Berita Palembang
Antisipasi Karhutla, Sumsel Siaga Sejak Awal Maret, Berikut 7 Rekomendasi Langkah Pencegahan
Pada tahun 2015 ada 27.043 titik hotspot, di tahun 2016 ada 965 titik hotspot, tahun 2017 ada 1.214 titik hotspot, dan di tahun 2018 ada 2.081 titik.
Penulis: Linda Trisnawati | Editor: Vanda Rosetiati
TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Untuk mengantisipasi kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) lebih awal maka Gubernur Sumatera Selatan (Sumsel) Herman Deru akan menetapkan siaga Karhutla di Maret 2021.
Berdasarkan laporan dari Badan penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sumsel mencatat perkembangan hotspot dari tahun 2015 hingga 2020 terjadi penurunan.
"Di 2020 terjadi penurunan yang signifikan titik hotspotnya, dibandingkan tahun 2019," kata Kepala Bidang Penanganan Kedaruratan BPBD Sumsel Ansori, Rabu (10/2/2021).
Lebih lanjut ia menjelaskan, pada tahun 2019 ada 17.391 titik hotspot, sedangkan pada 2020 ada 4.536 titik hotspot.
Sementara itu pada tahun 2015 ada 27.043 titik hotspot, di tahun 2016 ada 965 titik hotspot, di tahun 2017 ada 1.214 titik hotspot, dan di tahun 2018 ada 2.081 titik hotspot.
"Di 2020 luasan kebakaran 946.33 hektare, yang tersebar di 10 Kabupaten/Kota. Terluas terjadi di Ogan Komering Ilir, seluas 531 hektare dan Banyuasin seluas 183 hektare," katanya.
Untuk pengendalian karthula dilakukan tiga hal yaitu pencegahan, pelaksanaan dan pemulihan. Seperti patroli, pemadaman, penghijauan dan lain-lain.
Ada beberapa kendala yang dialami seperti lokasi kebakaran yang luas dan tersebar di beberapa lokasi, sehingga sulit dijangkau. Apalagi kalau lahanya gambut.
• Tak Punya Duit Mau Tebus HP, Duda 1 Anak di Palembang Bawa Lari Motor Teman, Sempat Buron 8 Bulan
• Gadaikan 78 Sertifikat Tanah Tanpa Izin, Rekanan Laporkan Developer di Palembang, Nilai Rp 9,2Miliar
Lalu titik hotspot yang terpantau hanya mengindikasikan titik panas, bukan kebakaran dan informasi belum real time.
Kemudian masih ada lahan yang belum jelas statusnya. Tidak terkelola, sehingga rawan terjadi Karhutla dan sebagian besar yang terbakar merupakan lahan terlantar atau tidak produktif.
Untuk di tahun 2021 ini setidaknya ada tujuh rekomendasi yang diajukan untuk pengendalian Karthula yaitu
1. Melaksanakan sosialisasi dan kampanye pencegahan Karhutla lebih intensif
2. Meningkatkan patroli baik darat maupun udara
3. Menetapkan status siaga lebih awal
4. Memaksimalkan pemanfaatan peralatan Karhutla yang telah dialokasikan Pemprov di 2020 di 10 Kabupaten Kota yang rawan Karhutla
5. Membuat kanal bloking, sumur bor dan memberikan bantuan dana revitalisasi ekonomi melalui dana tugas pembantuan Badan Restorasi Gambut (BRG) dan Mangrove RI
6. Merealisasikan rencana pembuatan sodetan sungai di OKI dan Muba
7. Memanfaatkan teknologi pemantauan hotspot secara real time yang dikelola oleh Polda Sumsel
Sementara itu terkait prakiraan musim kemarau di 2021 menurut Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Klimatologi Klas I Kenten Palembang, Nandang Pangaribowo, prakiraan musim kemarau baru akan di bahas tanggal 27 Februari 2021 dan nanti akan di rilis pada bulan Maret 2021.
"Berdasarkan update prakiraan dasarian saat ini, prakiraan CH 6 bulan kedepan dan parakiraan dinamika atmosfer Wilayah Indonesia. Untuk Wilayah Sumsel pada musim kemarau tahun ini diperkirakan akan kembali normal seperti 10 - 30 tahun rata-rata nya," katanya.
Namun demikian pemerintah daerah dan stake holder terkait perlu mewaspadai daerah-daerah yang rawan Karhutbunla di wilayah Sumsel, demikian disampaikan BMKG Sumsel.