Pengrajin Tempe Palembang Mogok
Hari Ini Pembeli Tempe dan Tahu Kecele, Pengrajin dan Pedagang di Palembang Mogok
Dikabarkan mulai hari ini, Senin (11/1/2021) hingga Rabu (13/1/2021) pengusaha tempe dan tahu di Palembang sepakat
Penulis: Melisa Wulandari | Editor: Prawira Maulana
Laporan wartawan Tribunsumsel.com, Melisa Wulandari
TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Dikabarkan mulai hari ini, Senin (11/1/2021) hingga Rabu (13/1/2021) pengusaha tempe dan tahu di Palembang sepakat untuk mogok produksi dan jualan selama 3 hari.
Ini terbukti dari pantauan tribunsumsel.com di pasar Padang Selasa, Bukit Lama Palembang.
Suasana pasar seperti biasanya, ramai, namun ada yang beda ada beberapa pengunjung pasar yang menanyakan stok tempe dan tahu dengan pedagang yang ada di lapak pasar Padang Selasa.
"Hari ini gak jual tempe dan tahu mba, yang memasok tempe dan tahu mogok hari ini sampai Rabu (13/1/2021) mendatang katanya kedelai mahal," ujar salah satu pedagang sayur di pasar Padang Selasa, Senin (11/1/2021).
Tak hanya pedagang sayur di pasar Padang Selasa yang biasa jualan tempe dan tahu di warung warung yang berada di Jalan Rambutan Dalam pun terpaksa menjual tempe dengan harga tinggi.
"Ya saya jual 1 tempe itu biasanya Rp 3-4 Ribu sekarang saya jual Rp 8 ribu beli setengahnya Rp 4 ribu karena emang tempe dan tahu lagi mahal, saya biasa belanja di pasar Jakabaring dan emang naik dari sananya," katanya.
Mendengar harga tempe dan tahu naik, ibu rumah tangga seperti Meri merasa sedikit kesal karena ia biasa membeli tempe dan tahu untuk lauk.
"Serba naik semua ini, gimana padahal lagi pandemi seperti ini harusnya jangan naik lah. Pemerintah juga harusnya ditekan harga kedelai ini supaya tidak naik seperti ini," katanya menggerutu.
Sementara itu, Ketua paguyuban tempe kawasan Macan Lindungan Palembang, Siswa Waluya mengatakan, aksi tersebut dilakukan sebagai sikap tegas dalam menyikapi harga kedelai yang terus melambung tinggi.
"Kami sepakat bahwa kegiatan ini mogok damai. Maksud tujuannya jelas, kami berharap pemerintah dapat menekan harga kedelai yang selalu meroket dan tak terkendali lagi saat ini," ujarnya, Sabtu (9/1/2021) lalu.
Siswa mengatakan, saat ini harga kedelai sudah menyentuh angka Rp.9.200 dari harga normal yang biasanya hanya Rp.7 ribu perkilo.
Dengan kenaikan harga kedelai, menjadikan para produsen tahu dan tempe terpaksa menyiasati hal tersebut dengan beberapa cara.
Diantaranya menaikkan harga jual atau mengurangi berat hingga ukuran tahu dan tempe yang diproduksi.
Namun dengan langkah tersebut, ditakutkan dapat memberi dampak berkurangnya daya beli masyarakat.
"Apalagi saat ini lagi masa pandemi, penghasilan masyarakat juga menipis. Kalau harga terus naik, daya beli masyarakat juga otomatis berkurang," ujarnya.
Sebelumnya, langkah mogok jualan juga pernah beberapa kali dilakukan para pengusaha tahu dan tempe di tahun 2003, 2008 , 2011.
Menurut siswa, sejak pemerintah
menyerahkan impor kedelai ke pasar bebas, menyebabkan sering terjadinya ketidakstabilan harga.
Itulah mengapa, pengusaha tempe dan tahu berharap agar pemerintah segera mengembalikan urusan kedelai kepada bulog.
"Setidaknya kami berharap harga bisa stabil. Jangan naik terus dan terus. Harusnya bisa tetap di satu harga saja. Jangan terus berubah dan tidak stabil," ujarnya.
Selama mogok produksi dan jualan, para pengusaha tahu dan tempe di Macan Lindungan akan mengisi waktu dengan melakukan kegiatan sosial membersihkan lingkungan sekitar.
"Kami berharap pemerintah dapat mendengar suara kami, harapan kami. Semoga pemerintah bisa mengambil langkah tepat dalam persoalan ini," ujarnya. (Elm)
Caption foto;
Suasana di pasar Padang Selasa Palembang