Cerita Sesepuh Tanjung Baru Ketika Belanda Menjajah di Tahun 1947, Warga Ditembaki Bila Tak Nurut
Pasti mereka akan menembak warga setempat, bahkan seingat saya juga banyak yang meninggal karena dibunuh tentara Belanda
Penulis: Winando Davinchi |
TRIBUNSUMSEL, KAYUAGUNG -Sesepuh Desa Tanjung Baru, OKI, M Amin dengan gelar Masratu mengenang peristiwa saat Belanda menjajah kampungnya.
Kala itu dusunnya sempat dikepung oleh tentara asal Negara Belanda.
"Saya masih umur 10 tahun, sejak awal tahun 1947 hingga akhir 1948 tentara Belanda masuk ke Desa ini dengan peralatan yang lengkap," ucapnya kepada wartawan Tribunsumsel.com, Rabu (19/8/2020) siang.
Dengan menggunakan perlengkapan lengkap, tentara Belanda rutin menyisir jalan utama dusun, dan sungai yang membentang Desa Tanjung Baru hingga Gunung Batu di Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur.
"Dulu itu tentara Belanda rutin setiap hari selalu berkeliling menyusuri jalan dengan menggunakan sepeda motor ataupun mobil yang dilengkapi dengan senapan laras panjang nan menempel di badan
Selain itu juga mereka membawa serta anjing pelacak yang gunanya untuk mengecek (mengendus-red) keberadaan warga sekitar," jelasnya.
Diterangkannya lebih lanjut, ketika itu masyarakat setempat tidak dapat berbuat banyak, mereka takut apabila sewaktu - waktu tentara Belanda nekat mencelakakan warga.
"Kesalahan sekecil apapun yang dilakukan warga, mereka tidak segan untuk melakukan penembakan, seperti misalnya kami tidak mengikuti kemauan ataupun berani melawan kedatangan seluruh tentara,"
"Pasti mereka akan menembak warga setempat, bahkan seingat saya juga banyak yang meninggal karena dibunuh tentara Belanda," ungkapnya.
Karena situasi yang semakin genting di sekitar akhir tahun 1948. Tentara Indonesia memaksa warga sekitar untuk mengungsi ke dalam hutan dan melarang warga kembali ke dusun.
"Saya juga masih ingat, kami warga dusun mengungsikan diri jauh dari Desa ini menuju kedalam hutan yang tak bisa dijangkau oleh pantauan tentara Belanda
Disana kami membuat pondok kecil, dan membuka lahan pertanian yang dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Disanalah kami merasa aman," kata Masratu.
Masih kata Masratu, setelah tentara Indonesia memberitahukan mereka jika situasi aman, barulah penduduk memberanikan diri kembali pulang ke dusun.
"Setelah kurang lebih satu tahun kami mengungsi, akhirnya tentara Belanda mundur dan kembali ke negaranya
Barulah sejak itu kehidupan kami dapat kembali normal, sedikit demi sedikit kami mulai beraktivitas dengan bebas tanpa adanya intimidasi dari penjajah sadis," ungkap pria kelahiran 1938 tersebut.
