Makan Banyak Saat Sedang Stres, Bisa Jadi Itu Pertanda Emotional Eating, Ini Cara Mengatasinya
Emotional eating adalah perilaku makan yang lebih didorong oleh adanya perasaan atau emosi negatif, seperti stres.
Penulis: Shinta Dwi Anggraini | Editor: Vanda Rosetiati
TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Makan adalah salah satu rutinitas wajib yang mesti dilakukan untuk bisa bertahan hidup.
Namun apa jadinya jika nafsu makan itu justru tidak bisa terkendali.
Khususnya ketika sedang merasa stres, sedih atau gelisah.
Awas, bisa jadi itu pertanda anda mengalami emotional eating.
Psikolog Praktik RS Hermina sekaligus di Klinik Psikologi Magna Penta Palembang, Anrilia Ema, MEd, PhD, Psikolog mengatakan, emotional eating adalah perilaku makan yang lebih didorong oleh adanya perasaan atau emosi negatif, seperti stres.
"Saat berada dalam keadaan tertekan, beberapa orang justru cenderung menjadi lebih banyak makan dengan dalih untuk menghilangkan stresnya," ujar, Senin (5/10/2020).
Lanjutnya, kadangkala emosi atau perasaan negatif bisa diikuti oleh perasaan kekosongan dan ingin segera mencari kenyamanan.
Pada sebagian orang, makan atau makanan yang justru digunakan sebagai pengisi ‘kekosongan’ tersebut.
"Umumnya, orang-orang seperti itu beranggapan bahwa makan adalah cara yang ampuh untuk mengusir rasa sedih, stress, dan membuat perasaan menjadi enak atau puas. Padahal dorongan makan seperti ini biasanya bukan didasari oleh rasa lapar yang normal seperti pada umumnya," ungkapnya.
Emotional eating dapat menjadi salah satu indikator adanya persoalan psikologis, misalnya pada gangguan depresi mayor.
Salah satu gejalanya adalah terjadi perubahan pola makan pada diri seseorang.
Bisa berupa kehilangan nafsu makan yang otomatis dapat mengakibatkan pengurangan berat badan secara signifikan.
Namun bisa juga justru nafsu makan menjadi berlebihan dan tentunya dapat menyebabkan kenaikan berat badan secara drastis.
"Apabila Emotional eating tidak terkendali dan terjadi secara konsisten dalam kurun waktu yang cukup lama, maka hal tersebut perlu diwaspadai," ujarnya.
Selain menyebabkan dampak negatif terhadap kesehatan, Anrilia mengatakan sangat penting untuk mencari tahu apa penyebab perilaku tersebut agar dapat segera diatasi sumber masalahnya.