Cerita 3 Perempuan di Palembang Menikah di Bawah Umur, Ada Hamil Anak ke 3 di Usia 18 Tahun
Bahkan awalnya sebelum diberikan edukasi dari Puskesmas 7 Ulu, ia tak mengetahui bahwa hamil diusia muda berisiko anaknya stunting.
Penulis: Linda Trisnawati | Editor: Weni Wahyuny
Bahkan kursi tempat dudukpun tidak ada.
Di rumah panggung tersebut hanya ada tempat tidur dan dua lemari.
"Suami saya bekerja sebagai buruh dengan penghasilan tidak menentu. Sedangkan saya tidak bekerja. Untuk makan biasanya kami beli yang siap dimakan," kata LIna dengan suara yang lembut.
Dengan kondisi ekonomi yang serba kekurangan tersebut tentunya asupan makanan sehari-hari sangat kurang dari kata bergizi.
Apalagi wanita hamil seharusnya butuh asupan gizi yang cukup.
Menurut Lina biasanya ia hanya makan nasi dan sayur tanpa lauk.
"Alhamdulillah sejak adanya bantuan dari Rotary dan Forum Kader Posyandu Indonesia (FKPI) Sumatera Selatan (Sumsel) berupa makanan setiap harinya saya jadi bisa makan makanan yang bergizi," kata Lina sembari tersenyum.
Kalau sebelumnya Lina hanya makan nasi dengan sayur, kini Lina makan nasi, sayur dan lauk.
Terkadang lauknya ikan, ayam, daging dan lain-lain.
Bahkan juga diberikan asupan susu dan camilan serta buah.
Lina sangat minim pengetahuan, sebab ia tak menyelesaikan sekolah dasarnya.
Bahkan ia tidak bisa membaca.
Untuk itu ketika ditanya apakah tahu risiko menikah diusia mudah, ia pun mengatakan tak mengetahui.
Bahkan awalnya sebelum diberikan edukasi dari Puskesmas 7 Ulu, ia tak mengetahui bahwa hamil diusia muda berisiko anaknya stunting.
"Saya tidak suka ke Puskesmas. Untuk itu saat hamil saya tidak ke Puskesmas. Selama hamil anak ketiga ini saya baru sekali ke Puskesmas, kata dokternya sih tidak ada masalah dengan kandungan saya," katanya.