Kisah Adanya Noken Papua yang Jadi Google Doodle Hari Ini, Gambarkan Filosofi Tanah Papua yang Subur

Kisah Adanya Noken Papua yang Jadi Google Doodle Hari Ini, Gambarkan Filosofi Tanah Papua yang Subur

TRIBUNNEWS/HERUDIN
Warga Papua menyusun noken atau tas tradisional Papua di halaman kantor LBH Jakarta, Jumat (4/12/2015). Warga Papua menggelar pasar noken untuk merayakan hari noken internasional yang jatuh tiap tanggal 4 Desember serta menagih janji Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Juni 2014 dan Oktober 2014 lalu untuk segera mendirikan pasar permanen bagi Mama Mama pedagang asli Papua. TRIBUNNEWS/HERUDIN 

TRIBUNSUMSEL.COM - Laman mesin pencarian Google menjadikan noken Papua sebagai doodle, Jumat (4/12/2020).

Google Doodle mengangkat tema merayakan Warisan Budaya Noken Papua .

Sama dengan tas pada umumnya tas ini digunakan untuk membawa barang-barang kebutuhan sehari-hari.

Masyarakat Papua biasanya menggunakannya untuk membawa hasil-hasil pertanian seperti sayuran, umbi-umbian dan juga untuk membawa barang-barang dagangan ke pasar.

Karena keunikannya yang dibawa dengan kepala, noken ini di daftarkan ke UNESCO sebagai salah satu hasil karya tradisional dan warisan kebudayaan dunia.

Pada 4 Desember 2012, noken khas masyarakat Papua ditetapkan sebagai warisan kebudayaan tak benda UNESCO.

Filosofi noken

Tas noken ini sendiri asli buatan mama-mama di Papua.

Tas tradisional Noken memiliki simbol kehidupan yang baik, perdamaian, dan kesuburan bagi masyarakat di tanah Papua terutama kebanyakan di daerah Pegunungan Tengah Papua seperti suku Mee/Ekari, Damal, Suku Yali, Dani, Suku Lani dan Bauzi.

Perempuan menggunakan noken (tas khas Papua) mambawa beban berat melewati bukit terjal di Distrik Kurima, Kabupaten Yahukimo, Papua, Kamis (3/5/2012). Tas khas Papua yang terbuat dari rajutan kulit kayu diusulkan untuk menjadi warisan budaya dunia ke UNESCO.
Perempuan menggunakan noken (tas khas Papua) mambawa beban berat melewati bukit terjal di Distrik Kurima, Kabupaten Yahukimo, Papua, Kamis (3/5/2012). Tas khas Papua yang terbuat dari rajutan kulit kayu diusulkan untuk menjadi warisan budaya dunia ke UNESCO. ((KOMPAS/AGUS SUSANTO))

Yang menarik dari noken ini adalah hanya orang Papua saja yang boleh membuat noken.

Para wanita di Papua sejak kecil sudah harus belajar untuk membuat noken, karena membuat noken dari dulu hingga saat ini dapat melambangkan kedewasaan si perempuan itu.

Karena jika perempuan papua belum bisa membuat Noken dia tidak dianggap dewasa dan itu merupakan syarat untuk menikah.

Noken dibuat karena suku-suku di Papua membutuhkan wadah yang dapat memindahkan barang ke tempat yang lain.

Noken terbuat dari bahan baku kayu pohon Manduam, pohon nawa atau anggrek hutan dan masih banyak lagi jenis pohon yang umum digunakan.

Masyarakat Papua biasanya menggunakan Noken untuk bermacam kegiatan, Noken yang berukuran besar (disebut Yatoo) dipakai untuk membawa barang seperti kayu bakar, tanaman hasil panen, barang-barang belanjaan, atau bahkan digunakan untuk menggendong anak. yang berukuran sedang (disebut Gapagoo) digunakan untuk membawa barang-barang belanjaan dalam jumlah sedang, dan yang berukuran kecil (disebut mitutee) digunakan untuk membawa barang-barang pribadi.

Keunikan Noken juga difungsikan sebagai hadiah kenang-kenangan untuk tamu yang biasanya baru pertama kali menginjakkan kaki di bumi Papua dan dipakai dalam upacara.

Membuat Noken cukup rumit karena menggunakan cara manual dan tidak menggunakan mesin.

Kayu tersebut diolah, dikeringkan, dipilah-pilah serat-seratnya dan kemudian dipintal secara manual menjadi tali/benang.

Variasi warna pada noken dibuat dari pewarna alami.

Proses pembuatannya bisa mencapai 1-2 minggu, untuk noken dengan ukuran besar, bisa mencapai 3 minggu bahkan sampai 2-3 bulan, tergantung prosesnya.

Di daerah Sauwadarek, Papua, masih bisa kita temukan pembuatan noken secara langsung.

Harga noken disana relatif murah, antara Rp 25 ribu - Rp 50 ribu per buah tergantung jenis dan ukurannya.

Noken dibuat oleh orang perempuan Papua asli dan hanya merekalah yang berhak membuatnya, perempuan yang menguasai pembuatan Noken menunjukkan bahwa ia telah dewasa. Jika sudah dianggap dewasa, maka perempuan Papua barulah boleh menikah.

Multifungsi

Tas noken ini sendiri memiliki ukuran yang bervariasi, bahkan ada yang berukuran besar yang biasa dipakai oleh mama-mama yang bekerja sebagai petani dan mampu mengankat bahan hasil bumi yang cukup berat dengan menggunakan tas noken ini.

Uniknya lagi ini digunakan dengan memakai jidat atau bagian depan kepala mereka dengan mengalungkannya ke arah belakang punggung mereka.

Untuk tas noken yang berukuran kecil biasa dipergunakan oleh siswa-siswa pelajar asli putra-putri daerah Papua untuk dipergunakan sebagai tempat buku dan keperluan belajar di bangku sekolah maupun di kampus.

Dan selebihnya lagi biasanya tas Noken ini oleh pendatang yang biasa berkunjung ke Papua sebagai bahan oleh-oleh yang dibawah kedaerah masing-masing sebagai hiasan atau oleh-oleh bagi sanak keluarga mereka dikarenakan tas tersebut terlihat unik dipandang mata.

Noken merupakan kerajinan tangan khas Papua berbentuk seperti tas.

Ada 250 etnis dan bahasa di Papua, namun semua suku memiliki tradisi kerajinan tangan noken yang sama.

Fungsi noken sangat beragam.

Namun, noken biasa dipakai untuk membawa barang seperti kayu bakar, tanaman hasil panen, sampai barang-barang belanjaan.

Noken yang kecil biasa dipakai untuk membawa kebutuhan pribadi.

Tak hanya itu, noken juga dipakai dalam upacara dan sebagai kenang-kenangan untuk tamu.

Warisan budaya dunia

Pada 4 Desember 2012 telah diputuskan sebagai Warisan Budaya Dunia tak Berbenda oleh UNESCO di Perancis oleh Arley Gill sebagai Ketua Komite, yang bertujuan untuk melindungi dan menggali kebudayaan tersebut.(wikipedia) 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved