Ada Fenomena Hari Tanpa Bayangan di Muratara, Musirawas & Lubuklinggau, Catat Waktunya
Kabupaten Muratara, Musirawas dan Kota Lubuklinggau bakal mengalami fenomena Hari Tanpa Bayangan.
Penulis: Rahmat Aizullah | Editor: Prawira Maulana
Laporan Wartawan Tribunsumsel.com, Rahmat Aizullah
TRIBUNSUMSEL.COM - Kabupaten Muratara, Musirawas dan Kota Lubuklinggau bakal mengalami fenomena Hari Tanpa Bayangan.
Fenomena itu akan terjadi pada hari Jumat (12/3/2021) di Musirawas pukul 12.17 WIB, dan Lubuklinggau pukul 12.18 WIB.
Kemudian esoknya pada hari Sabtu (13/3/2021) pukul 12.17 WIB terjadi di Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara).
Masyarakat di Kabupaten Muratara sendiri banyak yang belum mengetahui fenomena apa itu.
Bahkan ada yang mengkhawatirkan dampak langsung terhadap kondisi alam dari fenomena tersebut.
"Nah baru ko lah awak nganengnyo, dak tau awak apo dio itu, agek ado apo-apo, benar-benar bae."
"Saya baru kali inilah dengarnya, tidak tahu saya (fenomena) apa itu, nanti ada apa-apa, yang benar saja," ujar Abdul (46), Rabu (10/3/2021).
Warga lainnya, Kodri (27) bertanya-tanya apa yang dirasakan manusia saat fenomena tersebut terjadi.
"Terus kalu itu terjadi gek kito meraso cakmano, bahayo dak kito ko."
"Memangnya apa yang kita rasakan saat itu, bahaya tidak bagi tubuh kita," tanya Kodri.
Dikutip dari Kompas.com, Hari Tanpa Bayangan merupakan fenomena unik yang terjadi setiap tahun di Indonesia.
Pada saat terjadi, seluruh benda di permukaan bumi tampak tidak memiliki bayangan.
Fenomena ini dikenal dengan istilah kulminasi atau kondisi matahari yang berada tepat di posisi paling tinggi di langit.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sudah memperkirakan terjadinya Hari Tanpa Bayangan di Indonesia sepanjang 2021.
Koordinator Bidang Geofisika Potensial dan Tanda Waktu BMKG, Hendra Suwarta Suprihatin, menjelaskan, Hari Tanpa Bayangan adalah fenomena biasa.
Saat itu, posisi matahari tepat berada di atas manusia atau benda lain di permukaan bumi.
Akibatnya, bayangan akan jatuh tegak lurus karena bertumpu pada benda itu sendiri.
Orang-orang membahasakannya menjadi bayangan yang hilang atau tanpa bayangan.
Hendra menjelaskan, kulminasi terjadi akibat rotasi dan revolusi bumi.
"Jadi perputaran bumi yang miring sekitar 23,5 derajat di Lintang Utara dan Lintang Selatan."
"Karena perbedaan itu sehingga di Indonesia semua daerah akan mengalami kulminasi," kata Hendra.
Posisi matahari dari bumi akan terlihat terus berubah sepanjang tahun, antara 23,5 derajat Lintang Utara dan 23,5 derajat Lintang Selatan.
Hendra menambahkan, durasi fenomena ini pun hanya sebentar, antara 3 sampai 5 menit saja.
Di wilayah Sumatera Selatan (Sumsel) sendiri telah mulai mengalami fenomena alam Hari Tanpa Bayangan sejak, Selasa (9/3/2021).
Kepala Stasiun Klimatologi BMKG Kenten Palembang, Hartanto mengatakan, fenomena ini terjadi di Sumsel pada 9-13 Maret 2021.
"Fenomena ini tidak berdampak langsung terhadap kondisi alam karena memang fenomena normal tahunan," ujar Hartanto dikutip dari Antaranews.com.
Fenomena Hari Tanpa Bayangan tahun 2021 pertama di Sumsel pada 9 Maret di OKU Timur (12.13 WIB) dan OKU Selatan (12.14 WIB).
Pada 10 Maret di OKU (12.13 WIB) dan Pagaralam (12.17 WIB).
Pada 11 Maret di Muara Enim (12.14 WIB), Lahat (12.15 WIB), dan Empat Lawang (12.17 WIB).
Pada 12 Maret di OKI (12.10 WIB), Ogan Ilir (12.11 WIB), Prabumulih (12.12 WIB), PALI (12.14 WIB), Musi Rawas (12.17 WIB), dan Lubuklinggau (12.18 WIB).
Pada 13 Maret di Palembang (12.10 WIB), Banyuasin (12.11 WIB), Musi Banyuasin (12.14 WIB), dan Muratara (12.17 WIB).
Hartanto menjelaskan, saat fenomena Hari Tanpa Bayangan ini matahari berada di posisi paling tinggi sehingga kondisi panas akan terasa maksimal.
"Setelah matahari mencapai titik kulminasi utama, maka diperkirakan terjadi hujan lokal pada sore harinya," kata dia.