Berita Pendidikan

Setahun Belajar Daring Sejak 2020, Ini Yang Terjadi Pada Anak SLB, Minta Sekolah Tatap Muka

Yang kita ajarkan disini adalah anak-anak autis atau berkebutuhan khusus yang perlu pendampingan beda dengan anak normal lainnya.

Penulis: Sri Hidayatun | Editor: Vanda Rosetiati
TRIBUN SUMSEL/SRI HIDAYATUN
Satu tahun sudah pembelajaran daring atau jarak jauh telah berlangsung di Indonesia akibat pandemi covid-19 ini. Belajar daring ini juga diterapkan untuk anak-anak berkebutuhan khusus (ABK). 

TRIBUNSUMSEL.COM.PALEMBANG - Satu tahun sudah pembelajaran daring atau jarak jauh telah berlangsung di Indonesia akibat pandemi covid-19 ini.

Berbagai persoalan pun tentu timbul dari adanya pandemi covid-19 salah satunya bagi anak berkebutuhan khusus (ABK).

Salah satu Sekolah Luar Biasa (SLB) Bina Potensi Palembang yang menaungi anak berkebutuhan khusus ini merasakan juga dampaknya.

Kepala SLB Bina Potensi Palembang, Abdul Roni mengatakan semenjak pandemi covid-19 mewabah di Indonesia proses pembelajaran berubah.

Ia mengatakan mengikuti anjuran pemerintah, Bina Potensi Palembang juga menerapkan pembelajaran daring hingga saat ini.

"Sejak awal hingga saat ini kita masih daring sesuai dengan anjuran pemerintah," ujarnya, Kamis (18/2/2021).

Namun, kata dia tak semua belajar secara daring ini bisa diikuti oleh anak berkebutuhan khusus seperti ini.

"Yang kita ajarkan disini adalah anak-anak autis atau berkebutuhan khusus yang perlu pendampingan beda dengan anak normal lainnya," jelas dia.

Daring ini kata dia bukan solusi bagi ABK ini terutama yang masih lemah dengan kemampuan akademik.

"Karena itu, kita selain daring juga ada home visit atau guru yang datang langsung ke rumah siswa untuk belajar langsung. Karena bagi anak ABK yang terbilang cukup parah perlu pendampingan khusus untuk belajar dan tak bisa dilakukan daring," jelas dia.

Baca juga: Miliki Aset Rp 240 Triliun, BSI Target Jadi Bank Syariah Nomor 1 Dunia, Siap Geser Arab Saudi

Baca juga: Polres Lubuklinggau Musnahkan 31 Knalpot Racing, Suara Bising, Sering Dipakai Balap Liar

Namun, ada juga yang bisa diatasi dengan daring tetap dilakukan daring. "Jadi hampir 50 persen daring dan juga 50 persen kita home visit," bebernya.

Abdul Roni mengatakan keluhan dari para orangtua juga memang sudah banyak. "Terutama mereka mengeluhkan tingkat laku atau perilaku anak ABK ini berubah karena selalu belajar dari rumah," jelasnya.

"Anak-anak seperti ini kan beda dengan anak normal. Mereka butuh bimbingan. Nah selama pandemi kita banyak dapat keluhan walisiswa anak mereka ini berubah tingkahlakunya, ada yang menjadi tak terkendali. Ada yang guntingi pakaian, dan merusak apa saja yang ada di sekitarnya," tambahnya.

Karena itu, dengan kunjungan home visit ini mereka dapat dikendalikan langsung oleh para guru yang mengajarinya.

"Anak-anak seperti ini perlu dibina, diarahkan agar mereka mengerti. Kalau selama ini mereka sekolah mereka bisa bertemu dengan teman-temannya dan terarah," jelas dia.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved