Mantan Seskab Era SBY Sindir Telak Moeldoko Jadi Ketum Demokrat Versi KLB Sumut : Adab TNI Dijaga
Mantan Sekretaris Kabinet (Seskab) Dipo Alam sentil Kepala Staf Presiden Moeldoko yang kini menjadi Ketua Umum (Ketum)
Moeldoko dituding memanfaatkan uang dan kekuasaan untuk menguasai Partai Demokrat.
AHY mengingatkan bahwa tidak ada cara yang singkat untuk memperoleh sesuatu.
"Bukan dengan jalan pintas, apalagi menghalalkan segala cara. Baik menggunakan kekuatan uang maupun elemen kekuasaan," ujar AHY.
AHY kemudian berpesan bahwa berpolitik adalah etika untuk mengabdi kepada bangsa dan negara.
Bukan semata-mata cara untuk memperoleh kekuasaan.
"Bagi saya, politik seharusnya adalah etika untuk mengabdi, bukan semata-mata cara untuk berkuasa. Inilah esensi dari konferensi pers hari ini," kata AHY.
Menurut AHY, tidak bisa budaya berpolitik terus dilakukan dengan cara-cara yang tidak fair dan tidak sehat.
"Kompetisi yang tidak fair dan tidak sehat itulah yang mengurungkan niat putra-putri terbaik bangsa untuk masuk dalam gelanggang politik," ujar AHY.
"Untuk itu, yang saya perjuangkan, yang kami perjuangkan, bukan hanya kedaulatan, kehormatan, eksistensi dan masa depan Partai Demokrat, tetapi yang kami perjuangkan adalah nasib dan masa depan demokrasi di bangsa kita," ujar AHY.
Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) tetap memberikan rasa hormatnya kepada Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko.
Rasa hormat AHY terhadap Moeldoko didasarkan pada latar belakangnya yang pernah menjadi seorang prajurit TNI.
"Sebagai mantan prajurit, dan beliau mantan panglima TNI, saya tetap hormat. Itulah tradisi keprajuritan yang kami junjung tinggi di militer. Once a soldier, always a soldier," kata Agus Harimurti di DPP Partai Demokrat, Jakarta, Senin (8/3/2021) petang.
Kendati demikian, AHY meminta Moeldoko untuk menyadari perbuatannya.
Bahwa mengkudeta AHY dari kursi kepemimpinan telah melukai perasaan jutaan kader dan simpatisan Partai Demokrat.
"Tetapi kami memohon kebesaran hati untuk bisa menyadari bahwa apa yang telah terjadi dan apa yang dilakukannya memang telah menyakiti ratusan ribu bahkan jutaan kader dan simpatisan Partai Demokrat," ucap AHY.