Lebih Ganas Karena Pandangan Politik, Refly Harun Soroti Tewasnya 6 Anggota Laskar FPI yang Ditembak

Lebih Ganas Karena Pandangan Politik, Refly Harun Soroti Tewasnya 6 Anggota Laskar FPI

Editor: Slamet Teguh
YouTube Refly Harun
Pakar Hukum Tata Negara, Refly Harun dalam tayangan YouTube Refly Harun, Kamis (28/5/2020). Refly Harun angkat bicara soal banyaknya rangkap jabatan para pejabat di era pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi). 

TRIBUNSUMSEL.COM - Pakar Hukum Tata Negara Refly Harun turut menyoroti tewasnya enam anggota Front Pembela Islam yang mengawal rombongan Habib Rizieq Shihab.

Refly Harun menyebut, dalam masalah ini, penting untuk memahami konteks permasalahan yang terjadi.

Refly menyebut, kebenaran tidak hanya bisa mengandalkan informasi sepihak kedua pihak yang saling berbeda pendapat, yakni kepolisian dengan Front Pembela Islam (FPI).

"Rasanya tidak mungkin kita hanya mengandalkan informasi sepihak dari kepolisian, tapi juga tidak bisa mengandalkan informasi dari FPI. Bahwa yang terjadi, di tengah perang informasi dan framming di media, tidak akan pernah selesai dan tidak bisa diselesaikan dengan media massa," jelas Refly Harun di channel Youtube miliknya, dikutip Wartakotalive.com, Selasa (8/12/2020).

Refly menyebut, adanya dua informasi berbeda tersebut menyebabkan opini-opini publik menjadi liar.

Masing-masing orang mempunyai keyakinan untuk mempercayai pernyataan masing-masing pihak.

"Apalagi dengan pendapat-pendapat publik. Karena pendapat publik itu bukan kebenaran. Karena pendapat publik itu bisa terpecah, apakah pro penegak hukum ataukah pro terhadap FPI," jelasnya.

Refly menyaksikan adanya perang komentar di sosial media sebagian juga dibarengi dengan sikap politik orang tersebut.

Ia menyebut, 'kebencian' terhadap pihak yang berseberangan dengan pilihan politik telah menghilangkan empati dan kemanusiaan atau sebaliknya, menimbulkan ketidakpercayaan terhadap penegak hukum.

"Dan kadang-kadang kalau berhubungan dengan (pilihan) politik, yang terjadi kadang lebih ganas lagi. Orang tidak akan perduli adanya korban nyawa, darah tumpah, yang penting korban nyawa itu bukan kelompok politik kami. Biarkan mereka tewas dan sebagainya. Kalau kita lihat di komentar di media sosial, ganas-ganas sekali," jelasnya.

Refly kembali mengingatkan, alasan masyarakat Indonesia untuk merdeka dan susah payah mendapatkan kemerdekaan.

Tidak lain, karena rakyat tidak ingin lagi ada kesemenaan dan penindasan dari aksi penjajahan.

Sekaligus ingin mengakhiri pertumpahan darah akibat perang yang terjadi selama ratusan tahun.

"Padahal, kalau kita ingat lagi, kenapa kita ingin bernegara, mengapa kita merdeka, karena kita ingin mendapatkan perlindungan dari negara, ingin mendapatkan kesejahteraan, ingin mendapatkan kebahagian di negeri Indonesia. Kita tidak ingin negeri ini menjadi negeri penuh kekerasan. Negeri yang mudah sekali menumpahkan darah bahkan dengan sebab sangat sederhana," terangnya.

Refly pun mengingatkan bahwa permasalahan meninggalnya enam anggota FPI ini sebenarnya dilatari dari masalah 'sepele' yakni dugaan pelanggaran protokol kesehatan yang dilakukan Habib Rizieq Shihab.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved