Hengky Kurniawan Disebut Akan Jadi Plt Bupati Bandung Barat Usai Bupatinya Tersandung Dugaan Korupsi

Hengky Kurniawan Disebut Akan Jadi Plt Bupati Bandung Barat Usai Bupatinya Tersandung Dugaan Korupsi

Editor: Slamet Teguh
instagram/henkykurniawan
Hengky Kurniawan dan Sonya Fatmala 

Rumah itu hanya memiliki dua kamar. Jadi saat malam tiba, sebagian tidur di kamar, sebagian lagi di ruang tengah.

Karena keterbatasan ekonomi pula, keluarga ini jarang membeli barang, termasuk baju. Makanya baju-baju yang dipakai Hengky saat kecil merupakan baju turunan dari kakak-kakaknya.

“Apalagi mainan. Sampai nangis-nangis pun tidak akan dibelikan karena nggak ada uang,” ucapnya.

Untuk membantu sang ayah, kakak Hengky yang pertama dan kedua pun bergantian menjadi kernet. Ia sendiri belum bisa membantu, karena saat itu masih kecil.

Berjualan hingga Pemulung Beberapa tahun kemudian, sang ayah, Leo Medhi Purwanto, banting setir.

Ia memilih menjadi pemasok makanan ringan (snack), dengan mengambil barang dari pasar kemudian dimasukkan ke warung-warung.

“Saat itu sudah kelas 1 SD. Kalau di rumah ada stok barang, saya suka bawa chiki dan permen ke sekolah. Lalu saya jualan di sana dan margin keuntungannya buat saya,” tuturnya.

Selain makanan ringan dan permen, Hengky juga berjualan es sirup. Es itu ia buat bersama kakak-kakaknya dan dijual di sekolah hingga kelas 6 SD.

Memasuki SMP, pria kelahiran Blitar, 21 Oktober 1982 ini mengganti barang dagangan. Saat itu ia lebih suka membuat stiker kemudian dijual ke teman-teman kelasnya. Saat SMP ini pula Hengky remaja mulai menjadi pemulung. Namun bukan pemulung keliling, tapi memungut sampah di gedung serbaguna depan rumahnya.

Baca juga: Kabar Bahagia, Insentif Tenaga Kesehatan yang Tangani Covid-19 Bakal Dikirim Langsung ke Rekening

Baca juga: PKB dan PAN Blak-blakan Dukung Gibran Rakabuming di Pilgub DKI Jakarta, Begini Respon Partai Nasdem

Baca juga: Prabowo-Puan Vs JK-Anies Baswedan, Disebut Bersaing dalam Simulasi Kandidat Capres, Siapa Unggul?

“Rumah saya dekat Gedung Pemuda, gedung serbaguna yang besar. Dalam seminggu suka ada tiga kali acara. Apalagi pas weekend banyak orang berada menikah di sana,” ucapnya.

Biasanya, sampah-sampah nikahan seperti kardus, gelas air mineral, dan lainnya dibiarkan begitu saja. Itulah yang dikumpulkan Hengky dan teman-teman di kampungnya untuk dijual. Memasuki SMA, pekerjaan Hengky bertambah seiring bisnis barunya sang ayah menjadi agen oli motor.

Setiap hari, ia mengendarai pikap untuk memasukkan oli ke warung-warung. Dus oli itu tidak diturunkan di warung, tapi dikumpulkan Hengky dan dijual. Hasilnya sekitar Rp 150.000 per bulan, uang yang cukup besar di tahun 1998.

Hasil dari penjualan dus-dus itu, ia jadikan modal untuk menyuplai alat tulis kantor (ATK) ke koperasi sekolahnya.

“Sejak kecil ayah mengajarkan disiplin, bagaimana bertahan hidup,” ungkap suami Sonya Fatmala ini menjelaskan. Jadi artis Lulus SMA, keinginannya untuk kuliah besar.

Apalagi ada keinginan dirinya untuk menjadi duta besar. Ia pun hijrah dari Blitar ke Jakarta dengan menggunakan tabungan hasil penjualan kardus yang dikumpulkan sejak SMP. Di Jakarta, Hengky mengambil kuliah jurusan politik. Ia pun bertahan hidup dengan menjadi cady golf, sopir, numpang makan sana-sini.

Halaman
123
Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved