dalam jumlah banyak sebagai gotri.
"Kalau di saudara HH itu pipa, yang dia campur dengan gotri. Tau gotri? paku-paku, jadi kalau meledak nancep. Meledak paku-paku itu akan terbang ke orang-orang yang ada di situ. Nah TATP itu ada seberat 2 kilogram," ujar dia.
Tak hanya bom pipa, pihaknya juga menemukan bom panci dengan daya ledak rendah di rumah Husein Hasmy.
Jika ditotal, bahan baku bom yang disita dari tangan Husein dan tiga teroris lain yang ditangkap di Jakarta-Bekasi dapat menjadi 100 lebih bom.
"Itu sekitar ditotalkan dengan yang ada di saudara ZA itu sudah 12 yang siap diledakkan. Jadi 5 di tempat ZA. Ada 7 yang di tempat HH. Ada 2 Kg lebih. Ada lagi yang memang akan dicampurkan lagi. Kalau mau ditotalkan semua itu hampir 100 lebih bom yang akan disiapkan," jelas dia.
Di sisi lain, ia menambahkan Husein juga dikenal sebagai donatur dalam kegiatan teroris tersebut.
"HH ini adalah motivator, fasilitator, dan pendana. Dia yang mengatur semuanya, yang merencanakan baik itu berapa kali pertemuan di rumahnya, baik membuat cara membuat bom, dan membiayai pembelian bahan-bahan untuk pembuatan bom," kata dia.
Artikel ini telah tayang di Tribunjakarta.com dengan judul Diburu Densus 88, DPO Terduga Teroris Nouval Farisi Menyerahkan Diri ke Polisi.