Moeldoko 'Rebut' Partai Demokrat, SBY Merasa Malu Bersalah Pernah Beri Jabatan Padanya
Selain itu, SBY juga merasa malu dan bersalah pernah memberi jabatan Panglima TNI pada Moeldoko.
TRIBUNSUMSEL.COM - Tindakan Kepala Kantor Staf Presiden (KSP), Moeldoko disebut Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai tindakan yang tak terpuji.
Apalagi tindakan Moeldoko yang disebut melakukan kudeta di Partai demokrat juga disebut jauh dari sikap kesatria dan nilai moral.
"Sebuah perebutan kepemimpinan yang tidak terpuji, jauh dari sikap kesatria dan nilai-nilai moral," lanjut SBY.

Selain itu, SBY juga merasa malu dan bersalah pernah memberi jabatan Panglima TNI pada Moeldoko.
Sehingga, dirinya meminta ampun pada Allah SWT atas kesalahannya tersebut.
"Hanya mendatangkan rasa malu, bagi perwira dan prajurit yang pernah bertugas di jajaran Tentara Nasional Indonesia, termasuk rasa malu dan rasa bersalah saya yang dulu beberapa kali memberikan kepercayaan dan jabatan kepadanya."
"Saya memohon ampun kehadirat Allah SWT atas kesalahan saya itu," ungkap SBY.
Moeldoko Jadi Ketum Demokrat versi KLB
Diberitakan Tribunnews.com sebelumnya, Moeldoko ditetapkan sebagai Ketua Umum Partai Demokrat versi Kongres Luar Biasa (KLB) di Deli Serdang, Sumatera Utara, Jumat (5/3/2021).
Moeldoko mengatakan, KLB digelar secara konstitusional seperti yang tertuang dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) Partai Demokrat.
Ia menyebut, terpilihnya ia sebagai Ketum Demokrat dalam KLB merupakan bagian dari Demokrasi.
"Ada yang memilih Pak Moeldoko, ada yang memilih Pak Marzuki Alie, ini adalah sebuah demokrasi."
"Saya sama sekali tidak punya kekuatan untuk memaksa saudara-saudara untuk memilih saya, saya tidak punya kekuatan," jelas Moeldoko.

Kata Moeldoko soal Mengelola Organisasi
Saat berpidato di depan peserta KLB, Moeldoko berbicara soal kemampuan kepemimpinan dalam mengelola sebuah organisasi.