Berita Lubuklinggau

Pemberdayaan Petani, PT Medco Geliatkan Ekonomi Masyarakat Desa Trijaya

PT Medco E&P tak hanya memberdayakan petani, tetapi juga banyak bidang kehidupan, misalnya dalam meningkatkan budaya literasi.

Penulis: Eko Hepronis | Editor: Vanda Rosetiati
TRIBUN SUMSEL/EKO HEPRONIS
Pegawai Medco saat menyapa petani di Desa Trijaya Kecamatan Bulang Tengah Suku (BTS) Ulu Kabupaten Musi Rawas, Sumsel. 

TRIBUNSUMSEL.COM, LUBUKLINGGAU - Puluhan tahun warga Desa Trijaya Kecamatan Bulang Tengah Suku (BTS) Ulu Kabupaten Musi Rawas Sumatra Selatan menjadi petani konvensional.

Sumber daya alam yang melimpah tak mampu dikelola secara maksimal dan membuat taraf hidup warga lokal masih rendah. Misalnya saja, terdapat 25 hektar lahan sawah yang ditelantarkan dan belum tergarap sama sekali.

Potensi besar inilah yang berhasil dilihat PT Medco E&P. Sejak 2016, PT Medco E&P mulai menjalankan program pemberdayaan bagi petani lokal untuk menggarap sawah menggunakan System of Rice Identification (SRI). Hingga saat ini, petani lokal telah berhasil menggarap 2,3 hektar lahan dengan varietas padi Ciliwung, Sentanur, Merah dan Hitam.

Srihadi, seorang petani lokal dari kelompok tani Mekar Sari Desa Trijaya, mengaku sangat berterima kasih pada PT Medco E&P yang telah mengenalkan sistem SRI. Saat masih menggunakan sistem konvensional, petani hanya mampu menghasilkan 2-3 ton per hektar.

"Alhamdulillah, walaupun saat ini belum maksimal karena kami masih terus belajar, hasil panen kita sekarang, sementara mencapai 6-7 ton per hektar. Insya Allah jika kami berhasil, petani konvensional lainnya juga akan beralih ke organik," ujarnya, Selasa (15/12/2020).

Tak hanya petani padi, pemberdayaan PT Medco E&P juga menyasar petani karet di desa tersebut. Pemberdayaan yang dilakukan dimulai dengan pendampingan dalam urusan penggunaan pupuk organik.

Diakui Winardi Riyatno, petani karet lokal Desa Trijaya, pupuk mikroorganisme lokal yang digunakan, dibuat sendiri menggunakan bahan-bahan alami. Petani karet di desa tersebut mulai meninggalkan pupuk kimia dan mulai merasakan dampak yang begitu positif.

"Struktur tanah kelihatan sehat, yang tadinya cacing-cacing tidak ada, setelah kita gunakan pupuk organik, disitu cacing kembali hidup di tanah. Sehingga, menurut kami ketika tanah sehat, apapun tanaman di atasnya termasuk karet yang kita budidaya ini, ikut sehat," katanya.

Budidaya karet organik yang dilakukan PT Medco E&P hingga saat ini telah menyasar 15 desa yang melibatkan 265 petani pada 312 hektar lahan. Program budidaya ini mampu meningkatkan 40 persen penghasilan petani.

Perusahaan juga mendampingi hingga petani memeroleh akses khusus untuk menjual langsung di pabrik dan telah berhasil memotong rantai pemasaran getah dengan kualitas kadar karet kering mencapai 82 persen.

"Harapan saya, program budidaya petani karet ini terus berkelanjutan, sehingga bisa meningkatkan ekonomi masyarakat khususnya di bidang perkebunan karet di desa ini," tuturnya.

PT Medco E&P juga melihat peluang lain untuk memberdayakan petani lebah madu hutan di Desa Trijaya. Banyaknya penebangan hutan dan orang yang membuka kebun dengan cara membakar, cukup mengganggu kehidupan lebah hutan.

Padahal, lebah madu hutan memberi manfaat bagi komunitas petani di sekitarnya. Hal itulah yang akhirnya menarik Widodo, warga Desa Trijaya untuk membuka wawasan yang lebih luas dengan mengubah proses budidaya konvensional menjadi praktis.

Budidaya dengan pendampingan ini juga lebih memperhatikan lingkungan.

"Hasil madu hutan sebelum budidaya ini, satu bulannya bisa 100-115 kg, setelah ada budidaya lebah Avicerenna ini, kita dapat menghasilkan 150-160 kg per bulan. Produksi dan nilai jualnya juga sangat tinggi," ungkapnya.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved