Cerita Khas Palembang
Mengenal Sosok Aiptu M Muhtasor Polisi Sahabat Anak, Telah Membina 300 Ribu Anak TK
Aiptu M Muhtasor dikenal sebagai sosok polisi yang supel dan sangat akrab dengan anak-anak PAUD dan TK
Penulis: Melisa Wulandari | Editor: Wawan Perdana
Niatan untuk pindah tugas tersebut muncul lagi pada 2006.
Dirinya begitu menginginkan bekerja di SPN Betung, namun ditolak.
"Kemudian mengulang pengajuan pindah dengan mengusulkan ke Polsek SU II mendapati jawaban yang sama, yakni tidak diterima. Ya, sekarang saya nikmati saja mungkin rezekinya memang disini," katanya.
Bapak satu orang anak ini begitu setia memperkenalkan informasi terkait lalu lintas dan ilmu kepolisian kepada anak-anak sejak usia dini.
Pengabdiannya patut diacungkan jempol karena kepeduliannya sebagai anggota Polisi kepada masyarakat.
"Dalam setahun saya bisa mengajar terkait lalu lintas dan menjadi sahabat anak kepada 15 ribu murid TK. Kalau dua puluh tahun, hitung saja rata-rata totalnya," ujar pembina Polsana di Unit Pendidikan Masyarakat dan Rekayasa Lalu Lintas ini.
Dia mengatakan selama ini telah mengedukasi anak-anak dari institusi Aisyiyah Bustanul Athfal, TK di bawah naungan Muhammadiyah, sebagai Ikatan Guru Raudhatul Athfal (IGRA) di bawah Kementrian Agama.
Serta masuk dalam Himpunan pendidik Usia Dini (HIMPAUDI) tahun 2005-2006 dan menjadi Ikatan guru taman kanak-kanak Indonesia (IGTKI).
Selain aktif menjadi pengajar anak-anak sebagai Polisi Anak (Polsana), dia juga menjadi bagian dari anggota patroli keamanan sekolah atau PKS yang mengajar untuk kelompok Pramuka Sakabayabgkara (pramuka di kepolisian) sebagai pembina pramuka.
Hal menarik yang dia alami selama berkarir sebagai Polsana, adalah harus sabar menghadapi wali murid.
Karena menurutnya para orangtua atau wali murid lebih sulit diatur dibandingkan para anak TK.
"Anak-anak kan kalau kita contohin peragakan ini, peragakan itu kan nurut ya kalau orangtua atau walinya ya lebih ke khawatir padahal anaknya baik-baik aja," katanya
Sekitar tahun 2008-2010 pengalaman yang tidak bisa dia lupakan adalah saat mengajar anak berkebutuhan khusus.
"Anak ini menarik dan mengambil pistol saya, sejak itu saya tidak lagi membawa peralatan polisi waktu mengajar," ujarnya.
Kebahagiaan menjadi Polsana yakni bisa mengedukasi anak-anak, dengan menyampaikan bahwa polisi bukan sosok menakutkan.