Isu Kudeta Demokrat, Pengamat Politik Unsri: Ujian Bagi AHY

Pengamat politik dari Universitas Sriwijaya (Unsri) Dr Febrian mengungkapkan, upaya gerakan "kudeta" yang ingin mengambil alih

Penulis: Arief Basuki Rohekan | Editor: Prawira Maulana
TRIBUN SUMSEL/ARIEF BASUKI ROHEKAN
Ahli hukum dari Universitas Sriwijaya (Unsri) Dr Febrian. 

TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Pengamat politik dari Universitas Sriwijaya (Unsri) Dr Febrian mengungkapkan, upaya gerakan "kudeta" yang ingin mengambil alih kepemimpinan partai Demokrat saat ini, merupakan sebuah ujian untuk ketua umum (Ketum) Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).

Menurut Febrian, popularitas partai Demokrat dimata masyarakat tentunya bisa lebih populer, jika gejolak ini bisa dilalui AHY hingga Pemilu 2024 mendatang. Namun jika terus beralarut- larut jelas akan ada dampak negatif kedepannya bagi Demokrat, dalam hal akan dijauhi konsetuennya selama ini.

"Kalau berkelanjutan gejolaknya, apalagi diinternal saja tidak ada kekompakan, itu jelas punya dampak yang luar biasa. Artinya, memang harusnya didalam itu menjadi kuat dengan kondisi saat ini, untuk mendapatkan simpati masyarakat," kata Febrian, Rabu (10/2/2021).

Diungkapkan Dekan Fakultas Hukum Unsri ini, adanya tuduhan upaya pengambilalihan kepemimpinan AHY itu dilakukan kader, mantan kader dan orang luar didekat kekuasaan yang selama ini dituduhkan, harus diungkapkan secara clear atauntuntas dulu, dengan diklarifikasi, karena hal ini menyangkut oraganisasi didalam partai Demokrat.

"Siapapun orang luar yang dituduhkan, namun kalau tidak punya basis orang dalam tidak mungkin dilakukan, apalagi ia (partai Demokrat) memiliki AD/ ART partai sendiri. Jika ada orang luar ikut bermain tapi sepanjang didalam kuat tidak masalah, pengertian bermain menyangkut soal kudeta itu soal ketum dipersoalan terdapat riak ditubuk partai demokrat sendiri," tuturnya.

Ia juga menilai, gejolak ditubuh Demokrat saat tidak sama dengan gejolak di partai Golkar dan PPP sebelumnya, meski sama- sama ada orang- orang dekat kekuasaan yang dituduhkan.

"Tidak bisa seperti itu, tapi semua harus dibuktikan dulu, karena bisa mengeruk di air keruh termasuk Demokrat, tapi dibuktikan atau klarifikasi, kalau Presiden terlalu jauh," ucapnya.

Ditambahkan Febrian, penyampaian pengurus Demokrat terkait gejolak yang ada ke publik, bisa saja dibenarkan tapi gerakan yang dilakukan itu sendiri dilakukan oleh orang- orang demokrat sendiri.

"Sehingga, lagi- lagi terlihat masih lemah kepemimpinan yang ada disuatu organisasi, karena apapun badai harus bisa dihadapi oleh organisasi kalau kuat," bebernya.

Dilanjutkan Febrian, perpecahan atau faksi internal ditubuh partai Demokrat sendiri, terlihat sejak masa kepemimpinan Anas Urbaningrum, dan dilanjutkan pada kepemimpinan AHY.

"Sebenarnya dari masa kepemimpinan Anas (Demokrat) sudah mulai pecah, dan dengan kepemipin AHY yang belum banyak pengalaman di partai, kemungkimnan saya menilai akan banyak yang mempersoalkan atau faksi dan ini sudah terbukti. Tapi harus dingat pengaruh SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) yang merupakan ayah dari AHY dan Presiden ke VI RI tetap ada pengaruh," tukasnya.

Sebelumnya, mantan anggota DPR RI fraksi Demokrat asal Sumsel Syofwatillah Mohzaib terang- terang keterlibatan dirinya yang getol dalam menggoyang kursi ketua umum Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) di partai Demokrat (PD) saat ini.

Menurutnya, ia bersama teman- teman mantan anggota DPR RI dari fraksi Demokrat, petinggi dan pendiri yang ada telah melakukan pertemuan, dan memikirkan nasib partai Demokrat kedepan.

"Saya kemarin ditelepon dan diminta ke Jakarta silaturahmi sama alumni FPD ( mantan DPR RI fraksi PD ) dan kawan- kawan mantan petinggi Demokrat dan pendiri. Maka saya datang tadi malam, dan teman- teman senior menceritakan   panjang lebar bagaimana mengenai nasib partai Demokrat sejak dipimpin AHY dan keluhan beberapa ketua DPD dan DPC," ungkap Syowfatillah.

Dijelaskan Opat sapaan akrab Syowfatillah,  jika pertemuan itu juga membahas masalah jumpa pers AHY yang menuduh presiden RI dan sebagainya. Padahal ini masalah internal, dan harusnya cukup di bahas diinternal saja, sehingga tidak jadi belunder seperti sekarang ini .

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved