Kisah Sulitnya Penemuan CVR Sriwijaya Air SJ-182, ini Peran Kapal Penyedot Lumpur TSHD King Arthur 8

Kisah Sulitnya Penemuan CVR Sriwijaya Air SJ-182, ini Peran Kapal Penyedot Lumpur TSHD King Arthur 8

Editor: Slamet Teguh
Tangkap layar YouTube Kompas TV
Black box berupa Cockpit Voice Recorder (CVR) pesawat Sriwijaya Air SJ-182 sudah ditemukan, Selasa (30/3/2021) malam. 

TRIBUNSUMSEL.COM - Setiap lebih dari 2 bulan melakukan pencarian.

Akhirnya Cockpit Voice Recorder atau CVR pesawat Sriwijaya Air SJ-182 berhasil ditemukan.

Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Soejanto Tjahjono menceritakan penemuan CVR pesawat Sriwijaya Air SJ-182 yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu pada 9 Januari 2021.

CVR ditemukan pada Selasa (30/3/2021) malam, menyusul flight data recorder (FDR) yang sudah ditemukan beberapa waktu lalu.

Soerjanto mengatakan, awalnya pencarian CVR dilakukan secara manual, dengan menerjunkan sekitar 40 penyelam dari berbagai instansi pada area 90x90 meter.

Namun, kata Soerjanto, setelah dilakukan penyisiran pada area tersebut secara bergantian selama berhari-hari, tetap tidak ditemukan juga CVR SJ-182.

"Sekali menyelam itu hanya bisa 20 menit, dan tangan penyelam banyak yang luka-luka karena banyaknya serpihan, jadi kemampuan penyelam menjadi terbatas," ujar Soerjanto di Dermaga JITC, Jakarta, saat konferensi pers bersama Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Rabu (31/2/2021).

Setelah melihat kondisi penyelaman yang luka-luka, Soerjanto akhirnya memutuskan pencarian CVR menggunakan kapal penyedot lumpur TSHD King Arthur 8, beberapa hari sebelum pencarian dihentikan.

"Baru lima hari menggunakan kapal penyedot lumpur di area 90x90 meter, akhirnya ditemukan CVR yang tertimbun lumpur sedalam satu meter dari dasar laut," ujarnya.

Kedalaman 17 Meter

Ia menyebut, total kedalaman CVR ditemukan dari permukaan laut sedalam 17 meter.

"Sekitar 16 meter kedalaman dari permukaan laut, setelah digali menjadi 17 meter. Kalau menyelam tidak terlihat, karena tertutup lumpur, ini sebuah mujizat," tuturnya.

Ia menyebut, pencarian CVR menggunakan kapal penyedot lumpur baru pertama kali dilakukan di Indonesia, karena sebelumnya dicari dengan teknik menyelam.

"Belum pernah dilakukan negara lain, ini baru pertama kali," paparnya.

Baca juga: Cara yang Bisa Dilakukan Kubu Moeldoko Jika Mereka Tak Puas Dengan Keputusan Pemerintah

Baca juga: Mudik Dilarang, Arief Muhammad Kirim Surat Terbuka ke Presiden Joko Widodo, Tegas Minta 3 Hal Ini

Baca juga: Pasca Kubu Moeldoko Ditolak Pemerintah, Kemenkumham Sumsel Dikirimi Papan Bunga

Kapan Diumumkan?

Setelah ditemukan, CVR akan dibawa ke laboratorium untuk dilakukan proses pembacaan data selama tiga sampai tujuh hari.

Setelah itu, kata Soerjanto, pihaknya akan mencocokkan data dengan FDR untuk mengetahui apa yang terjadi di dalam kokpit pesawat Sriwijaya.

"Tanpa CVR, memang dalam kasus Sriwijaya SJ-182 ini akan sangat sulit menentukan penyebab jatuhnya pesawat," papar .

Namun, Soerjanto tidak dapat mengatakan kapan hasil pembacaan data secara lengkap untuk diumumkan ke publik, terkait penyebab pasti jatuhnya Sriwijaya di Perairan Kepulauan Seribu.

"Kami belum bisa ngomong, tapi FDR sudah kami dapat dan CVR juga dalam keadaan bagus," ucapnya. (Tribunnews/Seno Tri Sulistiyono/tis)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Cerita di Balik Penemuan CVR Sriwijaya Air SJ-182 dan Peran Kapal Penyedot Lumpur TSHD King Arthur 8.

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved