Vaksin Lansia, Profesor Yuwono: Selesaikan Dulu Vaksin Bagi Tenaga Kesehatan
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah mengeluarkan emergency use authorization (EUA)
Penulis: Linda Trisnawati | Editor: Prawira Maulana
Laporan Wartawan Tribunsumsel.com, Linda Trisnawati
TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah mengeluarkan emergency use authorization (EUA) atau ijin darurat penggunaan vaksin Covid-19, untuk usia di atas 60 tahun (lansia).
Menurut Ahli Mikrobiologi Prof. Dr. dr. Yuwono, M. Biomed, BPOM mengeluarkan ijin itu berdasarkan uji klinis fase dua di China dan uji klinis fase tiga di Brazil.
"Yang di China kalau uji fase kedua artinya uji efikasi atau kemanjuran, dan kesimpulannya bisa. Lalu yang di Brazil kalau uji fase ketiga berarti efektivitas di masyarakat dan itu disampaikan cukup efektif," kata Prof Yuwono saat dikonfirmasi Tribun Sumsel, Senin (8/2/2021).
Lebih lanjut Prof Yuwono mengatakan, maka berdasarkan dua pertimbangan itu, BPOM memutuskan untuk mengeluarkan EUA untuk lansia.
"Pendapat saya semua ini memang bentuk pertimbangan leadership pimpinan, Pemerintah dalam hal ini mengambil keputusan. Ok divaksin, tapi dengan catatan lebih hati-hati ketimbang usia dibawahnya," katanya.
Lebih hati-hati nya contohnya, karena lansia paling rentan terhadap Covid-19 dan pasien yang menyumbang kematian paling tinggi karena Covid-19.
Lalu lansia kondisi imunitasnya sudah penuaan, oleh karena itu pada lansia jarak suntiknya 28 hari. Sedangkan kalau yang masih muda kan jarak vaksinasi berikutnya 14 hari dari hari pertama.
"Kalau kata Menkes, baru dikeluarkan tanda kutip baru untuk Nakes. Karena Dokter senior ataupun guru besar rata-rata usianya 60-70 tahun. Seperti saya pensiun sampai 70 tahun," katanya.
Menurutnya, kelihatannya Pemerintah lebih berhati-hati, dan pendapat Prof Yuwono memang itu sudah tepat. Memamg harus berhati-hati sampai selesai Nakes baru lansia pada umumnya.
"Jadi agar masyarakat bersabar jangan bertanya-tanya dulu untuk lansia ini, karena ini untuk Nakes dulu. Jadi kenapa untuk Nakes dulu, agar lebih terukur," tegasnya.
Menurutnya, untuk lansia gejala ikutan seperti demam, mual, muntah bisa lebih sering terjadi ketimbang yang mudah. Kalau itu terjadi pada dokter mereka kan tahu apa yang harus dilakukan.
Contoh di Amerika, Nakes yang disuntikkan vaksin tahu kalau sudah vaksin ada gejala ini atau itu harus apa. Itu gunanya kalau Nakes duluan.
"Berdasarkan informasi di Indonesia ini hampir 12 ribu Nakes usia diatas 60, artinya tidak banyak, per provinsi hanya ada ratusan. Pendapat saya setuju, dan ini langkah yang sudah tepat dengan kehati-hatian. Lalu prioritas Nakes lansia, kalau sudah aman-aman saja baru lanjutan," katanya.
Sedangkan terkait syaratnya, menurut Prof Yuwono syaratnya sama saja pada usia muda, hanya kondisi lansia yang harus diperhatikan yaitu kondisi keadan umum (KU) misal orang datang KU nya kelihatan lesu atau segar, termasuk tensi, suhu tubuh, nafas dan lain-lain.
"Pada orang tua ini benar-benar dipertimbangkan. Pada orang tua, jantung sudah tua, hati sudah tua, ia terjadi penuan. Maka perlu diperhatikan dengan benar," katanya.