Surat Cerai Soekarno Ditawar Rp25 M Viral, Cucu Inggit: Kenapa Ribut? Pemerintah Saja Tidak Peduli

"Ya, untuk itu mungkin ada yang menawar. Tapi dalam hal ini kenapa harus diributkan?" komentar Tito Asmarahadi.

TribunJabar.id/Mega Nugraha
Dokumen pribadi Ir Soekarno berupa surat nikah dan surat cerai dengan Inggit Garnasih disimpan selama puluhan tahun oleh Tito Zeni Harmain (73). 

TRIBUNSUMSEL.COM - Viralnya surat cerai sang nenek dengan Proklamator Indonesia Soekarno ditanggapi oleh Cucu Inggit Garnasih, Tito Asmarahadi. 

Minggu (27/9/2020), hal itu ia sampaikan dalam tayangan Apa Kabar Indonesia di TvOne.

Diketahui sebelumnya viral surat cerai Soekarno dan Inggit ditawar dengan nilai Rp25 miliar.

tribunnews
Viral surat cerai Soekarno ditawar Rp25 miliar. Cucu Inggit Ganarsih, Tito Asmarahadi, menilai hal itu tidak perlu diributkan, dalam Apa Kabar Indonesia, Minggu (27/9/2020). (Capture YouTube TvOne)

Meskipun begitu, ia meminta agar masyarakat tidak perlu bereaksi berlebih terhadap hal itu.

"Ya, untuk itu mungkin ada yang menawar. Tapi dalam hal ini kenapa harus diributkan?" komentar Tito Asmarahadi.

Ia menyinggung sempat ada upaya dari pemerintah dan pihak keluarga untuk melestarikan dokumen yang berkaitan dengan Sang Proklamator.

"Saya kembali, apa yang dinyatakan pemerintah dulu pada tahun 2002, itu Gubernur Nuriana sendiri yang meminta barang-barang ini untuk dilestarikan dan dipegang pemerintah. Saya setuju dengan kompensasi," papar Tito.

"Itu sudah dituangkan ke dalam APBD 2002. Saat itu saya memang dibantu Eka Santosa selaku Ketua DPRD Provinsi," lanjut cucu angkat Inggit Ganarsih ini.

Ia menyinggung pada masa itu ada perbedaan kubu dalam DPRD Provinsi Jawa Barat fraksi PDIP.

Akibatnya kebijakan itu tidak berjalan kembali.

Mengenai penawaran surat yang menjadi viral, Tito mengaku hanya menanggapi santai.

"Kalau buat saya senang-senang saja, enggak ada masalah," ucapnya.

Terkait sikapnya tersebut, Tito mengakui memang ada nilai sejarah dalam surat cerai Soekarno itu.

"Betul, ini memang menyangkut seorang tokoh, seorang pejuang," komentar Tito.

Meskipun begitu, ia tidak mempermasalahkan jika dokumen yang bernilai sejarah itu jatuh ke masyarakat sipil, bahkan diperjualbelikan.

Tito kembali menyinggung upaya pelestarian surat-surat semacam ini oleh pemerintah, yang akhirnya tidak terlaksana.

"2002 itu sudah diajukan, adanya surat penolakan yang ditandatangani Dani Setiawan selaku Sekda saat itu," ungkit Tito.

Ia menyebutkan ada dugaan intervensi dari pemerintah pusat sehingga pelestarian dokumen sejarah itu dibatalkan.

"Pemerintah sendiri tidak peduli dan tidak punya sense of history. Tidak memedulikan dan tidak menghargai," tegas Tito.

Lihat videonya mulai menit 1:50

Kisah Paskibraka 1959, Momen Latihan Ditemani Bung Karno

Anggota Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) 1959, Emmy Soostiyah mengungkapkan kenangannya latihan bersama presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno (Bung Karno).

Dilansir TribunWow.com, hal itu ia sampaikan melalui kanal YouTube Tribunnews, diunggah Senin (17/8/2020).

Diketahui Emmy bertugas sebagai pembawa baki bendera.

Saat itu upacara masih menggunakan bendera pusaka yang dijahit Ibu Negara Fatmawati.

"Pada saat itu benderanya asli," ungkap Emmy Soostiyah.

Ia membenarkan saat itu Inspektur Upacara adalah Bung Karno sendiri.

Emmy menuturkan saat itu ia sempat bertemu Bung Karno, meskipun kesibukan sang proklamator cukup menyita waktu.

"Waktu itu presiden masih sibuk sekali," tuturnya.

Meskipun begitu, Bung Karno beberapa kali menyempatkan diri untuk menemani latihan paskibraka.

Tidak hanya itu, Emmy menuturkan presiden pertama Indonesia tersebut juga bercengkerama dengan paskibraka.

Ia menyebutkan Soekarno juga bersikap santai dengan para paskibraka yang jauh lebih muda daripada dia saat itu.

"Hanya kadang-kadang kalau kami sedang latihan sore, begitu Bung Karno keluar duduk di rumput antara Istana Merdeka dan Istana Negara," terangnya.

"Terus kami kumpul-kumpul dengan Bung Karno. Terus cerita-cerita banyak," kenang Emmy.

"Santailah," tambah dia.

tribunnews
Paskibraka upacara peringatan hari kemerdekaan ke-75 Indonesia di Istana Merdeka, Senin (17/8/2020) (Sekretariat Presiden)

Saat itu Bung Karno juga memperhatikan jalannya latihan paskibraka menyambut upacara peringatan hari ulang tahun (HUT) ke-14 Republik Indonesia pada 1959.

"Tetapi kalau kami mesti latihan, saya kira Bung Karno mesti memperhatikan dari dalam karena tinggalnya waktu itu presiden di Istana Merdeka," tutur Emmy.

Emmy menyebutkan saat itu seperti tidak ada jarak antara Bung Karno dengan paskibraka.

Tidak hanya itu, Soekarno kerap bercerita banyak hal kepada paskibraka.

"Paling ingat waktu itu, sore-sore Bung Karno secara santai pakai piyama. Biasa saja, seperti antara bapak dan anak," ungkap Emmy.

"Kami semua duduk di rumput, Bung Karno di kursi. Terus ngobrol sana-sini," lanjutnya.

Emmy membenarkan latihan yang dijalani paskibraka saat itu cukup lama.

"Kurang lebih mungkin sebulan," jelas dia.

Tidak seperti saat ini, dulu anggota paskibraka tidak hanya dipilih dari siswa SMA seluruh Indonesia.

Sebelumnya Emmy sempat menuturkan dirinya sudah bekerja dan berusia 22 tahun saat itu.

Ia mengaku saat itu paskibraka berlatih keras dan intensif.

"Sebagian besar 'kan sudah bekerja, tentunya diizinkan kantor masing-masing. Tiap pagi seminggu berapa kali," kata Emmy.

"Waktu sudah mendekati, itu pagi sore harus terus. Betul-betul harus intensif," tambahnya. (TribunWow.com/Brigitta)

Artikel ini telah tayang di Tribunwow.com dengan judul Viral Surat Cerai Soekarno Ditawar Rp25 M, Cucu Inggit: Kenapa Ribut? Pemerintah Saja Tidak Peduli, https://wow.tribunnews.com/2020/09/28/viral-surat-cerai-soekarno-ditawar-rp25-m-cucu-inggit-kenapa-ribut-pemerintah-saja-tidak-peduli?page=all.
Penulis: Brigitta Winasis
Editor: Maria Novena Cahyaning Tyas

Sumber: TribunWow.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved